Ditulis, disutradarai dan dimainkan oleh Mukesh Asopa, Depth of Pyaar menjadi film ketiga Asopa pasca The Taste of Relation (2009) dan Zombie Beach (2010) yang masing-masing berjaya di ranah festival. Asopa dikenal sebagai sineas kreatif yang mengeliminasi gendre, pun faktanya Depth of Pyaar sendiri merupakan penggabungan dua film sebelumnya (meski terkait unsur horor, ia menggantinya dengan thriller). Saya mungkin belum menyaksikan dua karya dari Asopa sebelumnya, meski jika menilik dri trailer pun setelah memutuskan menonton ini, saya mulai paham bahwa "eliminsi genre" yang dimaksud di sini hanya sebatas melakukan tanpa dibarengi dengan sebuah penerapan.
Asopa memainkan dua peran sekaligus. Pertama, ia berperan sebagai Yash, seorang pengacara yang tengah frustasi dengan menanyakan arti sebuah keadilan yang sebenarnya. Kedua, ia adalah Ansh seorang anti-sosial yang menghabiskan hidupnya untuk berdiam di kamar, mengurung diri dalam kegelapan dan enggan untuk berbicara kepada sang ibu, Parvati (Jasmine Sawant). Ini berlangsung sedari kecil, ketika Ansh kehilangan sosok ayah yang begitu peduli terhadapnya.
Dibuka lewat sebuah montase hitam-putih yang membungkus sebuah peristiwa masa lalu dalam sebuah obrolan yang terdengar jelas dari mulut sang ayah yang menyampaikan kekhawatirannya terhadap Ansh yang setelahnya ditimpal oleh jawaban dari Parvati yang menyebutkannya baik-baik saja, mudah menyimpulkan bahwa Parvati berlaku tidak adil terhadap Ansh dan lebih membanggakan Yash. Meski seiring durasi berjalan, kita mengetahui ketakutan dan kekhawatiran Parvati sebatas berhenti demi alasan reputasi. Untuk itu, ia mengutus seorang dermawan yang memiliki pengalaman dalam merawat pula berkomunikasi dengan orang yang memiliki masalah dalam wujud seorang wanita bernama Maya (Siobhan Johnson).
Kehadiran Maya perlahan membuat Ansh terbuka akan masalah juga menunjukkan sebuah kemajuan cukup pesat ketika Ansh kini mulai bisa keluar dari kamar gelapnya. Pun, keduanya saling jatuh cinta karena sebuah kondisi senasib dan sepenanggungan yang pernah atau sedang keduanya hadapi. Ini tentu dapat dengan mudah dimengerti, mengingat kehadiran pula salah satu fungsi cinta adalah sarana berbagi dan mengobati.
Sayang, hubungan keduanya harus bernasib seumur jagung pasca kematian Maya yang dibunuh oleh pria misterius yang pada saat bersamaan tengah melakukan serangakaian pembunuhan berencana. Membuka narasi menginjak ranah crime-thriller sederhana seiring masuknya karakter Inspektur Natalia Deshkova (Lina Yakovlieva). Dari sini letak kebingungan itu bermula.
Terlepas dari berbagai penghargaan yang di dapat (yang merupakan hasil dari keputusan juri), saya mengakui bahwa Mukesh Asopa adalah seorang seniman yang berani pula memiliki ide kreatif yang semestinya bisa digali. Namun, jika berbicara mengenai segi filmis (dan perasaan terjujur yang berasal dari lubuk hati yang paling dalam) cara bertutur Asopa amatlah berantakan, jauh dari kesan rapi ataupun sarat akan kontuniti. Beragam elemen dilempar begitu saja tanpa memerhatikan aturan dan ritme pengadeganan yang kemudian menciptakan sebuah peralihan kasar yang tak karuan.
Semakin memberatkan adalah tatkala barisan pelakonnya (termasuk Asopa yang paling kentara) tampil dengan penuh kecanggungan, seolah bingung ingin menyampaikan sebuah perasaan yang tertekan pula tertahan. Pun, demi menghindari kesulitan memerankan dua karakter secara bersamaan, Asopa menekan sebuah pemilihan yang membuat filmnya tak berani menampilkan dua karakter secara bersamaan. Entah ini memang urusan kebutuhan atau bukan, seharusnya ini bisa diakali, mengingat formula tersebut sejatinya bukan hal yang baru, pula telah hadir sejak perkembangan teknologi belum pesat seperti sekarang.
Akibatnya, distraksi kerap terjadi yang mempengaruhi narasi melakukan sebuah simplifikasi. Fatalnya, ini terjadi saat membuka alasan dari keputusan Ansh yang tampil sambil lalu, nihil sebuah urgensi yang menguatkan apalagi berkesinambungan. Pun, terkait unsur misteri dibalik pelakuk kejahatan yang sebenarnya, Asopa menerapkan sebuah twist yang menipu. Twist yang gemar dilakukan para pembut film horor lokal berkualitas jongkok tanpa mengindahkan sebuah penempatan maupun aturan.
Meski demikian, ada sebuah injeksi terkait makna "gelap-terang" yang memiliki alasan. Sayang, makna tersebut turut tenggelam bersama ambisi liar Asopa yang sekali lagi ingin menampilkan tontonan berbobot dengan mengeliminasi dan melewati batas genre yang terkungkung dalam satu atau dua opsi. Sadar atau tidak, Depth of Pyaar sendiri adalah tontonan yang tereliminasi keinginan yang tak dibarengi kemampuan.
SCORE : 2/5
0 Komentar