Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

PULANG (2018)

Terinspirasi dari kisah nyata (yang memang benar adanya pasca kredit film bergulir), Pulang garapan sutradara Kabir Bhatia (Cinta, Sembunyi: Amukan Azazil, Sangkar) berpotensi menjadi sebuah drama kaya rasa dan makna mengingat masing-masing karakter berjuang atas nama cinta: cinta seorang suami yang rela pergi jauh untuk membahagiakan anak-istri, cinta seorang istri yang menunggu kedatangan suami, cinta seorang anak terhadap kedua orang tua hingga cinta antara seorang cucu terhadap nenek tercinta. Sayang, gambaran tersebut terhalang sebuah dramatisasi berlebih, yang seperti kita tahu, setiap sesuatu yang berlebihan tak baik hasilnya.


Dibuka dengan sebuah voice over bernada lirih, kamera seketika menyoroti seorang wanita tua yang tengah terbaring sakit diranjangnya. Thom (Sherry Al Jeffry) menceritakan kembali kisah masa mudanya kepada sang cucu, Ahmad (Erwin Dawson) dan kemudian memintanya untuk mencari keberdaan sang kakek yang hilang rimbanya pasca pergi berlayar pada tahun 40-an. Sebelum ajal menjemput, Thom ingin memastikan bahwa sang suami masih ada di dunia, sesuai keyakinannya.


Kemudian cerita berpindah pada masa Thom muda (Puteri Aishah) yang kala itu menyambangi Serkam guna merawat sang nenek yang tengah sakit. Thom memang tak percaya terhadap cinta pada pandangan pertama, namun, ia tak bisa memungkiri bahwa dirinya mulai jatuh hati dengan pemuda bernama Othman (Remy Ishak), nelayan sekaligus pedagang ikan yang ia temui. Kepergian sang nenek membuat Thom terpukul, seketika kesedihan itu sirna kala Thom dan Othman memutuskan untuk menikah dan membangun sebuah biduk rumah tangga.


Othman mengakui bahwa dirinya adalah seorang yang tak punya, dan sebagai lelaki ia bertanggung jawab untuk menafkahi istri dan putera semata wayangnya yang kelak diberi nama Omar. Pasca ditangkap oleh para tentara Jepang yang tengan menginvasi Melayu, Othman kemudian berpamitan kepada Thom untuk bekerja di kapal dagang asing (Inggris). Thom dengan berat hati menerima keputusan sang suami-meski ia masih digerayangi rasa takut bahwa sang suami takkan pulang. Kepergian yang ketiga kalinya ini kemudian mengamini rasa takut Thom dengan sebuah kenyataan bahwa sang suami tak kunjung pulang menemuinya.


Satu hal yang saya sukai dari Pulang adalah kepiawaian Kabir Bhatia mempermainkan sebuah rasa cemas di hati Thom, yang mana bagi para istri yang ditinggal sang suami untuk bekerja, kondisi ini jelas menyimpan sebuah relevansi tersendiri yang kemudian menguarkan sebuah tanya terkait kabar dan kepulangannya yang siap disambut dengan hati bahagia-meski kalung emas ataupun berlian tak terpasang di dadanya. Namun lain halnya dengan pemikiran para suami yang selalu menekan pemikiran tinggi, bahwa kepulangannya harus senantiasa menghasilkan sebuah bukti nyata berupa benda ketimbang rasa cinta yang semestinya ada.


Dua persepsi itu sejatinya mampu mengatrol Pulang untuk menyajikan sebuah hiruk-pikuk hubungan suami-istri. Namun, Mira Mustaffa (Nur Kasih: The Movie, Sepi, Sangkar) selaku penulis naskah sekaligus istri sang sutradara-bersama Ahmad Izham Omar (Mamak Cupcake) terlampau berambisi lebih dengan melebarkan sayap penceritaan ke berbagai lini, termasuk membuat Thom bertandang ke Hong Kong guna menemui sang suami-yang mana ini bisa dapat diterima andai tak disisipkan pengadeganan sinetron-ish. Belum lagi naskahnya menyimpan sebuah lawan lain yang dihadirkan lewat karakter Hassan (Syazuwan Hassan), guru ngaji Omar yang ternyata memiliki perasaan terhadap Thom.


Singkatnya, Pulang dipenuhi dengan lubang berupa terlalu banyaknya pengadeganan episodik yang sebatas hadir lalu hilang, itu termasuk ajang pamer budget tinggi dalam menampilkan Negara tempat Othman berada yang kentara jelas sarat CGI. Berbicara mengenai CGI, Pulang memang berhasil memanfaatkan momen horor berupa kapal goyang berserta ombak luluh lantah yang menenggelamkannya, meski tak sedikit yang kentara terlihat artificial (kobaran api, lanskap perahu, dll.).


Memasuki pertengahan durasi, Pulang kemudian bermain sebuah misteri di mana pencarian Othman yang dilakukan oleh Ahmad berbekal barang usang milik Omar menghadirkan sebuah ketertarikan tersendiri yang kemudian membuka sebuah relasi atas sejarah hadirnya barang tersebut. Sayang, penelusuran Ahmad juga keputusan kembali memperlihatkan Omar muda (Azrel Ismail) terhalang sebuah jawaban yang terlampau menyederhanakan. Ini termasuk nasib secara tiba-tiba yang kerap menemukan Othman kembali bersama Lum (Alvin Wong). Setidaknya hubungan persahabatan mereka masih mengasyikan ketimbang rentetan cerita penuh kebetulan diantara keduanya.


Tentu, pertanyaan sekaligus konklusi akhir filmnya adalah: Dimanakah Othman berada? Kabir Bhatia sejatinya piawai menebar ranjau selaku clue menjawab pertanyaan penting ini, tetapi pilihan untuk menampilkan twist akhir menghalangi jawabannya untuk tampil murni, alih-alih manipulatif. Keputusan ini jelas menyalahi bahkan menodai aspek yang seharusnya sarat akan urgensi.


SCORE : 2.5/5

Posting Komentar

0 Komentar