Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - AJARI AKU ISLAM (2019)

 

Barangkali, Ajari Aku Islam hanya ditujukan untuk mereka para ukhti yang mendambakan cerita cinta sejati menurut versi mereka sendiri, di mana dalam sebuah film romansa kesukaan mereka harus ada sebuah pengorbanan, kesedihan hingga muatan tausiyah sebagaimana harusnya hubungan perempuan dan laki-laki dalam Islam. Saya bukan pribadi yang amat membenci tontonan seperti ini, pun film sejatinya bersifat universal, media untuk berekspresi bahkan menyampaikan propaganda pun tak ada salahnya. Permasalahan yang saya keluhakan ialah bahwa tontonan berbasis religi masih saja terjebak pada sebuah pola menggurui.
 
 
Terinspirasi atas kekaguman sang produser, Jaymes Rianto, yang turut merangkap sebagai penulis naskah-akan wanita Muslim Melayu yang pada kesempatan ini juga turut memanfaatkan momen (baca: kisah hidup) Roger Danuarta yang menjadi mualaf pasca berpacaran dengan Cut Meyriska, Ajari Aku Islam terdengar bak sebuah proyek aji mumpung yang dipaksakan hadir keberadannya, semakin benar tatkala hasil akhir filmnya pun menggambarkan sebuah usaha demikian kala naskah yang ditulis oleh Jaymes Rianto, Haris Suhud, Yunita R. Saragi dan sang sutradara Deni Pusung ini sebatas melakukan checklist alih-alih berdiri sendiri atas inspirasi.
 
 
Semuanya bermula tatkala Kenny (Roger Danuarta) bertemu Fidya (Cut Meyriska) tatkala sang gadis tengah menjual gelang yang hasilnya untuk didonasikan di sebuah keramaian jalan. Tak butuh waktu lama untuk Kenny jatuh cinta pada pandangan pertama terhadap Fidya yang merupakan seorang muslimah berdarah Batak di kota Medan ini, sementara Kenny adalah seorang Konghucu dari keluarga yang taat akan agama beserta sikap konservatif miliknya.
 
 
Perkara cinta beda agama adalah konflik utama dalam Ajari Aku Islam. Kondisi ini sejatinya masih dan bahkan akan relevan terhadap kehidupan di mana kemurnian cinta harus terhambat sebuah keyakinan dua insan yang sama-sama berbeda. Akan menarik apabila Ajari Aku Islam memainkan polemik yang benar-benar sensitif ini ke ranah yang lebih tinggi ketimbang memilih berkutat pada sebuah pengisahan stagnan yang hanya berjalan di permukaan.
 
 
Setelahnya, permasalahan semakin tak karuan kala Ajari Aku Islam menampilkan background Kenny sebatas aksi tempel-sulam yang hanya akan membawanya pada sebuah aksi kejar-kejaran canggung nihil kedalaman. Pertentangan dan penolakan orang tua seharusnya bisa menambah bobot narasi terhadap progresi alurnya, namun apa yang terjadi tak pernah benar-benar terasa sekalipun dalam salah satu adegan yang melibatkan Asrul Dahlan, naskahnya sempat tampil berani dengan melontarkan sebuah provokasi hanya untuk berakhir terlalu dini dan tanpa kontuniti.
 
 
Singkatnya, Ajari Aku Islam dibayangi oleh formula cerita khas FTV dengan segala tetek-bengek formula miliknya, sebutlah mengenai perjodohan yang dilakukan orang tua Kenny dengan maksud memperlancar bisnis karena wanita yang dijodohkan adalah anak kolega sang ayah. Ketimbang menampilkan hal tersebut, kemelut yang terjadi pada diri Kenny lebih menarik untuk dieksplorasi yang nantinya menjadi titik balik tersendiri.
 
 
Belum cukup sampai disitu, hadir pula cobaan lain berupa kedatangan Fahri (Miqdad Addausy) yang menaruh hati terhadap Fidya ditengah hati sang wanita sepenuhnya tertambat terhadap Kenny. Lagi-lagi masalah perjodohan orang tua menghalangi keduanya, menandakan bahwa Ajari Aku Islam tak punya bobot lain selain bermain di ranah aman.
 
 
Ajari Aku Islam adalah tontonan yang serba tanggung dalam segala aspek, pengadeganan Deni Pusung belum berada dalam tahap meyakinkan dan menyenangkan tatkala memainkan rentetan situasi yang hasilnya selalu berakhir dini. Ketidakcakapan sang sutradara dalam menangani hal ini beresonasi dengan naskah yang tampil tanggung, tak punya kedalaman selain sebatas menampilkan adegan tanpa ada sebuah urgensi lebih akan penyampaian.
 
 
Konklusinya memang tampil beda dengan kebanyakan film bertema serupa. Ini seharusnya bisa diapresiasi andai untuk mencapai kesana narasi tampil rapi. Ajari Aku Islam memilih opsi berbeda hanya untuk meninggalkan cerita demi sebuah melodrama penyeka air mata. Ibarat kata, anda memesan sepiring nasi goreng tetapi apa yang dibawakan penjual adalah sepiring bawang goreng. Lantas siapa yang tersiksa?
 
 
SCORE : 1.5/5

Posting Komentar

0 Komentar