Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

MASTER Z: IP MAN LEGACY (2018)

Selaku spin-off, Master Z: Ip Man Legacy membawa embel-embel Ip Man sebagai jualan utama, sementara Donnie Yen absen dan duduk di bangku produser, kisahnya sendiri menyoroti karakter Cheung Tin-chi (Max Zhang), mantan guru Wing Chun yang pada Ip Man 3 (2015) mengaku kalah kepada Ip Man (Donnie Yen) setelah gagal dalam duel di balik pintu tertutup. Kekalahan Tin-chi membuatnya putus asa, memilih menjadi tentara bayaran sebentar dan kemudian memutuskan keluar dari dunia Wing Chun dengan memilih hidup sederhana bersama sang putera sembari menjalankan bisnis kelontong miliknya.


Tentu, naskah hasil tulisan Edmond Wong (Dragon Tiger Gate, trilogi Ip Man) bersama Chan Tai-lee (Tomorrow Is Another Day, trilogi Ip Man) takkan meletakan fokus utama pada pendalaman tersebut-selain sebatas sampingan belaka. Tak butuh waktu lama untuk Tin-chi kembali dihantam maslah yang kini hadir ketika ia menolong seorang wanita bernama Nana (Chrissie Chau) dan Julia (Liu Yan) dari Tso Sai Kit (Kevin Cheng) anggota geng Cheung Lok yang merangkap sebagai pengedar opium.


Niat mulia tersebut membuat Tin-chi kena getahnya, suatu malam anggota geng Cheung Lok membakar habis rumah Tin-chi bahkan mereka mengirim pembunuh bayaran bernama Sadi (Tony Jaa) untuk membunuhnya. Dari sini, anggapan hidup tenang harus terusik kembali akibat menolong orang, yang dikesempatan lain turut membenturkan dua dimensi yang bersifat paradoks. Ini dapat terasa, meski tak seluruhnya menguar kuat dalam cerita.


Setidaknya, Master Z: Ip Man Legacy mempunyai caranya sendiri untuk menarik atensi dengan melipatgandakan sekuen aksi tangan martial-arts mumpuni. Harus diakui, ini merupakan sebuah kesenangan tersendiri yang kemudian membuat saya melupakan kelemahan narasi yang sebatas dijadikan penghubung cerita di samping sarat akan rasa Ip Man. Konfliknya pun tak jauh berbeda, terhitung dari aksi balas dendam hingga kritisi terhadap polisi korup sempat ia layangkan.


Meskipun demikian, Master Z: Ip Man Legacy tetaplah sebuah crowd-pleaser yang dengan senang hati saya kunjungi dua kali, aksi yang melibatkan billboard hingga permainan gelas berisi wine memberikan sebuah sensasi menyenangkan, terlebih kala naskahnya mulai melebarkan penceritaan dengan menghubungkan semua kejadian dengan Tso Ngan Kwan (Michelle Yeoh), kakak Tso Sai Kit sekaligus ketua Cheung Lok meminta sebuah perdamaian dengan Tin-chi atas kelakuan sang adik, yang tentu takkan dengan mudah dimaafkan oleh Tin-chi.


Guliran aksi kemudian kembali mengambil alih, yang hasilnya masih menghadirkan ketertarikan sama seperti sebelumnya, terlebih aksinya berjalan masif dan tak segan membunuh barisan karakter cukup penting miliknya. Ini jelas atut diapresiasi meski sejatinya bukan sebuah prestasi luar biasa kala deretan konfliknya diselesaikan secara terburu-buru. Akibatnya konklusi filmnya urung sepenuhnya terasa-meski berhasil ditutupi oleh kecakapan aksinya kembali.


Max Zhang memang protagonis sempurna dalam memamerkan gelaran aksi-meski untuk membuatnya sama seperti Donnie Yen sangatlah susah, kala keterbatasan olah rasa sang masih kurang terasa, terlebih narasi urung memberi karakternya eksplorasi lebih, ada secercah harapan untuk Liu Yan kembali melakoni aksi alih-alih menempatkannya sebagai karakter pendukung saja, sementara perhatian sepenuhnya terpusat pada Michelle Yeoh, yang meski memasuki usia 60 tahun, ia tetap prima melakoni aksi tanpa bantuan stunt-man.


Nantinya Master Z: Ip Man Legacy akan turut menyambungkan sebuah relasi dengan karakter Owen Davidson (Dave Bautista) si pemilik restoran yang rupanya menyimpan sebuah agenda lain. Sayang, karakternya tak diberikan sebuah motivasi jelas sebagai antagonis, kehadirannya sebatas satu lagi antagonis satu dimensi yang tak memiliki hati. Tak lebih dari itu.


Master Z: Ip Man Legacy memang tak se-superior franchise Ip Man dalam memberikan cakupan cerita dan aksi sama rata. Setidaknya, penyutradaraan Yuen Woo-ping (True Legend, Crouching Tiger, Hidden Dragon: Sword of Destiny, The Thousand Faces of Dunjia) bertenaga dalam menangkap aksi tangan kosong serta perkelahian masif yang membuatnya begitu eksplosif dan tampak kreatif.


SCORE : 3/5

Posting Komentar

0 Komentar