Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - DYBBUK (2021)

 

Dybbuk adalah remake resmi dari Ezra (2017), film berbahasa Malayalam yang patut diperhitungkan pada masanya. Mengulang hal serupa, sutradara Jay K, menandai kali pertama dirinya bekerja di Bollywood dengan membuat ulang film miliknya (Ezra disutradarai oleh dirinya sendiri) sebatas melakukan carbon copy dengan memindahkan Kochi ke Mauritus, dan mengganti Prithviraj Sukumaran dengan Emraan Hashmi. Haslinya tak ada yang spesial.


Bagi saya yang telah menyaksikan film originalnya, Dybbuk seolah tak memberikan signifikansi atau pembaharuan kecil selain sebatas mengganti aktor dan lokasi. Tak salah memang, namun ada sebuah ganjalan yang membuat korelasinya sama sekali mudah ditebak, mau tidak mau, disadari atau tidak pasti akan ada sebuah perbandingan yang sulit untuk dienyahkan. Dan itu yang membuatnya, sekali lagi, tidak lagi spesial.


Sam (Emraan Hashmi) dan Mahi (Nikita Dutta) terpaksa pindah ke Mauritus demi kesempatan kerja Sam yang mengharuskannya menetap sebagai eksekutif di sebuah perusahaan limbah nuklir. Masalah dimulai ketika Mahi membeli sebuah kotak di toko barang antik yang semula ia kira sebagai kotak penyimpanan anggur. Tak butuh waktu lama untuk meyakini bahwa kotak tersebut menyimpan dybbuk, yang menurut kepercayaan Yahudi adalah roh tanpa tubuh yang mencari inang.


Seperti kebanyakan film horor serupa, Sam awalnya menolak percaya dan mengatakan bahwa Mahi hanya stress dan perlu istirahat pasca keguguran kehamilannya, yang ditampilkan dalam sebuah adegan cringey di kantor tempat Sam bekerja. Bukan penampilan Hashmi maupun Dutta yang buruk, melainkan barisan dialog Chintan Gandhi (Singh Is Bling, Shor in the City, Dhaakad) yang menerjemahkan naskah Jay K terlampau mentah.


Pembukanya, meski telah diketahui temponya, tetap menampilkan sebuah keseraman sederhana di sebuah toko barang antik yang menandai kali pertama nyawa berjatuhan, lengkap dengan tampilan mayatnya yang cukup mengerikan. Setidaknya sekuen ini yang paling bekerja tatkala setelahnya adalah deretan replika yang mudah sekali diprediksi.


Dybbuk memang setia menguti pakem horor kebanyakan di mana ritual eksorsisme dijadikan andalan dan sebuah jimat bernama hamsa turut berperan. Konklusinya menampilkan itu, yang turut melibatkan Manav Kaul sebagai Rabi Markus. Kaul memang tampil meyakinkan ditengah screen time terbatas miliknya.


Pujian patut disematkan tatkala Jay K turut membenturkan logika dengan sains, yang mana bisa saja tampil lebih baik andai penempatannya tak hanya sebatas tempelan. Kesan tiba-tiba memang sulit dihindari yang menandai terbukanya sebuah twist bernasib sama. Melewatkan atau menontonnya sesekali mungkin adalah pilihan fluktuatif, serupa nasib keseluruhan filmnya yang sarat fluktuasi mengikuti ritme yang benar-benar klise.


SCORE : 2/5

Posting Komentar

0 Komentar