Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

COMMANDO 3 (2019)

Bagaimanapun, Commando 3 adalah film aksi milik Vidyut Jammwal yang kembali memerankan Karanveer Singh Dogra, perwira militer yang kembali menjalankan tugas negara. Misi kali ini adalah perihal memberantas aksi terorisme yang disebarkan melalui video dan menyulut para jihadis untuk melangsungkan aksi yang tak hanya dari kalangan Muslim saja, melainkan Hindu.
 
 
Pembukanya menampilkan aksi provokasi di mana seorang muslim menguji keimanan dua anak buahnya untuk membunuh anak sapi sebagai contoh wujud abdi. “Ini hanyalah perihal setetes darah”. Demikian ucap sang pria terbutakan oleh agama pula harta (mereka menerima sejumlah uang sebagai imbalan). 

 
Setelahnya, mereka bertiga di tangkap oleh kepolisian guna diinterogasi-yang berujung pada sebuah kenihilan informasi. Dari sini, Commando 3 sempat menampilkan potret perasaan para keluarga di mana salah seorang wanita berkata lebih baik di sebut seorang ibu yang memiliki anak muslim ketimbang seorang ibu yang memiliki anak teroris, juga pengorbanan seorang ayah yang rela menjual jam tangan demi membeli gitar untuk sang anak-harus menerima bahwa pengorbanan tersebut berujung sia-sia ketika sang anak membenamkan fakta bahwa bermain gitar adalah haram.

 
Naskah hasil tulisan Darius Yarmil dan Junaid Wasi menerapkan paham fanatisme terhadap agama di mana cap “haram” dan “kafir” dijadikan pandangan tersendiri. Ini sejatinya sudah cukup sebagai aksi kritisi-sementara mengenai pondasi, naskahnya menyimpan setumpuk tanya yang dibiarkan menggantung. Sebutlah latar belakang sang antagonis yang tak memiliki alasan kuat selain sebatas kebencian terhadap agama.


Belakangan diketahui bahwa tiga pria tersebut menerima bantuan uang dari London, membawa Karanveer bersama Bhavna Reddy (Adah Sharma) menyelidiki sang dalang dengan bantuan Badan Intelijen Inggris di mana mereka mengirimkan Mallika Sood (Angira Dhar) dan Armaan Akhtar (Sumeet Thakur) untuk mengungkap aksi terorisme yang dicanangkan akan dilakukan pada 9/11, tepat pada perayaan Diwali.


Aksi pencarian melalui komputer dilakukan, sementara penonton sudah mengetahui bahwa sang dalang adalah Buraq Ansari (Gulshan Devaiah). Penerapan dramatic irony ini sejatinya urung menghasilkan sebuah koneksi setelah identitas sang pelaku ditampilkan terlampau dini-sementara cerita membutuhkan sebuah eksplorasi yang diharapkan dapat membuka motif utama ketimbang sebatas menjawabnya dengan menampilkan sebuah kekerasan yang dilakukan secara off-screen, meski terkait dampak, ia menyimpan sebuah afeksi tersendiri tatkala kekerasan tersebut sengaja dilakukan di depan sang putera, Abeer (Athrava Vishwakarma) yang dicecoki segala macam tetek-bengek persepsi agama sesuai ajaran jihadis.


Commando 3 menyimpan setumpuk penceritaan di mana Islamophobia bukan sebatas tumpuan belaka, terhadap pesan anti radikalisme pula kedamaian antar agama yang hendak disampaikan setelahnya, meski untuk menuju kesana naskahnya tepogoh-pogoh dalam mencapainya.


Setidaknya, guliran aksinya adalah sebuah kenikmatan tersendiri kala ragam aksi tangan kosong ditampilkan lewat performa bertenaga seorang Vidyut Jammwal, yang seperti biasa piawai melakukannya. Pun, keputusan meniadakan romansa memberikan sebuah kepadatan bagi aksi yang melibatkan kedua protagonis wanitanya mengambil alih layar, baik Adah Sharma maupun Angira Dhar, keduanya memancarkan aura hammer girl yang tak pelak mengundang para filmmaker untuk memakainya kembali. Gulshan Devaiah mungkin tak bermain aksi, namun aura jahat begitu terasa dalam dirinya yang tak segan menghabiskan nyawa dengan cara keji apabila mendapati seseorang mengkhianatinya.


Aksi adalah jualan utama franchise Commando sedari awal, dan sangat disayangkan tatkala memasuki konklusi, Commando 3 mengambil jalan yang terlampau mudah guna melumpuhkan sang dalang-yang tak seharusnya dilakukan mengingat deretan aksi sebelumnya menghadirkan sebuah kepuasan.


Sutradara Aditya Datt (Aashiq Banaya Aapne: Love Takes Over, Good Luck!, Table No. 21) terlampau terburu-buru karena ingin membuka sebuah pesan perdamaian antar umat beragama dengan jalan memanfaatkan kekuatan teknologi digital. Pesannya mungkin sederhana dan bahkan tampil instan, namun apa yang ditampilkan setelahnya adalah sebuah kehangatan dan kekuatan yang luar biasa ketika dua pemeluk agama saling bersatu menciptakan sebuah harmonisasi yang diharapkan terjadi di masa kini.


SCORE : 3/5

Posting Komentar

0 Komentar