Diluar torehan prestasinya dalam merajai tangga box-office selama pekan keenam berturut-turut (terakhir kali dan hanya terjadi sejak Avatar), The Wretched garapan Brett Pierce dan Drew T. Pierce (disebut juga The Pierce Brothers) setelah Deadheads (2011) adalah drama remaja dengan kedok horor di masa tersulitnya setelah mengakui bahwa kedua orang tuanya telah bercerai. Di dalam kulit terdalamnya, horor dalam film ini adalah personifikasi atas ketakutan-ketakutan yang akan terjadi dan tentu dialami oleh sang anak, seperti ketakutan akan dilupakan oleh kedua orang tua setelah mereka memiliki pasangan.
Ben (John-Paul Howard) adalah remaja yang kini mencoba tinggal bersama sang ayah, Liam (Jamison Jones) di masa liburnya-setelah mengetahui bahwa kedua orang tuanya resmi bercerai. Ini mengharuskan Ben untuk beradaptasi kembali dengan lingkungan pula marina tempat sang ayah dan juga Ben bekerja. Tinggal di rumah sang ayah membuat Ben banyak menghabiskan waktu di rumah-yang mana muncul sebuah keanehan tatkala tetangga sebelah rumahnya, Abbie (Zarah Mahler) tiba-tiba tak mengakui bahwa dirinya memiliki dua orang anak. Pun, santer berita bahwa anak-anak mendadak hilang tanpa jejak.
The Wretched mungkin akan mengingatkan anda pada Rear Window-nya Alfred Hitchcock di mana aktivitas menguntit tetangga dilakukan Ben di samping kesehariannya di marina-yang mana nantinya akan menjadi obsesi tersendiri bagi Ben dalam mengamati bahkan mencari kebenaran terhadap seseorang yang di duga mencurigakan. Bukan tanpa alasan, Ben pernah melihat Abbie di suatu malam menuju ke sebuah hutan sembari menuntun Dillon (Blane Crockarell) anak lelakinya yang kini raib keberadaannya. Semakin aneh tatkala Abbie sering bolak-balik menuju rubanah miliknya.
Meski pemecahan masalah utamanya sering mengambil jalan tengah berupa ragam informasi yang selesai diketahui lewat internet saja, penyutradaraan Pierce Brothers selalu menyulut atensi tatakala ia tak segan untuk menampilkan kematian seorang anak secara brutal disertai penampakan mengerikan kala wujud sang hantu/monster perlahan diperlihatkan mulai dari lekuk tubuh hingga gerakan meliuk-liuk yang seketika menimbulkan kesan eerie. Eksploitasi ini menjadikan The Wretched sebagai horor yang jauh dari kesan murahan, terlebih kala Pierce Brothers tahu betul kapan memainkan timing dan pacing.
Disusul scoring Devin Burrows (Deadheads) yang kebanyakan tampil pelan tetapi ampuh mengundang ketakutan seiring kamera hasil bidikan Conor Murphy (Mickey and the Bear, Black Swell, Moondog Airwaves) memperlihatkan adegan yang kebanyakan tak menerapkan metode khusus selain menggerakan kamera sesuai kebutuhan, mayoritas adegan dari The Wretched adalah apa yang kebanyakan kita temui dari horor indie kebanyakan, di mana cerita tersusun atas petunjuk yang nantinya diungkap lewat twist.
Dari sini, The Wretched kembali bermasalah tatkala naskah yang juga ditulis oleh Pierce Brothers terlampau menyederhankan aspek penceritaan. Sebutlah beberapa karakter yang keberdaannya tak terlalu diperlukan akibat ketiadaan urgensi lebih pula kedalaman, ini pula terjadi pada karakter bernama Mallory (Piper Curda), rekan kerja sekaligus teman Ben yang juga ikut terlibat-pula konklusi lemah yang kekurangan sebuah eksplorasi demi seketika menghadirkan konklusi.
Bohong memang jika saya tak menikmati, The Wretched mempunyai horor yang terbilang ampuh-meski terkendala amunisi yang tak mumpuni. Pierce Brothers mempunyai sensitivitas dalam menggarap, ini terbukti lewat departemen dan penataan artistik filmnya. Pesan yang semula diusung mestinya tersampaikan secara penuh ketimbang sebatas berjalan di permukaan lalu terlupakan setelah filmnya usai.
SCORE : 3/5
0 Komentar