Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

THE ACCIDENTAL PRIME MINISTER (2019)

Diluar tuduhannya sebagai aksi propaganda, The Accidental Prime Minister yang diangkat dari sebuah memoar berjudul sama karangan Sanjaya Baru, mantan penasihat media Perdana Menteri ke-13 India, Dr. Manmohan Singh, adalah sebuah bentuk pengenalan tersendiri akan sang perdana menteri yang mungkin tak kita ketahui. Keabsahan tersebut benar nyata, mengingat sang perdana menteri menjabat sebagai pereda konflik dan keresahan masyarakat dan petinggi India penentang Sonia Gandhi, yang pada saat itu memenangi pemilihan Lok Sabha mengalahkan Singh dengan selisih 16 persen.


Menurut Bal Thackeray beserta oposisi dari nasionalis Hindu lain, Sonia Gandhi tak pantas memimpin sebagai perdana menteri karena dirinya bukanlah penduduk asli India. Pun, Sonia Gandhi (diperankan oleh Suzanne Bernert) mengakui hal tersebut dan memilih mengundurkan diri sebagai PM dan menyerahkan tanggung jawab tersebut kepada Dr. Manmohan Singh (Anupam Kher) sang rival yang dianggapnya pantas memipin India. Keputusan Sonia Gandhi mendulang simpati masyarakat India, sementara disisi lain, beberapa pihak menilai keputusan menjadikan Dr. Manmohan Singh sebagai PM adalah kegiatan tak berintelejensi bahkan tak memenuhi lisensi.


Dr. Manmohan Singh resmi menjabat sebagai PM baru, ia pun merekrut Sanjaya Baru (Akshaye Khanna) sebagai penasihat media bagi dirinya guna menjawab semua pertanyaan media. Hubungan keduanya makin rekat, meski di sisi lain Sanjaya Baru merasa bahwa Dr. Manmohan Singh adalah alat dari partai politik dinasti kongres yang nantinya menjadi wilayah bagi Rahul Gandhi (Arjun Mathur), putra Sonia Gandhi.


Kenaifan Dr. Manmohan Singh yang berpikir positif dan selalu membuka jalan bagi Sonia Gandhi untuk mencampuri urusan negara membuatnya tak lebih dari sekedar bayang-bayang. Ini bisa dimengerti, mengingat Singh selalu menghargai kesempatan yang telah diberi-meski disisi lain membuatnya seolah tak memiliki tampuk kekuasaan sendiri. Polemik ini yang kemudian dijadikan landasan utama filmnya oleh sutradara debutan, Vijay Ratnakar Gutte.


Ini sejatinya bisa tampil menarik andai Gutte menekankan penceritaan mendalam pula serius bagi filmnya. Namun, Gutte tak lantas membuat The Accidental Prime Minister tersaji berat, opsi untuk tampil ringan dengan menekankan sebuah hiburan justru menjadi pisau bermata dua bagi filmnya, di mana ia acap kali menampilkan karakter Sanjay Baru melakukan metode breaking the fourth wall yang disisi lain mampu mendekatkan penonton akan kisahnya, meski tak jarang semuanya berlabuh tak sesuai sasaran, yang dalam artian sebatas tampil sambil lalu.


Saya selalu ingin mengetahu sisi dilematis seorang Dr. Manmohan Singh terhadap negara pula Sonia Gandhi, namun ini adalah film pembenaran bagi Dr. Manmohan Singh yang sepenuhnya terpusat pada sudut pandang Sanjaya Baru secara personal. Baru mungkin menjadi teman satu-satunya sang PM dan mengetahui segala seluk beluk keresahan yang dimilikinya, meski untuk masalah itu, filmnya urung memperdalam semuanya supaya penonton bisa mengerti alih-alih diberikan sebuah keputusan tak pasti.


Ditulis naskahnya oleh sang sutradara bersama Aditya Sinha, Karl Dunne beserta Mayank Tewari (Newton, Bard of Blood, XXX: Uncensored), The Accidental Prime Minister berjalan episodik dengan menampilkan deretan peritiwa penting melalui rekaman berita dan video asli tanpa menyisipkan sebuah konflik yang benar-benar pasti, belum lagi alurnya berjalan lambat yang kadangkala tampil menjemukan akibat ketiadaan urgensi lebih.


Pun, subplot mengenai politik dinasti tak benar-benar jelas pengaruhnya, yang mana membuat filmnya kebingungan sendiri memilih fokus untuk tetap setia sepenuhnya pada relasi Manmohan dan Sanjaya atau dampak yang dialami ketika menjabat sebagai PM. Semua poin tersebut berjalan di permukaan sementara repetisi adegan gencar dilakukan, sebutlah adegan yang menampilkan Dr. Manmohan Singh sakit.


The Accidental Prime Minister seharusnya bisa menjadi biografi yang membuat penonton mengenal mantan PM India tersebut alih-alih sebagai sarana pribadi pembuatnya yang disalurkan lewat media pengeruk pundi finansial. Peribahasa "Menyelam sambil minum air" mungkin didapat, meski pada akhirnya esensi utama filmnya terlucuti. Andai bukan karena performa Anupam Kher yang rela mengontrol dan menekan pita suara supaya sama dengan sang tokoh beserta segala gestur tubuh miliknya, mungkin The Accidental Prime Minister akan berakhir sebagai satu lagi tontonan propaganda yang lantang bersuara tanpa memperhatikan kaidah bercerita.


SCORE : 2/5

Posting Komentar

0 Komentar