Ratsasan mengikuti jejak Drishyam di mana motivasi sang karakter utama didasari kecintaan atas sinema. Jika Ajay Devgn begitu menggilai film, maka Wisnu Vishal yang berperan sebagai Arun Kumar bertekad membuat film thriller bertemakan psikopat. Naskah yang ia tulis kerap ditolak rumah produksi karena dinilai terlalu kelam, yang mana sulit untuk bertahan di pasaran. Dari sini kita melihat Arun merelakan mimpinya menjadi seorang sutradara di tengah tuntutan hidup pula cemoohan keluarga yang selalu melayang kepadanya.
Ia pun memilih menjadi Asisten Sub-Inspektur atas bantuan sang kakak ipar, Doss (Ramdoss) dan menetap di rumah sang kakak. Dalam tugasnya, pihak kepolisian tengah digegerkan dengan penemuan mayat seorang gadis berusia 15 tahun yang ditemukan terbungkus oleh plastik-sementara keseluruhan tubuhnya rusak parah. Terdapat mutilasi sana-sini yang dilakukan sang pembunuh, di mana ia mencongkel matanya, mematahkan giginya, mencabut sebagian rambutnya, hingga merusak alat kelaminnya. Belum lagi jika melihat sayatan pisau yang memenuhi seluruh tubuhnya.
Dugaan Arun benar. Gadis tersebut dibunuh oleh seorang psikopat berpengalaman yang meninggalkan jejak berupa sekotak hadiah berisi kepala boneka yang telah ia rusak (menandakan kondisi mayat). Pencarian pun dilakukan, yang sempat menyasar seorang Guru SMP bernama Inbaraj (Vinod Sagar) yang ringan tangan dan menuntut muridnya untuk senantiasa mendapat nilai tinggi.
Terinspirasi ketika membaca berita internasional mengenai pembunuhan yang dilakukan oleh Alexander Spesivtsev, seorang psikopat asal Rusia yang membunuh empat orang di Novokuznetsk pada tahun 1996, sutradara sekaligus penulis naskah Ram Kumar (Mundasupatti) memang melakukan perubahan di dalamnya, yang mana adalah sebuah pilihan yang tepat kala saat bersamaan turut menyentil dan mengkritisi dunia pendidikan di India lewat metode pembelanjaran keras yang kemungkinan besar membuat siswanya tertekan dan bahkan membuka sisi hewan seorang manusia.
Sejalur dengan hal tersebut, Kumar pun memainkan atensi lewat penggambaran mengerikan sang korban mutilasi yang ketika dijelaskan mampu menyulut sebuah sumpah serapah tersendiri. Kengerian pun tak hanya ditampilkan lewat gambar, rekaman suara yang secara tak sengaja tertinggal di alat bantu sang korban turut didengarkan yang mana mengundang sebuah kengerian pula kekesalan atas perlakuan sang pelaku-yang seperti judulnya usung, berperilaku layaknya iblis.
Dua hal tersebut adalah salah satu contoh kesubtilan Kumar dalam memainkan adegan, di mana ketegangan tak hanya ditampilkan lewat sebuah adegan yang menempatkan sang protagonis bersama antagonis. Sebelumnya, kita disuapi informasi inti sebagai pondasi utama mengenali kejadian sebenarnya.
Puncaknya terjadi ketika keponakan Arun, Ammu (Abhirami) menghilang setelah pesta ulang tahun dilakukan. Tentu, hal ini memberikan injeksi yang lebih kuat pada karakter utama-yang sebelumnya telah menghabiskan waktu bersama. Ini seperti sebuah pukulan keras, yang pada saat bersamaan membuat Arun diskors dari kepolisian atas tuduhan kelalaian penembakan.
Meskipun demikian, Arun tetap berdiri tegak mencari dan menemukan sang pelaku biadab yang sulit dilacak keberadaannya. Inilah satu lagi kelebihan Ratsasan dalam memperluas cakupan penceritaan guna tampil solid dan berjalan sesuai harapan. Beragam petunjuk ditampilkan, yang nantinya membuka sebuah hal baru yang siap diungkap dan tentunya sarat akan koherensi dengan kejadian sebelumnya.
Ketika pelaku utama ditampilkan, Ratsasan memang menampilkan sebuah kejutan tak terduga, setelah sebelumnya bermain dengan asumsi pula praduga beralasan yang bahkan bukan sebuah kebenaran. Ketegangan tampil dilipatgandakan sementara scoring hasil gubahan Ghibran (Run Raja Run, Thirumannam Ennum Nikkah, Maayavan) menyulut rasa cemas berlebihan, salah satunya dengan menyelipkan denting piano-yang sampai tulisan ini dibuat masih mengendap lama dalam ingatan.
Bukan tanpa cela, Ratsasan kerap tampil larut dalam beberapa pengadeganan, membuat durasinya membengkak selama 145 menit di tengah beberapa adegan yang seharusnya bisa dipadatkan. Meskipun demikian, semuanya dapat termaafkan karena pada akhirnya Ram Kumar memberikan sebuah akhiran sesuai harapan yang diinginkan Arun (dan penonton) sebagai aksi perwujudan nyata impiannya.
SCORE : 4/5
0 Komentar