Mengambil latar pasca pandemi Covid-19, One Cut Two Cut memang sengaja dibuat seringan dan seabsurd mungkin demi mengobati (baca: memberi hiburan) dunia yang suram ini. Tak perlu menggunakan logika untuk mencernanya dan nikmatilah segala kebodohan miliknya dalam bentuk comedy error sarat unsur satir ini.
Gopi (Danish Sait) adalah Professor dengan gelar Magister Seni dan Kerajinan baru saja memulai tugas pertamanya di sebuah sekolah negeri di mana terdapat banyak ruangan sementara muridnya sendiri kekurangan. Orang tua tak ingin menyekolahkan anaknya. Demikian pungkas salah seorang guru wanita terhadapnya. Pelajaran pertama pun dimulai, dan Gopi mendapati para muridnya yang tak memperhatikan, dan disinilah keahlian dalam bidangnya diterapkan, tatkala ia menyulap kertas menjadi bunga. Disinilah judul utama itu bermula.
Ditengah proses belajar, muncul sekelompok penjahat yang mengenakan topeng Money Heist, menahan dan menyandera para anak-anak dan berujung pada sebuah percakapan telepon dengan sekretaris CM (Sampath Maitreya) dan melayangkan protes acak semisal meminta pelarangan film Amitabh Bachchan, daging sapi hingga pelarangan minuman keras atas dasar kebencian pribadi, kasihan hingga melindungi diri dari penyakit.
Semuanya bermula dari tweet acak untuk melayangkan protes terhadap pemerintah dan mempertemukan Pruthviraj (Prakash Belawadi) sang pimpinan kelompok yang melayangkan protes terhadap film Amitabh Bachchan karena merasa kurang populer pasca mengalahkannya untuk audisi sebuah siaran radio, Gurudev (Manosh Sen Gupta) pensiunan koki yang menolak daging sapi, Ayan (Vineeth Kumar) stand-up comedian yang tengah berjuang atas karirnya dan Neha (Roopa Rayappa) si vegetarian sekaligus mahasiswa yang membanggakan Hyberabad.
Ditulis naskahnya oleh Danish Sait bersama sang sutradara, Vamsidhar Bhogaraju (Humble Politiciann Nograj), One Cut Two Cut tampil secara acak di mana pararel cerita seolah sarat kebetulan. Namun, disitulah letak uniknya di mana tak diperlukan perhatian khusus dan bersenang-senang dengan barisan karakter tak kalah bodoh. Sait tampil di garda depan di mana Gopi dengan kumisnya yang mirip Charlie Chaplin dan tampilan luarnya yang klasik ternyata mengetahui segala hal, ini sengaja dijadikan sebuah banter yang menarik bagi deretan dialog menggelitik.
Bukannya tanpa otak, One Cut Two Cut ternyata menyimpan setumpuk pesan relevan yang disampaikan dalam satir, sebutlah mengenai infrastruktur sekolah yang kian dikebiri (termasuk diantaranya gaji guru yang tak seberapa), kebobrokan media yang mengenyahkan berita penting hanya untuk mengejar rating dan sesuatu yang viral semisal wanita yang menari hula-hoop menggunakan saree dan sepatu kets hanya karena ia merpakan putri seorang CM (diperankan oleh Apoorva Amaresh), lain halnya dengan wanita biasa yang menirukan hal serupa yang berujung pada sebuah tamparan.
Dua unsur tersebut memang yang paling unggul ditengah unsur lain semisal perjodohan yang memandang gelar dan tampilan luar yang larut seiring seringnya narasi tampil acak dan tak beraturan. Itulah mengapa pembukanya dalam memperkenalkan masing-masing karakter (utamanya para penjahat) tampil tersendat-sendat. Kadangkala keliaran tersebut melayang sesuai porsi, namun tak jarang pula berujung pada sebuah kekosongan, sebutlah momen tatkala masing-masing karakter menerapkan metode breaking the fourth wall.
Berlangsung selama kurang dari 90 menit, One Cut Two Cut memang terbilang padat dan pendek untuk ukuran film Hindi (utamanya yang berbahasa Kannada) yang menampilkan sebuah konklusi diluar dugaan menggelitik sekaligus menyampaikan pesan filmnya secara verbal. Ini mungkin sangat disayangkan mengingat penonton sendiri sudah cukup pintar untuk mencernanya. Pun, demikian halnya dengan romansa antara Gopi dan Nagaveni (Samyuktha Hornadu) yang kurang merekah dengan nomor musikal yang ditampilkan secara mendadak. Meskipun demikian, tak merubah One Cut Two Cut sebagai tontonan yang patut dicoba untuk sekedar melepas penat.
SCORE : 3/5
0 Komentar