Sebelumnya, Bullets adalah proyek yang sudah lama tersimpan berjudul Tina & Lolo, karena ketiadaan distributor yang menaungi semenjak 2013, proyek tersebut yang tadinya merupakan film dilempar menjadi web series sebanyak 6 episode sementara MX Player menjadi platform resmi bagi tersedianya series ini. Menjual nama Sunny Leone di barisan pemeran utama, Bullets seperti yang kita tahu, akan berakhir mengamini pikiran anda saat mendengar nama aktris yang satu ini.
Dalam Bullets, Sunny Leone berperan sebagai Tina, super model sekaligus wanita simpanan bagi putra Menteri Dalam Negeri, Hemant Korade (Vivek Vaswani) yang menjadikannya tak lebih dari "budak seks". Tina dipaksa untuk selalu melayaninya tanpa henti, termasuk ketika ia hendak menjadi pengisi acara dalam sebuah peluncuran bar milik Sunil Korade. Tindakan tersebut diketahui oleh Lolo (Karishma Tanna), yang datang hanya untuk mencuri data milik Hemant Korade guna membongkar bisnis perdagangan senjata ilegal.
Masalah timbul tatakal secara tak sengaja, Lolo membela Tina yang berujung pada tewasnya putra Hemant Korade. Seketika, Tina dan Lolo menjadi buronan yang dicari keberadaannnya oleh polisi pula kaki tangan Korade, Ketu (Deepak Tijori).
Disutradarai oleh Devang Dholakia yang sebelumnya pernah bekerja sama dengan Sunny dalam Kuch Kuch Locha Hai (2015), Bullets tampil setipis kertas di mana naskahnya hanya tersusun atas aksi kucing-tikus pihak Hemant Korade menangkap Tina dan Lolo. Bukan sebuah permasalahan selama itu digarap sebagaimana mestinya, meski apa yang diharapkan setelahnya adalah sajian luar biasa malas yang tenar karena menjual sensualitas seorang Sunny Leone (dalam sebuah adaegan bersama sang suami, Daniel Weber) pula Karishma Tanna (yang beradegang ranjang bersama Taha Shah Badussha) dilengkapi pakaian minim pula adegan seks yang diperpanjang keberadaannya, seolah sebuah keharusan bagi filmnya.
Deretan aksinya tampil canggung, di mana kita tak diperlihatkan proses menuju badass dari latar belakang seorang wanita yang menjadi penindasan makhluk bernama pria atau aksi balas dendam yang sebatas membuntuti tanpa adanya sebuah jalan signifikan dalam modus operandinya. Singkatnya, Bullets penuh dengan kebetulan pula serba instan.
Semakin mengganggu tatkala hasil editing-nya tampil begitu buruk, seolah tidak bisa membedakan sebuah pemangkasan bagi episode selanjutnya, yang pada titik ini menciptakan sebuah peralihan yang begitu kasar. Deretan dialognya tampil cringey, pula ketiadaan jembatan bagi episode selanjutnya menyisakan lubang menganga, yang kemudian dirajut secara paksa.
Lagi pula apa yang perlu diharapkan dari sebuah tontonan yang sedari awal tidak pernah serius sebagai film aksi pula dijual secara gratis untuk menikmatinya, ini sedikit mengurangi kekecewaan-meski harapan untuk tampil lebih dari sekedar ini sejatinya terbuka lebar. Sebagai film berlabel so bad it's good pun Bullets tak mampu, keseluruhannya sukar untuk mengendap lama di ingatan, meski pengecualian bagi sebuah erangan *ehh.
SCORE : 1/5
0 Komentar