Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Operatif berarti sebuah pertolongan cepat yang dapat menolong jiwa si sakit. Dari judulnya saja, pikiran saya sudah menerawang ke awang-awang, membayangkan ke mana arah filmnya berjalan-yang mana bakal melibatkan sebuah aksi berpacu dengan waktu guna mengobati rasa sakit di tengah jualan utamanya sebagai thriller spionase. Sayang, harapan tersebut harus berlabuh pada perasaan kecewa kala filmnya ternyata tak sesuai dengan yang saya kiri. Lagi-lagi ekspetasi urung berjalan beriringan dengan realita.
Rachel (Diane Kruger) adalah mata-mata rekrutan Mossad, organisasi asal Israel-yang dikirim ke Teheran, Iran guna menyelidiki program nuklir di sana. Sebagai alat menjalankan misinya, Rachel menggunakan kedok guru bahasa Inggris dan Perancis sebagai samaran. Setelahnya ia pun mulai menjalankan modus operandinya, salah satunya dengan mengontrol perusahaan komunikasi milik Farhad (Cas Anvar), pria lokal yang juga mencintainya.
Dilema antara setia dengan tugas dan kehidupan pribadinya, Rachel pun dianggap membelot yang membuat pimpinan Mossad menjadikannya sebagai incaran. Namun, setelah sebuah telepon berisikan kode rahasia yang diterima oleh Thomas (Martin Freeman) sang handler, Rachel ternyata belum sepenuhnya kabur. Pertanyaan terkait kebenaran Rachel nantinya membungkus keseluruhan film.
Ditulis dan disutradarai oleh Yuval Adler (Bethlehem, Seduction, The Secrets We Keep) berdasarkan novel berbahasa Ibrani berjudul The English Teacher oleh Yiftach Reicher-Atir (juga menulis naskah filmnya) The Operative terlampau jinak untuk bergerak di ranah thriller spionase, di mana pemandangan khas genre tersebut kerap direpetisi. Tak masalah jika memilih berjalan sesuai pakem, namun, yang The Operative hasilkan tak sejalan dengan aturan, momen yang seharusnya tampil mencekam urung terasa-karena filmnya enggan tampil leluasa.
Sesekali itu ditampilkan, misalnya dalam sebuah adegan kala Rachel dibenturkan pada posisi nurani dan setia terhadap opsisi dengan membunuh salah satu penjaga yang begitu ramah terhadapnya atau kala ia harus bungkam di tengah tubuhnya sedang dilecehkan. Yuval Adler menangkap momen tersebut sebagai resiko pekerjaan yang harus dilalui ketimbang diteriakkan. Ini tentu akan menjadi alasan personal bagi karakternya untuk menyimpang-andai Adler menekan sebuah penuturan layak terhadapnya.
Seperti yang telah saya singgung, The Operative terlalu enggan untuk tampil mencekam khas sub-genre-nya hingga memilih tuturan drama personal setelahnya. Dramanya urung terasa akibat terlalu lama menuturkan sebuah penjabaran-yang mana dalam sebuah kesempatan filmnya kehilangan momentum serta pay-off setelahnya pun urung terasa. Permasalahan ini yang menggelayuti keseluruhan hasil akhir The Operative.
Meskipun demikian, jajaran pemain tak tampil mengecewakan. Diane Kruger menghantarkan sebuah degradasi emosi sepadan kala dihadapkan pada sebuah kejadian. Martin Freeman adalah korban permainan dan Cas Anvar adalah target utama yang tereliminasi oleh cinta. The Operative dan 'bumbu romansa' filmnya sama saja, sama-sama tak diberikan lahan untuk berperan.
SCORE : 2.5/5
0 Komentar