Merupakan film keempat produksi Lingkar Pictures (Ular Tangga, Revan & Reina, Kain Kafan Hitam), Mangga Muda yang naskahnya ditulis langsung oleh Jujur Prananto (Ada Apa Dengan Cinta?, Petualangan Sherina, Aisyah: Biarakan Kami Bersaudara) menyiratkan sebuah relevansi bagi realita yang dekat sekali dengan masyarakat kita-seputar kebiasaan ngidam yang seringkali jadi persoalan yang harus dipatuhi keinginannya. Dibungkus dengan rasa komedi, tentu saya akan memabayangkan bagaimana eksekusinya yang bisa dibilang menarik ini-yang justru berakhir pada sebuah kekecewaan dan ketidakpercayaan bahwa Jujur Prananto yang telah melahirkan film berkualitas malah mengundang ekspresi wajah memelas dari naskah yang begitu tampil malas.
Kisahnya sendii menyoroti kehidupan sepasang suami-istri, Agil (Tora Sudiro) dan Luli (Alexandra Gottardo) yang semenjak 8 tahun lamanya menikah belum juga dikaruniai momongan. Agil yang merupakan seorang supir taksi lantas sering melakukan konsultasi dengan kedua rekannya, Kamal (Gary Iskak) dan Nyoman (Ajun Perwira) yang kerap memberikannya solusi tak berbobot-namun tetap Agil lakoni. Kenaifan dan kepolosan Agil memang ditujukan sebagai bahan komedi-yang justru tampil begitu datar bahkan terkesan repetitif.
Hingga tatkala ia melihat seseorang tengah mencari mangga muda, timbul sebuah nazar dalam diri Agil untuk memenuhi segala keinginan istrinya apabila hamil dan me-ngidam. Selang tak berapa lama, doa itu pun terjawab dan menuntut balasan. Luli mengandung dan kemudian ngidam, bukan lagi ingin mangga muda melainkan mobil Toyota Yaris berwarna merah yang Agil sendiri tak sanggup untuk membelinya.
Mangga Muda setelahnya menyoroti usaha Agil dalam memenuhi keinginan Luli, terlebih pasca Luli memutuskan untuk pergi ke rumah saudaranya yang membuat Agil begitu terpukul. Dari sini, hadir karkter Siska (Nafa Urbach) seorang marketing mobil yang begitu ceriwis-yang andai dieksplorasi secara lebih bisa memberikan sebuah komparasi senasib sepenanggungan dengan karakter Agil. Sayang, ketimbang karakterisai mendalam, filmnya hanyut dalam buaian sebuah jalur baru yang kesannya terlalu dipaksakan.
Saya takkan membocorkan detail jelasnya seperti apa, selain turut melibatkan Agil pada sebuah aktivitas kriminal berdasar sebuah paksaan dari seorang boss mafia kelas kakap bernama Ucul (dimainkan oleh Sayudi Ucul dalam pembawaan repetitif dan tak lucu). Pergantian drama ke komedi tersaji begitu kasar, sementara karakter yang lebih dahulu diperkenalkan justru dilupakan. Mangga Muda sekali lagi, tampil diluar dugaan.
Disutradarai oleh Girry Pratama (Revan & Reina, Kain Kafan Hitam) bersama Hendra Martono, Mangga Muda adalah ajang yang amat disia-siakan perihal pemanfaatan budaya masyarakat yang bisa saja dibuat lebih dari ini. Kita tidak penah mengenal karakternya secara baik pun kurang meyakinkan tatkala naskah sendiri berjalan begitu melompat-lompat dan kebingungan dengan apa yang hendak ditampilkan. Satu hal yang paling berkesan adalah cameo Gubernur Jawa Barat (filmnya sendiri 100 % diambil di Bandung), Ridwan Kamil sebagai pimpinan perusahaan Taksi dan Nafa Urbach. Sisanya begitu gampang terlupakan, termasuk konklusinya yang begitu saja ditutup secara paksa dan penuh ketidaksengajaan dalam proses yang serba instan.
SCORE : 1.5/5
0 Komentar