Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

RAAT AKELI HAI (2020)

"I suspect everyone. It could be anybody, someone braver and more tortured than me, but i don't know any such person". Demikian ucap Radha (Radhika Apte) ketika ditanya oleh Inspektur Jatil Yadav (Nawazuddin Siddiqui) mengenai keterangan yang melayangkan dirinya melakukan pembunuhan kepada sang suami, Raghubeer Singh (Khalid Tyabji) di malam pernikahannya. Raghubeer tewas dengan satu tembakan dan hantaman keras di kepalanya, sementara ranjang pernikahan dipenuhi bunga dan darah. Kejadian ini baru ditemukan oleh Vikram Singh (Nishant Dahiya) sang keponakan pada jam dua belas malam.


Semua keluarga menganggap Radha sengaja melakukan pembunuhan dengan tuduhan ingin menguasai seluruh harta sang suami. Pun sebaliknya, Radha menyangkal melakukan hal itu. Kecurigaan bertambah kala kesedihan urung dirasakan masing-masing anggota keluarga. Singkatnya, mereka tak ingin tampil melodrama dan menerima apa yang telah terjadi. Setidaknya, ini menurut Vasudha Singh (Shivani Raghuvanshi), saudari Vikram yang tak dekat dengan sang kakek.


Apakah hal tersebut semata-mata ungkapan murni atau sebatas kedok penutup diri? Kita tidak tahu pasti selain hanya bisa menarik anggapan bahwa seluruh keluarga terlibat dalam pembunuhan terstruktur-yang bahkan turut melibatkan sang pembantu, Chunni (Riya Shukla) yang lupa membersihkan pecahan lampu di permukaan tangga. Semua orang dalam rumah tersebut adalah tersangka-yang nantinya dicari kebenarannya oleh Jatil Yadav.


Raat Akeli Hai berpijak pada sebuah whodunit klasik mengikuti kesuksesan Knives Out-nya Rian Johnsson yang sukes memainkan teka-teki secara menyenangkan. Pun, nafas tersebut benar terasa setelah narasi cerita yang kebanyakan terinspirasi oleh gaya tutur Agatha Christie dalam novelnya. Sutradara debutan Honey Trehan terbilang lancar memainkan hal tersebut, setelah sebelumnya membuka sekuen filmnya dengan penuh keheningan dan kegelapan di samping kamera menekankan sebuah long shot-yang kemudian disusul oleh sebuah kejadian brutal yang nantinya disebut flashback.


Terkait "bagaiaman dan mengapa", Raat Akeli Hai justru lebih menarik kala menyibak "siapa pelaku utama sebenarnya?" yang mana menghasilkan sebuah permainan menyenangkan ketika dihadapakan pada setumpuk karakter yang semuanya mencurigakan. Dari sini, filmnya sudah memenuhi standarisasi film whodunit yang siap menggerakan sayap ke ranah interogasi polisi demi menggantikan peran detektif yang biasanya menangani hal ini.


Meski tak semuanya tampil merata, interogasi yang dilakukan selalu memunculkan sebuah petunjuk baru yang siapa untuk dibedah, yang ternyata melibatkan orang luar keluarga yang berpengaruh terhadap kejadian. Ini berarti skalalisasi narasi melebar tinggi, yang pada kesempatan lain turut menjawab sebuah tragedi masa lalu keluarga bersama dampaknya yang sekarang terasa.


Naskah hasil tulisan Smita Singh (Sacred Games) solid memparakan hal tersebut pula menjembatani sebuah tragedi sekaligus menjadi awal mula segala perkara. Raat Akeli Hai pun tak lupa menanamkan sebuah pola di mana patriarki mengakar kuat di dalamnya. Ini sejatinya bisa menjadi sebuah tamparan kuat meski dalam kaitannya tak begitu terasa karena naskah memilih untuk bermain secara pasti terhadap apa yang kemungkinan akan terjadi dan ini tentu bisa dipahami bahkan bisa jadi dibenarkan.


Dibalik sikap kerasnya dalam menangani kasus, Jatil Yadav merupakan korban dari ketidakbenaran persepsi, di mana ia dinilai kurang karena belum menikah, sementara desakan dari sang ibu (Ila Arun) terus terjadi. Hasilnya adalah sebuah ketidakpercayaan diri terhadap yang mana ditampilkan lewat sebuah adegan kala Jatil rutin memakai krim Fair & Lovely hanya untuk mencerahkan kulit hitamnya-yang menjadi salah satu keenganan salah satu wanita yang ditanyai ibunya terhadapnya. Ini adalah salah satu bentuk ketidaksempurnaan yang masing-masing dimiliki oleh karakternya pula tindakan manusiawi demi mewujudkan apa yang mestinya terjadi, yang secara tak langsung menginstruksikan sebuah petunjuk kecil terhadap kebenaran kasus.


Memasuki paruh ketiga, Raat Akeli Hai mulai menampilkan sekuen aksi berupa kejaran-kejaran yang sesekali melibatkan peluru. Kehadirannya memang memberikan sebuah variasi sekaligus menjadi jalan sebuah simplifikasi yang mestinya tak dilakukan dalam membuka sebuah kebenaran bagi sebuah konklusi.


Konklusinya memberikan sebuah jawaban setimpal meski keteteran kala dibuka secara dadakan. Setidaknya, kekurangan tersebut membuka sebuah sisi lain perihal menampilkan ketegangan dalam balutan emosi para pelakunya yang semakin tergerus dan terpojok seiring pengungkapan diutarakan. Dari sini pula kita melihat performa luar biasa dari jajaran para pemainnya, termasuk Nawazuddin Siddiqui, Radhika Apte dan Padmavati Rao di lini terdepan dalam melakukan sebuah aksi olah rasa sempurna.


SCORE : 3.5/5

Posting Komentar

0 Komentar