Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - THE LITTLE THINGS (2021)

 

Sebelumnya, naskah yang merupakan draft pertama The Little Things telah rampung diselesaikan oleh John Lee Hancock (The Blind Side, Saving Mr. Banks, The Highwaymen) pada seperempat dekade lalu (tepatnya tahun 1993), tawaran pertama jatuh kepada Steven Spielberg yang berujung pada sebuah penolakan karena menganggap ceritanya terlalu kelam. Nama-nama lain smpat dikaitkan, mulai dari Clint Eastwood, Warren Beatty hingga Danny DeVitto, yang berujung pada jawaban serupa. Guna membangkitkan naskah yang sudah lam terpendak, John Lee Hancock akhirnya memutuskan dirinya siap untuk merealisasikan proyek, di tengah kelangkaan genre serupa yang makin surut gaungnya.


The Little Things adalah kisah mengenai wakil sherrif Kern Country, Joe Deacon (Denzel Washington), yang dipanggil pihak kepolisian untuk mengumpulkan bukti fisik dari kasus pembunuhan di Los Angeles. Jika William Somerseet (Morgan Freeman) dalam Se7en (1995) adalah detektif yang menunggu masa pensiunnya, maka Joe adalah mantan detektif yang terobsesi pada sebuah kasus pembunuhan yang membuatnya dikesampingkan. Guna menyelesaikan persoalan utamanya, ia disambut dan diajak oleh detektif Jim Baxter (Rami Malek) ke lokasi tempat belangsungnya pembunuhan. Semakin Joe tenggelam mengamati kasusnya, semakin yakin bahwa apa yang terjadi persis seperti kasus yang belum ia selesaikan dahulu.


Sulit rasanya untuk tak menyebut Se7en yang merupakan maestro dari sub-genre ini, di mana karya David Fincher tersebut melekat berkat kepiawaiannya menggiring penonton dalam sebuah kasus pembunuhan berantai, eksekusinya tampil kontuniti, di mana tiap adegannya menggiring pada sebuah keingintahuan sebelum dijawab oleh ending yang banyak dibicarakan. Esensi utama Se7en memang bukanlah mengenai siapa pelakunya, melainkan apa yang terjadi dan bagaimana itu bisa terjadi.


The Little Things memang berniat mengikuti jejak serupa, yang beberapa diantaranya terinspirasi oleh karya tersebut (termasuk ending) yang seolah memberikan homage tersendiri yang sayangnya gagal sepenuhnya tersaji. Ini akibat kurangnya ikatan pula urgensi dari studi kasus yang ingin terlihat menawan, meski nyatanya adalah jalan menggampangkan agar terlihat pintar. Apa perlunya mengubah suatu kejadian hanya untuk diakhiri dengan sebuah jawaban kurang beralasan? Jika benar para korban adalah seorang PSK, maka modus operandinya tak jauh dari kepuasan seksual pria malang yang mempunyai hasrat menyimpang? Semuanya dijawab secara gamblang, yang kemudian mengeliminasi sebuah misteri yang mengikat andai semuanya tersamarkan dan tak sepenuhnya terjawab.


Barulah ketika menginjak babak ketiga, intensi seketika naik seiring diperkenalkannya karakter bernama Albert Sparma (Jared Leto), seorang drifter yang menurut Joe dan Baxter adalah sang dalang utama. Gaya eksentrik Leto dengan rambut panjang, perawakan kurus sementara peut tambun beserta tatapan kosongnya menyiratkan sebuah keanehan yang gampang dicurigai sebagai penjahat. Pertanyaannya adalag apakah ia adalah orang selama ini dicari berbekal wujud fisik dan kisah masa lalunya?


Seharusnya ini berjalan menarik. Di mana seupa Se7en yang memutarbalikan fakta dengan keadaan dunia berhasil menghasilkan gambaran nyata akan situasi sesungguhnya pada kenyataan dewasa ini. Apakah ini hanya alasan manusia untuk saling menyalahkan, karena seperti yang Joe ucapkan, Tuhan telah abai akan urusan dunia. Pernyataan yang berpotensi meninggalkan renungan andai Hancock lebih memperdalam dan menampilkan sebuah keharusan.


Mendekati konklusi, permainan emosi dilipatgandakan, sementara scoring gubahan Thomas Newman (1917, The Help, Skyfall) melipatgandakan rasa dengan petikan nada. Penantian akan sebuah gebrakan begitu dinantikan, yang meski beberapa diantaranya sesuai harapan, tak meninggalkan secercah cahaya yang seharusnya ada. 


Beruntung, The Little Things memiliki deretan pemain (yang pada akhirnya dijadikan jualan utama) kompeten. Denzel dibalik antusiasnya adalah seorang pria rapuh yang harusnya diberikan pertolongan, bukan memberikan sebagaimana yang ia lakukan terhadap Baxter. Rami meski diawal terlihat inkonsisten (yang besar kemungkinan adalah kesengajaan tuntutan naskah) adalah yang paling minor jika dibandingkan dengan deretan aktor pemenang Academy Award. Sementara Jared Leto, semenjak kamera bidikan John Schwartzman (A Simple Favor, Jurassic World, Pearl Harbor) menampilkan siluet tubuhnya di sebuah toko, adalah pilihan tepat untuk dijadikan penjahat (atau lebih tepatnya tersangka).


Lantas siapakah yang membunuh para wanita? Pertanyaan tersebut memang sukar dijawab secara literal, meski pada kenyataannya ini adalah kisah mengenai kucing yang mengaku sebagai harimau. Dunia memang sudah kejam, kebohongan dan ketidaktahuan adalah hal yang membuatnya semakin kelam.


SCORE : 2.5/5

Posting Komentar

0 Komentar