Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

CORPUS CHRISTI (2019)

Terinspirasi dari kisah nyata, Corpus Christi-yang merupakan perwakilan Polandia untuk film berbahasa asing terbaik dalam ajang bergengsi Oscar tahun lalu melayangkan sebuah pertanyaan: Bagaimana jika seorang tahanan penjara remaja berpura-pura menjadi seorang pastor? Sekilas pertanyaan itu terdengar sebagai sebuah lelucon atas kemustahilan, namun, Corpus Christi tak menjadikan pertanyaan tersebut sebagai bahan penelusuran-melainkan ajang untuk mempertanyakan keimanan seseorang. Apakah seorang pendosa dapat mendapatkan kesempatan kedua?
 
 
Daniel (Bartosz Bielenia) adalah remaja dengan catatan pembunuhan tingkat dua, karenanya, ia ditahan di sebuah penjara-sementara aktivitas penggergajian dilakukan sebagai penebusan. Ketika ia memutuskan untuk pergi ke gereja dan bertemu dengan Marta (Eliza Rycembel), seketika ia mengaku sebagai pastor bermodalkan pakaian kerah pemberian Pastor Tomasz (Lukasz Simlat), sang pemimpin ibadah di Gereja penjara.
 
 
Menggunakan nama Piter Tomasz, ia dipercaya untuk memimpin prosesi ibadah yang terdiri dari penebusan dosa hingga Misa di tengah sang pendeta (Zdzislaw Wardejn) melakukan rehabilitasi alkohol. Kebohongan Daniel mendapatkan kepercayaan dari jemaat paroki lewat pengajaran sederhana nan manusiawi miliknya, termasuk mengobati para keluarga korban kecelakaan mobil.
 
 
Corpus Christi menyoroti naluri manusia yang merupakan seorang pendosa. Daniel memiliki catatan kehidupan kelam dan menjadikannya sebagai seorang pembunuh, pecandu narkoba, bahkan pemain wanita. Meski demikian, keinginannya untuk menjadi seorang pastor selalu terusik kala ia melakukan ibadah dan memimpin jemaat untuk melantunkan doa lewat nyanyian. Karena seorang pendosa, perbuatan nekat tersebut dilakukan semata demi mewujudkan cita-cita yang menurutnya adalah sebuah kemustahilan.
 
 
Ditulis naskahnya oleh Mateus Pacewicz (The Hater, Heat) filmnya sendiri bermain dengan moralitas yang ambigu. Pastor memang dipandang sebagai seseorang yang suci, namun, ia pun sama sebagai seorang manusia yang tak lepas dari dosa. Kegiatan khotbah menutupi dirinya sebagai sosok orang yang kerap berbuat kesalahan, dan filmnya tak ragu menampilkan sebuah kejadian diluar dugaan.
 
 
Entah itu lewat perilaku Daniel yang merupakan "pastor palsu" ataupun sang pastor yang pergi melakukan rehabilitasi karena ketergantungan alkohol, filmnya menyetil sebuah perilaku manusia yang penuh dengan kemunafikan. Seperti para jemaat keluarga korban kecelakaan yang menyalahkan salah satu orang, mencapnya sebagai pembunuh dan bahkan melarang jasadnya untuk dikuburkan disamping korban lainnya. Inilah bentuk kebutaan terhadap agama tanpa memikirkan sebuah logika.
 
 
Corpus Christi adalah bentuk justifikasi terhadap kepercayaan terhadap agama yang mengaburkan batasan kehidupan. Kondisi ini kerap terjadi di dunia nyata. Itulah mengapa ketika filmnya menyalurkan sebuah gambaran akan pesan perdamaian dan kepercayaan terhadap Tuhan yang sebenarnya-memberikan sebuah pencerahan tersendiri mengenai persepsi otak manusia yang tak lantas harus bersikap kerdil dengan menggunakan embel-embel agama.
 
 
Dilantunkan secara pelan, Corpus Christi banyak menggunakan simbol sebagai penjelasan-yang mana menghantarkan makna tersendiri. Misalnya pekerja penggergajian diartikan sebagai sosok tukang kayu Kristus atau keseluruhan pesan yang mengatakan bahwa seluruh umat manusia adalah tubuh dari daging Yesus, sesuai dengan judul utamanya yang berarti demikian.
 
 
Corpus Christi adalah drama sarat kontemplasi. Penyutradaraan Jan Komasa (Ode to Joy, Warsaw '44, Suicide Room) menerapkan kesunyian dan membiarkan gambar berbicara sepenuhnya. Ini ditujukan guna memberikan sebuah kesan penuh pemaknaan yang disampaikan secara gamblang, sementara kamera Piotr Sobociński (Heart in Atlantis, Trapped, Angel Eyes) bergerak pelan dan bahkan menerapkan kamera statis sebagai kesan realis.
 
 
Puncaknya adalah tatkala Corpus Christi memasuki konklusi, Jan Komasa memberikan sebuah penebusan dari sebuah pengakuan. Ketika Daniel menanggalkan pakaiannya dan menunjukan kebenaran mengenai tubuhnya, dari sana filmnya memberikan sebuah kebenaran atas kesucian dan kepercayaan terhadap Tuhan.
 
 
SCORE : 4/5

Posting Komentar

0 Komentar