Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - RUMAH KENTANG: THE BEGINNING (2019)

 

Diniati sebagai prekuel bagi film rilisan pertama Hitmaker Studios, Rumah Kentang (2012) yang meski tak mendapat respon positif, berhasil mengumpulkan lebih dari 400 ribu penonton pada masanya. Entah perlu atau tidaknya dibuat, selang tujuh tahun ceritanya kembali dibuat dengan menambahkan kata "The Beginning" yang persentasinya sendiri patut untuk dipertanyakan. Saya yakin banyak dari anda tahu mengenai urband legend Rumah Kentang yang bahkan santer terdengar di Bandung, Jakarta dan Yogyakarta, seolah menolak kebenaran mitos yang beredar, cerita yang dibuat oleh Rocky Soraya (Mata Batin, The Doll, Sabrina) bersama Agam Suharto selaku penulis naskah sebatas melahirkan satu lagi tema umum di perfilman horor lokal yang perlahan banyak ditinggalkan.


Kisahnya mengenai sepasang keluarga, Adrian (Christian Sugiono) dan Sofie (Luna Maya) yang mengalami krisis finansial pasca novel horor yang dibuat Adrian (sementara Sofie adalah ilustratornya) mengalami penurunan penjualan. Sang penerbit menyarankan mereka untuk menulis cerita horor berdasarkan kejadian nyata, bukan hanya sebatas hasil wawancara. Tak butuh waktu lama untuk ucapan itu terkabul semenjak Adrian bersama Sofie memboyong ketiga anaknya, Nina (Davina Karamoy), Nala (Nicole Rossi) dan Bayu (Rayhan Vandennoort) beserta Uwak (Jajang C. Noer) pergi ke rumah peninggalan orang tua Sofie di daerah Jawa Barat yang disekitarnya terdapat perkebunan kentang yang begitu luas.


Demi menambahkan kesan misterius, pembukanya menampilkan sebuah teror yang dialami sepasang suami-istri, yang belakangan diketahui adalah orang tua Sofie. Ketakutan Sofie akan hal yang sama terjadi tentu merupakan bagian dari naskah yang mengamini semua hal umum khasanah film horor. Terapkan setting tahun 80-an, jadilah Rumah Kentang: The Beginning sebagai versi jongkok dari The Conjuring yang nihil sebuah ketepatan situasi berkat minimnya nuansa oldskul yang dieliminasi.


Berbicara mengenai momen horor, Rumah Kentang: The Beginning memang mengurangi pemakaian jumpscare yang tadinya ingin saya apresiasi. Namun bukannya memberikan sebuah "horor murni" yang ada hanyalah sebuah momen menggelikan berupa teror banjir kentang yang dapat mematikan. Apakah ini sengaja untuk melucu? Jelas tidak.


Bergantinya teror serbuan kentang yang tak memiliki alasan selain demi memfasilitasi sub judul utama sungguh tak ada gunanya, kentang disini bahkan bisa digantikan dengan sayuran lain semacam petai maupun jengkol. Kurangnya penggalian dan pemanfaatan menghalangi adanya sebuah jembatan penghubung dengan misterinya yang sebatas bergerak secara random. Sebutlah kemunculan zombie di ruang bawah tanah yang entah hadirnya dari mana, untuk apa dan maunya apa? Entahlah, hanya Agam Suharto dan Tuhan yang mengetahuinya.


Padahal, kesan misterius sudah mengakar sedari ditemukannya sebuah belanga besar di gudang perkebunan. Sayang, ini semua berujung hampa tatkala keberadaannya sebatas dijadikan sebuah panggung repetisi bagi menghilangnya anak Adrian dan Sofie secara bergilirian lengkap dengan respon sama berupa teriakan berujung tangis yang setelahnya kembali normal seperti biasa. Orang tua mana yang masih tenang menulis ditengah hilangnya kedua anaknya? Mungkin Adrian dan Sofie adalah sosok yang kuat, sementara saya tidak kuat mencerna logika yang seolah tak masuk akal ini.


Memasuki konklusi, Rumah Kentang: The Beginning mengambil jalan tengah berupa memunculkan sebuah twist yang sedari awal sudah tercium gelegatnya. Twist-nya gagal tampil meyakinkan berkat kurangnya sebuah penggalian. Pun, ketika filmnya tampil menghentak dengan menerapkan gaya gore khas Rocky Soraya berujung hampa ketika pertengahan durasinya tampil kopong. Saya sudah kehilangan minat dan semangat, dan sekalinya tampil meraih atensi, rasanya sudah terlambat.


Rumah Kentang: The Beginning memiliki karakter bernama Dadang (Epy Kusnandar) yang pada penampilan pertamanya di layar tampil begitu misterius, pelit senyum, jarang bicara dan mata senantiasa melotot. Memasuki pertengahan, entah datang angin dari mana pribadinya berubah drastis menjadi sosok yang supel dan banyak bicara, bahkan membantu keluarga Adrian dan Sofie dalam mencari jalan keluar. Baik Dadang maupun Rumah Kentang: The Beginning sama saja, sama-sama kurang konsisten. Sungguh, karya terburuk dari Hitmaker Studios sejauh ini (meski pada kenyataannya, sukar menemukan karya yang baik diantaranya).


SCORE : 1.5/5

Posting Komentar

0 Komentar