Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - THE NEW MUTANTS (2020)

 

Seperti yang telah kita tahu, The New Mutants yang diniati sebagai seri terakhir (lebih tepatnya spin-off) dari X-Men mengalami banyak kendala pula campur tangan orang dalam, yang mengakibatkannya beberapa kali mengganti tanggal rilis pula tuntutan dari Disney setelah mengakuisisi Fox untuk melakukan re-shoot yang sampai tulisan ini dibuat tidak pernah terlaksana akibat banyaknya pemikiran tak sepaham. Sampai pandemi yang belum juga berlalu, Disney melepas The New Mutants untuk tayang di tengah tuntutan untuk pergi ke bioskop yang masih menjadi pertimbangan. Pranala luar yang bermasalah rupanya setali tiga uang dengan hasil akhir filmnya yang juga tampil cukup parah.


Disutradarai dan ditulis naskahnya oleh Josh Boone (The Fault in Our Stars, The Stand) dengan bantuan Knate Lee (Kidnap, The Stand) berdasarkan komik berjudul sama buatan Chris Claremont dan Bob McLeod, The New Mutants mengisahkan sekelompok remaja mutan yang tengah menjalani pengobatan di institusi khusus dengan Dr. Reyes (Alice Braga) sebagai pengelola. Paruh awal filmnya kita diperkenalkan dengan Dani Moonstar (Blu Hunt) yang mendapati dirinya berada di sebuah ranjang dengan tangan di borgol setelah dirinya dinyatakan selamat dari bencana tornado yang menewaskan seluruh kota, termasuk ayahnya.


Dani adalah pasien baru yang dibimbing oleh Reyes guna menempatkan jiwa mutan secara tepat guna bersama dengan para remaja serupa lainnya yang terdiri dari: Illyana Rasputin (Anya Taylor Joy) yang memiliki kekuatan teleportasi dan dapat merubah tangannya menjadi pedang, Rahne Sinclair (Maisie Williams) yang dapat bermutasi menjadi serigala, Sam Guthrie (Charlie Heaton) yang dapat melesat bagai pesawat jet serta Roberto da Costa (Henry Zaga) yang dapat mengeluarkan api dari tubuhnya.


Permasalahan timbul tatkala mereka mencurigai pengobatan yang dilakukan oleh Reyes menyimpang dari agenda utama sebai cikal bakal penerus X-Men, belum lagi trauma masa lalu masing-masing remaja yang sulit untuk dihindarkan dan terus menghantui kehidupan. Dari sini, sentuhan horor diterapkan, yang dilakukan oleh Boone dengan mencontoh horor klasik tahun 80-an macam The Shining-nya Kubrick yang menolak mengandalkan jumpscare dan menghentak lewat penampakan makhluk/monster yang sebelumnya ditandai dengan musik pengalih perhatian sederhana. Tak semuanya tampil efektif, meski di beberapa bagian berjasa menaikan intensitas.


Setengah durasi berjalan, The New Mutantas sarat monotonitas tatkala pengadeganan tampil stagnan yang hanya mengandalkan obrolan pula konflik khas opera sabun yang tak sepadan dengan potensi utama. Seharusnya, ini bisa dimanfaatkan guna menggali sebuah kedalaman karakternya yang terusik hanya sebatas mengingat masa lalu buruknya lewat penggunaan flashback yang keseluruhannya kurang jelas. Pengecualian untuk kisah Illyana yang dapat terasa ketakutannya, sementara untuk Dani sang lead actress, karakternya begitu useless ditengah kisahnya yang sengaja disimpan rapat guna menutup cerita secara singkat.


Ada sebuah injeksi untuk mengarah ke franchise X-Men yang keberadaannya patut untuk dipertanyakan. Sentilan tersebut hanya berjalan sambil lalu ditengah kebingungan para penulis untuk mengarahkan The New Mutants yang kaya akan cabang, namun begitu terpinggirkan. Selain elemen horor pula unsur LGBT yang secara terang-terangan ditampilkan sebagai pembeda atas ranah superhero, sisanya adalah sebuah sajian medioker yang begitu gampang terlupakan.


Terlebih konklusinya yang amat menggampangkan sekaligus mempertanyakan keuatan Dani yang konon merupakan mutan terkuat diantara yang lainnya. Rasanya pernyataan tersebut salah ketika "sang penyelamat" banyak diamnya ketimbang memamerkan aksinya. Ini seperti keharusan sebuah metode film lama di mana superhero terkuat harus datang terlambat. Sayang, anggapan tersebut rasanya sudah terlampau basi saat kebanyakan film superhero masa kini melakukan sebuah perubahan signifikan sebagai penegak kebenaran.


SCORE : 2/5

Posting Komentar

0 Komentar