Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - JAI MUMMY DI (2020)

 

Diproduseri oleh Luv Ranjan, Jai Mummy Di (All Hail the Mother!) mempertemukan kembali pasangan Sunny-Sonnalli setelah sebelumnya dipasangkan dalam sajian visceral misogyny lewat seri Pyaar Ka Punchnama. Sajian Luv Ranjan memang sering bergerak pada ranah itu, namun dalam kasus ini, ia tidak bertindak sebagai sutradara-yang kemudian digantikan oleh sutradara debutan Navjot Gulati (sebelumnya menulis naskah Running Shaadi) yang juga turut merangkap sebagai penulis naskah.

 

Bergerak di ranah romantic-comedy, Jai Mummy Di adalah kisah mengenai Pinky (Poonam Dhillon) dan Laali (Supriya Pathak) tetangga yang saling bermusuhan semenjak sebuah perselisihan di bangku kuliah. Perselisihan apa? Jawabannya sengaja disimpan rapat guna dijadikan sebuah twist utama. Bencana datang tatkala kedua anak mereka masing-masing salih jatuh cinta dan menjalin asmara secara sembunyi-sembunyi seolah keduanya saling benci demi menjaga reputasi. Mereka adalah Puneet (Sunny Singh) putra Laali dan Saanjh (Sonnalli Seygall) putri semata wayang Pinky.


Dalam sebuah pesta, Saanjh melamar Puneet untuk segera menikah dengannya yang kemudian berujung pada sebuah penolakan karena Puneet terlalu takut hubungan kedunya diketahui sang ibu. Saanjh kecewa, pun hubungan keduanya pun merenggang. Tetapi, rasa cinta antar keduanya tak pernah padam meski pada akhirnya Sanjh memilih menikah dengan Dev (Bhuvan Arora) yang akan diselenggarakan di Diamond Hall, Noida. Mendengar kabar Sanjh akan menikah, Laali pun tak ingin kalah, ia memilihkan jodoh untuk Puneet dan tanggal pernikahan sengaja ditetapkan pada tanggal dan gedung yang sama pula.


Jai Mummy Di adalah tipikal straightforward movie yang keberadaannya hanya bertujuan untuk sebatas menghibur dan mengocok perut. Tujuan tersebut sejatinya gagal terlaksana-meski saya tak menampik bahwa beberapa diantaranya sesekali berhasil menyuluh tawa. Itu kentara di paruh awal filmnya yang setelahnya digantikan oleh ragam repetisi tak berarti yang sebatas bekerja dan memenuhi standarisasi.


Standarisasi yang dimaksud adalah berupa adat pernikahan Punjabi yang pembukanya tampilkan (dan puncaknya akan kembali ditampilkan) di mana karakternya mulai memperebutkan menu hidangan sebelum beranjak ke sebuah pertengkaran berkepanjangan. Pun, setelahnya film akan beranjak pada sebuah nomor musikal di mana para karakternya saling menari. Ini adalah sebuah trademark film Hindi, namun permasalahannya adalah prosesnya sendiri yang menciptakan sebuah transisi kasar yang semestinya bisa dengan mudah diakali.


Jai Mummy Di sejatinya akan lebih baik jika merepetisi permusuhan Pinky-Laali yang bukan sebuah masalah selama itu disengaja. Sayang, Navjot Gujati enggan seutuhnya menempatkan filmnya di ranah itu alih-alih memilih sebuah romansa komedi klise di mana jawaban atas perselisihan keduanya seakan begitu penting untuk sebatas merestui pernikahan. Ketimbang sebuah oposisi mendalam, yang sempat disinggung kala filmnya mulai melakukan sebuah penyelidikan, Jai Mummy Di malah mereduksi unsur tersebut hanya untuk membuat sebuah alasan yang semestinya tak perlu sebuah permusuhan mendalam.


Twist utamanya gagal memberikan sebuah jawaban sepadan. Sementara akhir dari kisah romansa Puneet-Saanjh anda sendiri tahu akan bernasib bagaimana. Jai Mummy Di adalah sebuah sajian kosong yang semestinya berpotensi tampil menghibur. Kurangnya amunisi terhadap cerita adalah permasalahan utama yang kemudian membuang bakat para pemainnya. Chemistry Sunny-Sonnalli begitu kering, sementara duet aktris kawakan Poonam Dhillon dan Supriya Pathak tersia-siakan. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa mereka layak mendapat sebuah film yang lebih dari ini.


SCORE : 2/5

Posting Komentar

0 Komentar