Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - KUKIRA KAU RUMAH (2021)

 

Diluar hype-nya yang begitu besar semenjak penayangan perdananya di Jogja Netpac Asian Film Festival tahun lalu, Kukira Kau Rumah yang menandai Umay Shahab dan Prilly Latuconsina dibelakang layar ini mengangkat sebuah isu mengenai kesehatan mental, khususnya bipolar disorder secara berani dan bahkan jarang dijamah. Sebuah langkah yang tepat mengingat penanganannya dilakukan secara cermat dan tak jatuh bak tempelan belaka kala Umay selaku sutradara paham betul akan "keistimewaan" pemaparan secara nyata tanpa terkesan mengada-ngada.


Niskala (Prilly Latuconsina) adalah sang pengidap bipolar yang mengharuskannya banyak menghabiskan waktu di rumah, setidaknya itu menurut pendapat sang ayah (Kiki Narendra) yang begitu protektif terhadapnya. Lain demikian dengan sang ibu (Unique Priscilla) yang bersikap suportif bahkan mengizinkannya untuk kuliah secara diam-diam bersama dua teman masa kecilnya yang juga selalu melindunginya, Dinda (Shenina Cinnamon) dan Oktavianus (Raim Laode).


Niskala yang kerap berteman dengan sepi bahkan ingin merasakan menjadi manusia yang normal menemukan secercah ketertarikan bahkan harapan terhadap Pram (Jourdy Pranata), senior di kampusnya yang juga merasakan hal yang sama dengan Niskala. Pram amat menyukai musik bahkan sering meniptakan lagu, namun semesta belum berpijak kepadanya kala musiknya dianggap mengganggu dan membutuhkan pengakuan sebagaimana mestinya. Dua manusia yang hampir sama ini kemudian berbagi rasa dan saling menemukan "rumah" sebelum akhirnya jatuh cinta.


Musik tampil begitu sentral disamping pemapara soal kesehatan mental, yang mana menciptakan kurasi yang begitu menyentuh hati, selain Kukira Kau Rumah yang merupakan andalan sekaligus adaptasi utaman milik Amigdala, saya terpikat bahkan jatuh hati kala lantunan melodi ditampilkan begitu sederhana namun terasa. Mulai dari Ode Keadilan yang sempat mengalami penolakan dari sebuah pembuktian, Hujan (yang merupakan lagu ciptaan Umay pula dinyanyikan langsung oleh Jourdy) yang begitu easy listening dan berkontribusi memberikan sebuah momen penting bagi dua karakternya, sementara Belenggu dan Selepas Gulita adalah puncak di mana keduanya saling jatuh cinta dan penonton termasuk saya dibuat hal yang sama.


Menyusul setelahnya, seperti yang telah saya singgung diawal adalah penanganan tepat dalam menampilkan strata bipolar di mana kita melihat Niskala yang dimainkan secara maksimal oleh Prilly Latuconsina menapaki masa manik dan depresif secara nyata dan terasa sebagaimana yang telah dibocorkan oleh trailer-nya. Ini merupakan langkah yang tepat sekaligus berpotensi menjadi sebuah edukasi bagi penonton juga para sineas yang berujung salah kaprah tanpa pernah melakukan riset alamiah sebelumnya.


Unsur romansanya tampil manis berkat sokongan chemistry memikat dari Prilly-Jourdy yang menjadi pasangan likeable setelah tampil di serial I Love You Silly (2021). Tatkala keduanya bersama dan menyanyi dihadapan orang ramai, terpancar sebuah rona bahagia. Ini terbukti kala saya melihat bahkan merasakan hal yang sama dengan barisan para remaja yang duduk di depan dan dibelakang kursi studio tempat saya menontonnya.


Selain Prilly-Jourdy, pemeran lain tak kalah tampil memikat meski dalam jatah tampil yang minim, utamanya Unique Priscilla yang sekali lagi memamerkan range emosi sebagai sosok ibu yang amat mencintai putrinya, Kiki Narendra mungkin menjadi sosok yang bersebrangan, namun emosi yang ia tumpahkan menjelang akhir adalah bukti nyata kecintaan sang ayah dalam ranah yang berbeda. Pula demikian dengan Shenina Cinnamon maupun Raim Laode sebagai sidekick yang selalu ada bagi Niskala baik suka maupun duka.


Tiga puluh menit terakhirnya adalah puncak dari apa yang diinginkan pula pusat di mana kekacauan yang berpotensi mengkhianati proses awal tatkala naskah buatan Umay Shahab bersama Imam Salimy juga bantuan dari Monty Tiwa menimbulkan sebuah perpecahan yang terbagi dua, mereka yang benci dan mereka yang menyukainya sebagaimana ditampilkan oleh para remaja perempuan yang terisak-isak melihatnya. Ada sebuah ruang kosong yang semestinya tak dilakukan tanpa adanya sebuah pembangunan maupun hint bagi salah satu karakter utamanya yang dirasa sangat begitu cacat dan sebatas menampilkan sebuah kejutan yang tak diinginkan. Narasi yang terlampau medioker pula persentasi yang berjalan di permukaan mungkin bisa dimaafkan, namun konklusinya rasanya sulit untuk demikian, biarpun Kukira Kau Rumah mampu mengedukasi secara umum terkait bipolar, serta secara khusus mewakili mereka yang begitu spesial.


SCORE : 3/5

Posting Komentar

0 Komentar