Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

MOTICHOOR CHAKNACHOOR (2019)

Kalau bukan karena kesimpulan memenuhi hasrat seksual perjaka kesepian, Motichoor Chaknachoor adalah sajian komedi yang cukup solid lewat penghantarannya yang menggelitik. Beberapa kritisi dilayangkan-yang mana sangat relevan dengan kondisi masyarakat masa kini: konformitas media sosial, eliminasi cinta karena harta hingga pembohongan publik yang seringkali giat dilakukan dewasa ini. 
 
 
Anita (Athiya Shetty) adalah gadis dengan impian untuk tinggal di luar negeri. Ia beranggapan bahwa keinginannya akan tercapai apabila ia mendapatkan lelaki yang memiliki pekerjaan di luar negeri. Tujuan utama Anita bukan semata karena harta, melainkan untuk mengunggah keberadaannya lewat sosial media.
 
 
Sepuluh proposal lamaran ia tolak karena tidak memenuhi kriteria. Putus asa karena belum ada pelamar yang sesuai dengan keinginanya, akhirnya ia mendengarkan pendapat sang bibi (Karuna Pandey) untuk mendekati Pushpinder (Nawazuddin Siddiqui), tetangga sebelah rumah yang baru saja mengambil cuti dari pekerjaannya di Dubai.
 
 
Tentu, kita akan tahu bahwa keinginan Annie takkan berjalan lancar. Pasalnya, keluarga Pushpinder sudah seperti saudara bagi keluarga Annie, terlebih ibu Pushpinder (Vibha Chhibber) memasang mahar yang besar bagi siapa saja yang hendak melamar Pushpinder. Sementara Annie melakukan pendekatan dengan Pushpinder, keputusan untuk kawin lari digunakan sebagai jalan mendapat persetujuan.
 
 
Motichoor Chaknachoor adalah bentuk kritisi terhadap masyarakat konservatif India lewat jalur komedi. Naskah yang ditulis oleh Meghvrat Singh Gurjar (FryDay) mempermainkan tradisi kuno tersebut sebagai acuan menggerakan narasi-yang ditampilkan secara implisit-sementara kritisi akan didapat setelah budaya tersebut dijalankan. Hasilnya adalah sebuah hiburan sarat tawa meski pada akhirnya terkendala tatkala menghadirkan sebuah penebusan utama.
 
 
Entah itu melalui barisan dialog slapstick atau lewat pengadeganan, Motichoor Chaknachoor selalu setia merenggut atensi, hingga titik puncak komedi miliknya tatkala "tragedi pintu" ditampilkan menjelang konklusi. Konflik utama miliknya memang tak seberapa kuat, yang kemudian mengambil jalur mudah tatkala permasalahan diselesaikan terlampau menggampangkan, meninggalkan barisan elemen potensial yang sebatas berjalan di permukaan.
 
 
Athiya Shetty tampil mencuri perhatian lewat pembawaan karakter cerewet pula sosok "wanita kekinian" yang harus melewati tembok penghalang berupa keadaan (baca: kekayaan) yang menghalangi keinginan. Sementara Nawazuddin Siddiqui lewat "diamnya" ternyata menyimpan sebuah "dilema" yang kerap dirasakan perjaka pada usia kepala tiga. Penampil lain yang turut bersinar adalah Vibha Chhibber sebagai sosok yang "gila harta", memanfaatkan predikat pekerjaan sang anak guna mendapat tambahan harta banyak.
 
 
Kembali ke permasalahan awal, Motichoor Chaknachoor seketika tumpul tatkala intensi utama filmnya sebatas memenuhi mimpi seksual perjaka kesepian yang haus akan belaian. Keputusan ini tentu akan menghasilkan stigma buruk yang hanya akan mencoreng nama "mereka" di tengah keharusan kita untuk senantiasa mendukungnya. Ini adalah bentuk pelecehan secara halus yang bertolak belakang dengan keberanian melakukan sentilan terhadap premis utama miliknya.
 
 
Di sisi lain, ini juga turut berdampak pada penyutradaraan perdana Debamitra Biswal yang sedang melakukan pembuktian. Dari sini kita mengetahui bahwa kontroversi yang pernah dilalui filmnya (sang sutradara yang mengaku dirampas kebebasannya, peluncuran trailer yang terkendala masalah iuran, Athiya Shetty yang dibayar kurang, perseteruan pasca-produksi dan hak siar) bukan sekedar nyata di luar, melainkan turut merengsek masuk menyerap di dalam.
 
 
SCORE : 2.5/5

Posting Komentar

0 Komentar