Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

IF BEALE STREET COULD TALK (2018)

Sebagai adaptasi novel pertama dari James Baldwin, If Beale Street Could Talk adalah satu dari sekian karya sang penulis yang mengetengahkan isu rasial dan seksual sebagai bahan acuan-disamping perlakuan diskriminasi yang gencar dilakukan. Mereka para orang kulit hitam masih saja dianggap "berbeda" dan If Beale Street Could Talk adalah sebuah jawaban atas perlakuan yang dilakukan si orang kulit putih yang berkuasa dan dapat bertindak semena-mena, sementara si orang kulit hitam sebagai korban-hanya mampu pasrah dan menerima. Hanya cinta yang mereka jadikan kekuatan dan pegangan.
 
 
Bersetting pada tahun 1970-an di daerah bernama Harlem, kisahnya sendiri menyoroti romantika dua muda-mudi, Tish (KiKi Layne) dan Fonny (Stephan James) yang menemukan cinta ketika mereka sudah dewasa. Keduanya, adalah sahabat sedari kecil yang tak terpisahkan. Bukti perayaan atas cinta mereka lakukan dengan mencari sebuah rumah-yang mereka temukan berupa gudang berbentuk loteng dari seorang pria bernama Levy (Dave Franco), pria kulit putih keturunan Yahudi yang menyewakannya tanpa memandang ras, Levy menganggap semua orang sama, terlebih ia sangat senang melihat seseorang yang tengah jatuh cinta.
 
 
Namun, orang diluaran Amerika sana tak banyak seperti Levy, seketika Fonny dituduh telah melakukan pemerkosaan terhadap seorang wanita bernama Victoria (Emily Rios). Semakin berat dugaan bahwa Bell (Ed Skrein), polisi setempat yang rasis mengaku berada di tempat kejadian.
 
 
Ditulis dan disutradarai oleh Barry Jenkins (Medicine for Melancholy, Moonlight), If Beale Street Could Talk adalah potret ketidakadilan yang diterima dua pasangan yang hanya memiliki cinta sebagai pegangan. Kekuatan cinta adalah poin utama filmnya-yang mana Jenkins buktikan lewat sorot mata tanpa harus bercerita. Karena sejatinya, cinta hanya perlu ditunjukan, bukan untuk diteriakan.
 
 
Senada dengan nada penceritaan, If Beale Street Could Talk lebih mengandalkan keheningan daripada kemeriahan. Hasilnya adalah sebuah tujuan yang berlabuh pada sebuah perasaan. Kisah cinta Tish dan Fonny memang sedang dipertaruhkan, mudah untuk kita mendukung bahkan bersimpati terhadapnya lewat perlakuan yang keduanya lakukan. Meski kerap mengalami hambatan, keduanya tetap kuat untuk mempertahankan.
 
 
Sadar bahwa satu orang saja tak cukup untuk melakukan pembelaan, Jenkins menempatkan sebuah kekuatan lain dalam bentuk perhatian dan kasih sayang keluarga. Dari sini ia tampilkan Regina King sebagai Sharon, ibu Tish, yang selalu siap berdiri tegak membela dan mendukung sang anak. Termasuk dari sang mertua yang terbutakan oleh agama bahkan rela mengunjungi tempat di mana sang pelapor berada.
 
 
Selain mengagungkan hak penerimaan dan perlakuan, Jenkins pun turut mengagungkan gerakan feminisme lewat karakter Sharon dan Tish. Keberdaan dan perbuatan mereka layak disandingkan dengan para lelaki atau satu negara yang memiliki kuasa. Terlebih, performa kuat dari Regina King menjadikan sebuah tindakan harus ditegakan, sementara KiKi Layne, sebagai debutan piawai memainkan perasaan.
 
 
Menggunakan narasi non-linier, If Beale Street Could Talk menyorot dua linimasa, pertama adalah perihal romansa dan kedua mengenai proses hukum dari bilik penjara. Keduanya saling mengisi satu sama lain, menciptakan sebuah penguatan yang saling menuturkan kepentingan-meski di beberapa adegan, kentara bahwa Jenkins terlalu berlarut dalam kepanjangan, membuat durasi merebak menjadi 117 menit-yang mana dapat dipadatkan. Pun, penggunaan dialog bernada literasi, sesekali menghadirkan nada pembicaraan kurang alamiah-meski dapat dipahami, itu adalah bentuan kesetiaan terhadap sumber adaptasi.
 
 
If Beale Street Could Talk adalah sajian drama yang solid, penceritaannya sesuai realita yang mana kebanyakan didasari pengalaman sang penulis buku aslinya. Ini menjadikannya terasa personal di samping Jenkis memberikan sebuah pesan yang universal. Sehingga kala konklusi ditampilkan lewat sebuah adegan sederhana yang menyiratkan sebuah bukti nyata tentang kekuatan cinta, timbul sebuah pertanyaan sederhana: Masihkah kalian meragukan cinta di tengah kekangan dunia?
 
 
SCORE : 4/5

Posting Komentar

0 Komentar