Bayangkan sebuah film mirip gim Five Night at Freddy's di mana boneka (lebih tepatnya animatronik) dapat menyerang dan membunuh. Demikian, premis utama Willy's Wonderland yang ditulis naskahnya oleh G.O. Parsons pasca melihat sebuah film pendek berjudul Wally's Wonderland yang hanya berdurasi satu menit. Judul utamanya sendiri merujuk pada sebuah tempat hiburan keluarga dan biasanya dipakai untuk merayakan ulang tahun anak. Kurang lebih ini seperti Chuck E. Cheese, lengkap dengan tujuan dan penulisan nama yang sama.
Dibintangi Nicolas Cage, anda tahu ini adalah tipikal seperti apa, yang tak perlu logika untuk mencernanya, hanya siapkan badan dan camilan untuk sekedar menikmati sebuah hiburan. Cage memerankan karakter tanpa nama (meski salah satu robot animatronik sempat memanggilnya dengan sebutan 'koboi'), pergi ke daerah Nevada, tepatnya sebuah tempat terpencil bernama Hayesvile-hanya untuk mendapati perjalanannya terganggu akibat ban yang tertusuk paku. Seorang pria tiba menawarkan bantuan untuk memperbaikinya.
Ketika hendak membayar menggunakan kartu debit, sang pemilik menolak dengan alasan hanya menerima pembayaran tunai, pun akses ATM sudah lama tak dipergunakan. Akibatnya, demi melunasi pembayaran ia pun harus menerima tawaran sebagai petugas kebersihan di Willy's Wonderland. Itulah mengapa credit tittle-nya menyebut peran yang dimainkan oleh Nicolas Cage sebagai The Janitor.
Sudah lama ditutup, Cage harus menjalankan tugas dengan ditemani delapan boneka animatronik, yang seperti kita ketahui ternyata bukanlah boneka biasa, mereka mencari mangsa setiap kali ada orang yang terjebak di sana. Namun, kali ini pemangsa berubah menjadi yang dimangsa.
Tak butuh waktu lama untuk para animatronik melancarkan serangan, yang direspon secara dingin oleh Cage, ia tak bergeming meski salah satu diantara mereka berdiri tepat di wajahhnya. Ini adalah tipikal peran yang sering dimainkan oleh Cage, yang justru tampil menyenangkan akibat ketiadaan pemikiran ulang. Disutradari oleh Kevin Lewis (The Drop, The Method, Malibu Spring Break), Willy's Wonderland tampil khas lewat ciri B-movie, tatkala amukan Cage menghasilkan sebuah hidangan mainstream, yang atensinya sama sekali tak pernah surut.
Cage tampil menggila, seolah sadar ia berada dalam film seperti apa, tengok aksi pertamanya yang begitu memorable, tak perlu banyak kata (meski nyatanya tak ada satu dialog pun diucapkan olehnya) untuk berbicara, biaralah pukulan tanpa henti yang menjadi jawabannya. Setelahnya ia siap kembali untuk bersih-bersih, meneguk bir dan bermain sebuah gim. That's cool right?
Meski alurnya tampil repetitif, di mana Cage hanya mengulang kebiasaannya dan melancarkan serangan untuk membunuh robot animatronik, yang semakin merepotkan tatkala sekelompok remaja pimpinan Liz (Emily Tosta) datang untuk menyelamatkannya, yang justru hanya menambah beban sekaligus korban bagi para animatronik.
Keberadaan karakter remaja (terkecuali Liz) memang tak memiliki karakterisasi jelas selain untuk melengkapi sekaligus memberikan latar belakang bagi kisahnya yang dijelaskan lewat dialog panjang dengan sesekali tampilan flashback. Memang terlampau menggampangkan, tapi, bukankah ini adalah film yang Nicolas Cage?
Pengadeganan yang ditampilkan oleh Lewis memang jauh dari kata baru, termasuk cara membunuh yang meski melibatkan banyak darah, tak pernah terasa mewah. Biarpun demikian, sensibilitas horornya terasa tatkala ia memamerkan keseraman lewat pengambilan gambar dengan sudut-sudut ruangan secara pelan. Sederhana memang, namun sekali lagi, Willy's Wonderland tak pernah terasa membosankan maupun melelahkan dengan ketidaksempurnaannya yang dominan.
SCORE : 3/5
0 Komentar