Tontonan semacam The Babysitter memang tak menawarkan sebuah kedalaman yang bukan sebuah persoalan selama filmnya setia pada sebuah pijakan yang telah ditentukan sedari awal. Bergerak dalam genre comedy-horror, sutradara McG (Charlie's Angels, Charlie's Angels: Full Throttle, Terminator Salvation) tahu betul bagaimana menciptakan sebuah kesenangan, yang artinya berarti melipatgandakan komedi gelap serta komedi situasi sebagai pondasi. Sanggupkah anda menahan tawa tatkala payudara wanita tertembak membuatnya terlontar ke tembok? Absurd memang, tapi sekali lagi, ini menyenangkan.
Cole (Judah Lewis) adalah remaja usia belasan tahun yang kerap mengalami perundungan di sekolah. Belum lagi, ketidakpercayaan dirinya seringkali membuatnya tak bahagia. Demi melindungi sang buah hati, orang tua Cole menggunakan jasa babysitter sebagai solusi. Dipilihlah Bee (Samara Weaving) sebagai penjaga sekaligus teman bermain yang menyenangkan bagi Cole. Bahkan, akibat sering menghabiskan waktu bersama, benih cinta Cole terhadap Bee mulai tumbuh.
Suatu ketika, kedua orang tuanya memutuskan untuk menghabiskan malam di sebuah hotel-guna memperbaiki hubungan. Cole berada dalam pengawasan sepenuhnya oleh Bee-yang kemudian mereka manfaatkan untuk melakukan sesuatu yang dilarang oleh kedua orang tuanya, sebutlah dengan menonton film kekerasan dan keduanya saling berhadapan memainkan adegan. Pun, Bee sempat memberikan minuman kepada Cole yang berujuang ia buang karena penasaran dengan apa yang Melanie (Emily Alyn Lind) utarakan mengenai kebiasaan seorang babysitter membawa seorang pria untuk melakukan hubungan seksual selepas sang anak tertidur pulas.
Cole pura-pura tidur dan beraksi setelah mendengar suara bel berbunyi. Ini saatnya untuk Cole memergoki kebiasaan Bee-yang berujung pada sebuah kejadian diluar dugaan. Setelah apa yang dilakukan Bee pada seorang pria berkacamata, Cole mengetahui bahwa Bee bersama para rekannya adalah seorang penganut kultus pemuja iblis yang mencari darah orang tak berdosa untuk kurban.
Ditulis naskahnya oleh Brian Duffield (The Divergent Series: Insurgent, Jane Got a Gun) The Babysitter tak butuh waktu lama guna membuka identitas horor-yang tak sampai setengah jam, pun, sebelumnya pembangunan pondasi pun dinilai memadai ketika Duffield mampu mengatasi sebuah introduksi berbekal situasi sederhana yang sanggup memberikan hint kedepannya pula lancar mengundang tawa.
Komikal. Kata tersebut melekat kuat dalam keseluruhan The Babysitter sebagai satu lagi suguhan menyenangkan yang rasanya tak perlu melibatkan pikiran. Ini adalah tontonan di mana absurditas ditekankan dan banjir darah serta kematian brutal ditertawakan. Namun, bukan berarti filmnya tak mempunyai hati dan esensi, McG secara mengejutkan menampilkan hal itu lewat sebuah dialog sederhana (dan masih komikal) yang secara tak langsung efektif menyalurkan rasa keduanya.
Samara Weaving adalah tokoh sempurna untuk memainkan Bee yang siap "menyengat" kapan saja, paras cantik nan seksi hingga ciuman memikatnya bakal melumpuhkan rasa dan saat itu pula kekejamannya bekerja. Karakter pemuja kultus lain pun tak kalah menarik, Bella Thorne memikat kala memainkan dialog bernada bitchy, Hana Mae Lee cukup dengan senyum sinisnya saja menandakan bahwa ia benar-benar berbahaya, Robbie Amell yang selalu tampil shirtless dan bangga akan penis besarnya rupanya tak lebih perkasa-jika berbicara mengenai pemikirannya dan anxiety akan ras yang dilontarkan Andrew Bachelor ampuh membunuh mereka yang masih saja bertindak rasis.
Sepanjang durasi 85 menit, The Babysitter tampil padat berkat kepiawaian McG menyusun adegan secara cermat-walau itu berarti harus mengorbankan kematian para karakternya secara singkat. Kembali lagi pada opsi awal, bahwasannya The Babysitter memang murni tontonan yang enggan repot-repot melibatkan logika dan aturan seperti keluhan mengenai ketiadaan tetangga yang terbangun kala kekacauan tengah terjadi. Menampilkan konklusi yang sudah sepantasnya terjadi saja sudah menjadi prestasi tersendiri dari tontonan semacam ini.
SCORE : 3.5/5
0 Komentar