Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - 7: 20 ONCE A WEEK (2018)

Berdasar posternya, mungkin banyak yang mengira bahwa film yang berasal dari Republik Dominika ini sebatas menjual seks murahan layaknya 365 Days. Don't judge a book by it's cover. Peribahasa ini sejatinya cocok menggambarkan 7:20 Once a Week, yang meski tidak dapat dipungkiri masih menjual seks sebagai bahan tontonan ini memiliki jalinan pengisahan yang cukup kuat. Benar, seks adalah dominasi film ini, namun terdapat sebuah kesan surealis didalamnya, yang seperti kebanyakan realita tampilkan, begitu bertolak belakang.


Dibuka oleh sebuah erangan tatkala samar-samar terlihat keduanya tengah berhubungan seksual, penonton nyaris tidak mengetahui nama dua karakternya, yang mana ini melibatkan sebuah proses menyelami pula mengamati percakapan keduanya pasca atau tatkala berhubungan seks. Kelak, kita ketahui bahwa masing-masing karakter bernama Julia (Eva Arias) dan Manuel (Josué Guerrero). Keduanya bertemu secara kebetulan dan menghabiskan satu malam bersama, hingga sesuai seperti judulnya, pertemuannya makin intens selama seminggu sekali di hari kamis, pukul 7:20.


Tak ada latar belakang signifikan selain semuanya dijelaskan melalui obrolan, pun karakternya hanya terdiri dari dua orang dengan setting satu tempat. Terkesan minimalis memang, namun dari sini terciptalah sebuah keintiman dari pasangan yang tengah melakukan hubungan intim. Begitu dekat, terkadang kamera memposisikan keduanya tengah melakukan pillow talk diiringi sebuah tatapan mesra, menceritakan kehidupan pula impian untuk sekedar keluar malam di sebuah tempa terpencil sambil bergandengan tangan.


Baik Julia maupun Manuel masing-masing sudah memiliki pasangan. Ini adalah sebuah hubungan terlarang yang begitu indah ditengah kehampaan keduanya terhadap sang pendamping hidup. Ada sebuah tekanan pula keinginan untuk tinggal bersama dalam biduk rumah tangga setelah pernikahan, namun semuanya tak segampang membalikan telapak tangan, meskipun ini sendiri adalah perihal perasaan dan kenyamanan.


Berdasar hal itu, terciptalah sebuah gesekan sederhana namun menghasilkan dampak yang luar biasa, yang lewat tangan sutradara Matías Bize (Memory of a Water, La Vida de los Peces, En la Cama) tampilkan lewat guratan atau tindakan yang tersirat lewat tubuh keduanya. Sebuah bahasa tubuh yang benar-benar murni menafsirkan rasa di dalam pikiran pula hati yang tidak bisa dibohongi maupun dipungkiri.


Sejalan dengan visi tersebut adalah tata kamera yang sesekali (tepatnya tatkala menangkap degradasi emosi) menerapkan teknik held-shoulders dengan iringan musik perlahan masuk secara pelan namun pasti dentumannya. Beruntung, dua pelakonnya tampil begitu lepas dan maksimal, Eva Arias dengan segala keraguannya pula Josué Guerrero dengan segala keinginannya mewujudkan mimpi terbesarnya untuk hidup berdasarkan pilihan hatinya. Bahkan, momen tatkala ia mimpi memiliki dua orang putri kembar bersama Julia pun menyiratkan sebuah kesungguhan-yang kemudian dibalas oleh realita yang tak mengamininya.
 
 
Naskah yang ditulis oleh Julio Rojas (La Vida de los Peces, Homemade, Memory of Water) memang kerap tampil sederhana, nihil letupan namun bergejolak di dalam. Sayang, terkait konklusinya, Rojas mengambil jalan pintas bernama simplifikasi yang diterapkan dalam penceritaan melompat. Ini jelas mengurangi dampak klimaksnya yang berpotensi tampil lebih membumi, menggambarkan sebuah art of letting go yang mestinya bisa berdampak lebih. Setidaknya, apa yang ditampilkan oleh 7:20 Once a Week sudah lebih dari cukup menangkap satu sisi terkecil dalam kehidupan yang penuh dengan kelokan bernama perpisahan.
 
 
SCORE : 3.5/5

Posting Komentar

0 Komentar