Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

HOST (2020)

Melalui Host, sutradara Rob Savage (Strings, Dawn of the Deaf) memanfaatkan kreativitas guna mengakali produksi selama masa pandemi yang bukan sebuah kemustahilan untuk dijalani. Memanfaatkan media zoom meeting sebagaimana kita ketahui pernah dipakai sebelumnya dalam Unfriended (2014) bersama sekuelnya, Unfriended: Dark Web (2018) hingga yang paling tenar, Searching (2018). Host melakukan pekerjaan serupa yang berhasil menyulut sebuah kengerian tak terduga, pasalnya baik karakter maupun penonton sama-sama tak mengetahui apa yang hendak terjadi.
 
 
Haley (Haley Bishop) adalah tuan rumah pertemuan daring yang mengajak rekannya untuk melakukan pemanggilan arwah via online guna mengisi karantina yang membosankan. Undangan pertemuan itu terdiri dari: Jemma (Jemma Moore), Emma (Emma Louise Webb), Radina (Radina Drandova), Caroline (Caroline Ward) dan Teddy (Edward Linard) sementara Seylan (Seylan Baxter) selaku paranormal memimpin mereka dalam menjalankan ritual dengan bermodalkan lilin dan para peserta membayangkan posisi melingkar dengan bantuan gelombang isochronic sebagai penyeimbang gelombang energi dunia nyata dengan alam gaib.
 
 
Naskah hasil tulisan Savage bersama Gemma Hurley dan Jed Shepherd (Dawn of the Deaf, Slashed) sadar betul bahwa pemanggilan tersebut merupakan sebuah kekonyolan yang menggelikan, ini dilakukan oleh Jemma yang mempermainkan ritual tersebut dengan merangkai sebuah kebohongan-yang lantas ditanggapi serius oleh para rekannya. Siapa sangka kekonyolan ini berujung membuka sebuah ketakutan terbesar bagi karakter pula penonton.
 
 
Tak langsung tancap gas, Savage memulai sebuah intoduksi dengan terlebih dahulu menampilkan para karakternya beserta sedikit kehidupan personalnya lewat sebuah percakapan singkat sebelum pemanggilan. Dari sini, setidaknya kia paham betul masing-masing tokohnya akan bertindak bagaimana selama 40 menit zoom meeting kedepannya, sehingg tatkala mereka dihadapkan pada situasi tak biasa hasilnya adalah sebuah ketakutan yang tak terduga.
 
 
Kepiawaian Savage dalam merangkai teror tersaji cukup efektif berkat pemanfaatan momen yang tak dapat diendus kehadirannya, fase "menunggu" ini bahkan sempat menghasilkan tajinya kala sebelum melakukan serangan, Savage memanfaatkan fitur zooming yang cukup mengagetkan berupa pergantian wajah dengan tampilan menakutkan. Setelahnya adalah neraka sesungguhnya di mana kepanikan dan kecemasan karakter dan penonton sama besarnya.
 
 
Saya beberapa kali terperanjat dari kursi bahkan sempat memundurkan layar sebagai aksi mengurangi ketakutan, ini membuktikan bahwa Savage lihai dalam menyalurkan koneksi-yang selama filmnya berjalan tampil kontuniti. Entah itu berupa penampakan random hingga ragam kematian brutal karakternya sukses menjadi sebuah atensi tersendiri.
 
 
Serupa kebanyakan film bertema serupa, Savage banyak menggunkan teknik shaky cam yang cukup memusingkan, walaupun demikian, ragam jump scare-nya tersaji efektif berkat ketepatan timing pula pacing. Dengan 56 menit durasi dari keseluruhan filmnya menjadikan Host sebagai tontonan yang padat dalam menutupi kekosongan cerita. Alur mungkin tak seberapa diperhatikan, tetapi eksekusinya tidak bisa dianggap remeh, menyusul kemudian adalah tata artistiknya yang menawan di mana credit tittle-nya pun ditampilkan dalam bentuk Zoom.
 
 
Menyandang status sebagai film yang diproduksi selama pandemi, Host menorehkan sebuah prestasi tersendiri terkait pemanfaatan kondisi "new normal" yang tak menutup sebuah keinginan menciptakan sebuah karya. Mari kita nantikan langkah apa lagi yang hendak ditempuh para filmmaker dalam mendobrak sebuah batas kemustahilan. 
 
 
SCORE : 4/5

Posting Komentar

0 Komentar