Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

SONCHIRIYA (2019)

Menerapkan gaya western, Sonchiriya mengukuhkan bahwa sejak Ishqiya (2010) hingga Udta Punjab (2016), Abhishek Chaubey gemar sekali mengangkat sebuah sisi kelam kehidupan lewat ceritanya yang kebanyakan menggambarkan para orang terpinggirkan hingga bermasalah di mata sosial dan hukum. Dalam Sonchiriya, giliran sekelompok manusia yang menyebut dirinya sebagai Baghis (pemberontak) sebagai tumpuan, di mana selain status mereka sebagai incaran dan bahkan dianggap menyimpang, masih ada sebuah hati nurani tersimpan guna direalisasikan, yang menurut mereka sesuai dengan dharm (cara hidup) seseorang.


Bersetting pada tahun 1975 di sebuah jurang sungai Chambal, kelompok Baghis yang dipimpin oleh Mann Singh (Manoj Bajpayee) tengah bersiap untuh menjarah sebuah rumah yang mengadakan pesta perkawinan di mana mahar berton-ton emas dibawa oleh sang mempelai pria. Berniat untuk menjarah, mereka malah menjadi incaran empuk tatkala Inspektur Gujjar (Ashutosh Rana) datang menyerang dan menyulut sebuah perpecahan.


Setelah Mann Singh tewas, Lakhna (Sushant Singh Rajput) ingin menyerahkan diri terhadap polisi, sementara Vakil (Ranvir Shorey) ingin melanjutkan misi pemberontakan, perselisihan keduanya tak lekas menemui titik temu hingga pada akhirnya mereka bertemu dengan Indumati (Bhumi Pednekar) istri dari pria bermarga Thakur yang membawa seorang gadis bernama Khushi yang mengalami pendarahan berat pasca diperkosa oleh sang mertua yang kemudian dibunuh oleh Indumati.


Indumati meminta para Baghis untuk mengantarkannya ke sebuah rumah sakit demi menyelamatkan nyawa Khushi, permintaan yang sempat mengalami pertimbangan ini akhirnya disetujui atas asas "melindungi wanita" yang merupakan salah satu dharma Baghis. Aksi penyelamatan ini membawa mereka pada sebuah ancaman pula bahaya yang melibatkan nyawa.


Berjalan secara pelan, Sonchiriya adalah perihal menyelamatkan nyawa setelah menghabisi nyawa. Singkatnya, ini seperti sebuah karma yang hendak dicegah datangnya oleh para Baghis, di mana Vakil serta Lakhna meyakini Khushi sebagai Sonchiriya (sebuah metafora dari Gadis Penyelamat). Dengan menyelamatkan nyawa Khushi berarti telah memutus sebuah kutukan kematian yang menimpa kelompok Baghis secara bergantian.


Meskipun lambat, naskah yang ditulis oleh Abhishek Chaubey bersama Sudip Sharma (NH 10, Players, Udta Punjab) tak muluk-muluk perihal menampilkan aksi baku tembak non-stop sebagai ganti dan mengurangi rentetan dialog tak perlu. Ini secara otomatis banyak menyerahkan sepenuhnya terhadap bahasa verbal sementari sekalinya dialog tampil menyampaikan setumpuk relevansi serta kritisi sikap patriarki yang masih menjadi kebiasaan pula budaya tersendiri.


Para pelaku budaya patriarki mungkin menganggap dirinya terlampau perkasa dibandingkan wanita-meski untuk menolak sepenuhnya tak butuh terhadap wanita, mereka enggan mengakui. Sonchiriya membuktikan hal demikian, di mana kehadiran Khushi secara tersirat mengiyakan bahwa mereka tak sehebat apa yang dikira jika berurusan dengan hati nurani yang tak bisa mereka (para pria) bodohi.


Tanah gersang nan kering adalah panggung tempat berlangsungnya sebuah kehidupan-yang secara tak langsung menyiratkan sebuah keadaan. Aksi kejar-kejaran merupakan bagian dari hukum alam yang menuntut para manusia untuk bertahan guna memutus rantai makanan. Chaubey dengan cerdas bermain sebuah metafora terhadap realita sesungguhnya di mana manusia tak ubahnya hewan yang kebanyakan tak memiliki nurani, itu setidaknya menurut pandangan polisi (sang pemilik nurani) si pembasmi, sementara kita tak tahu betul isi hati sesunguhnya. Bisa saja mereka jelmaan iblis yang menyamar menjadi manusia atau malah sebaliknya yang disebut iblis ternyata adalah manusia sesungguhnya.


Sonchiriya sempurna memainkan peranan tersebut secara tak terduga. Pun, meski konklusinya mengamini apa yang seharusnya terjadi, terdapat sebuah urgensi kuat akan sebuah arti sebagaiman pembukanya tampilkan dan bahkan membiarkan kamera secara statis, menangkap sebuah gambar bangkai ular yang telah dikerubuni lalat. Secara tak sadar, kejelian Chaubey telah tersirat dari sini.


Tentu, ini takkan berjalan baik andai tak disokong performa kuat dari para pemain. Sushant Singh Rajput dalam diamnya menyimpan sebuah kekhawatiran, Manoj Bajpayee dibalik sikap beraninya ternyata memiliki hati nurani, Ranvir Shorey menyimpan sebuah dilema akan definisi menjalankan dharm atau setia menuruti nurani, Bhumi Pednekar adalah simbol kekuatan wanita ditengah dominasi pria, sementara Ashutosh Rana sukses membuat penonton benci terhadapnya, kehadiran Sampa Mandal sebagai Phuliya memberikan sebuah penghormatan akan Phoolan Devi sekaligus homage bagi Bandit Queen (1994)-nya Seema Biswas.


Sempat menyentil isu terkait kasta dan takhayul yang seolah sudah mendarah daging bagi masyarakat, Sonchiriya adalah peleburan atas apa yang pernah dan mungkin akan terjadi jika persepsi rendah dan praduga tak beralasan mengisi sebuah pemikiran. Jika itu dibiarkan, kehancuran dan kematian siap datang bagi siapa saja yang memasang umpan di depan singa yang tengah kelaparan.


SCORE : 4/5

Posting Komentar

0 Komentar