Student of the Year (2012) memang menjadi karya diluar segmentasi seorang Karan Johar (Kuch-Kuch Hota Hai, Kabhie Khusi Kabhie Gham, My Name is Khan), di mana kedangkalan cerita menjadi tumpuan serta harapan akan sisi emosional (yang merupakan ciri khas film sebelumnya) dilupakan. Meski demikian, hasil akhir dari Student of the Year tidaklah begitu buruk, terdapat sebuah crowd-pleaser tersendiri yang masih bisa diterima pula sesekali gaya bercerita sang sutradara menemui taringnya, disamping membuka gerbang kesuksesan bagi trio pemainnya: Varun Dhawan, Alia Bhatt dan Sidharth Malhotra.
Kini, sekuelnya dirilis. Meski tak ada sangkut paut dengan film pertama, esensi memperebutkan predikat 'Student of the Year' masih menjadi permainan. St. Teresa masih menjadi tempat berlangsungnya pembuktian pula kisah romansa sarat ke-chessy-an para pelajarnya. Tak bermaksud melupakan, para senior di film pertama masih dilibatkan-meski dalam kapasitas tak begitu besar. Kita masih berkesempatan melihat Jeet (Sahil Anand) dan Dimpy (Manjot Singh) berperan sebagai dua komentator pertandingan Kabbadi, serta Alia Bhatt dalam sebuah nomor musikal The Hook Up Song sebelum kredit filmnya bergulir.
Karakter utama dalam Student of the Year 2 bernama Rohan (Tiger Shroff) mahasiswa asal Pishorila Camandas yang mempunyai mimpi untuk pindah ke Saint Teresa. Keininginan untuk duduk di bangku St. Teresa bukan karena demi mengejat prestasi akademik maupun mendapat predikat "siswa terpandang" melainkan demi bisa bersama Mridula (Tara Sutaria) sang kekasih, yang terlebih dahulu pindah ke kampus impiannya.
Memanfaatkan kuota beasiswa olahraga, Rohan berhasil diterima. Hari pertama masuk, tujuan pertama Rohan tentu mencari dan memberi kabar bahagia kepada Mridula yang kini berganti nama menjadi Mia. Seiring ia berganti nama (karena alasan agar lebih terpandang) luntur pula perasaan Mridula terhadap Rohan. Alasan untuk fokus mengejar impian pun dilontarkan-meski itu sejatinya tak berlangsung lama.
Lagipula, naskah hasil tulisan Arshad Sayed (Go, Dasvidaniya, Shaadi Ke Side Effects) tak menawarkan sebuah cerita luar biasa dan bukan tujuan utamanya pula ia menampilkan kesubtilan pula kedalaman bercerita. Ini tentu bisa diterima, mengingat Student of the Year 2 adalah murni sebuah hiburan dengan segala ke-klisean miliknya. Selama anda tak mempermasalahkan semuanya, Student of the Year 2 dapat menjadi tontonan yang memuaskan.
Di St. Teresa pula, Rohan bertemua dengan Shreya (Ananya Panday) gadis periang yang ia dapati tengah mengasah kemampuan tari-yang sejurus kemudian melontarkan sebuah nada bicara tinggi. Hal itu disebabkan, musik yang terlalu cepat, meski bagi Rohan sendiri, gerakan Shreya lah yang lambat. Pertemuan pertama mereka tak memberikan sebuah impresi menyenangkan-namun, membuat Shreya kian mempermainkan Rohan setelahnya.
Dimulailah aksi tarik-ulur romansa dengan bumbu komedi yang cukup menyenangkan, kala keisengan Shreya terhadap Rohan berujung pada sebuah akibat merugikan. Tentu, kita tahu semuanya takan berjalan lama, sama halnya dengan persahabatan Rohan dengan Manav (Aditya Seal), peraih gelar "Student of the Year" dalam dua tahun terakhir sekaligus kakak kandung Shreya.
Meski dapat diprediksi, pengisahan narasi milik Student of the Year 2 senantiasa mengisi, dalam artian memberikan sebuah ketertarikan tersendiri. Misalnya mengenai latar belakang kedua tokohnya, di mana Rohan kepribadian Rohan dapat diidentikan dengan seorang pejuang SJW, sementara Shreya, dibalik sikap usilnya, menyimpan sebuah rasa yang selama ini coba ia buktikan kepada sang ayah (Chetan Pandit).
Tentu kejutan seperti ini tak pernah saya harapkan kehadirannya-yang kemudian memberikan sebuah dampak tersendiri setelahnya. Mudah mengira bahwa sutradara Punit Malhotra (I Hate Luv Storys, Gori Tere Pyaar Mein) sekedar bersenang-senang lewat karyanya. Namun, jika kita perhatikan, keseriusan pula ketelitian menguar dalam desain artistik yang begitu ia perhatikan kehadirannya. Sebutlah kemeriahan pesta dansa beserta pernak-pernik di dalamnya (bohlam warna-warni menyala, lantai serta dinding dengan rumus sains, kostum dengan tampilan mengesankan) membuat nomor musikal The Jawaani Song begitu menyenangkan.
Tak ada kisah masa lalu-masa kini maupun pelajaran menghargai persahabatan pula keikhlasan merelakan disamping keharusan mengejar impian, Student of the Year 2 tampi begitu ringan, di mana kerumitan sama sekali tak menjadi sebuah keharusan. Menggantikan ajang adu cerdas dan ketangkasan, perhelatan perebutan juara kini digantikan dengan perlombaan berbasis olahraga, salah satunya Kabbadi yang menjadi andalan dalam kejuaraan bernama Dignity Cup ini. Namun, dari sini timbul sebuah pertanyaan: Perlukah disertakan dengan lomba menari dan olahraga lain jika hanya Kabbadi yang menjadi penentu kejuaraan? Hal ini tentu mengeliminasi esensi diberikannya gelar 'Student of the Year'.
Meski tak sepenuhnya menjadi persoalan (mengingat film ini enggan menerapkan sebuah keseriusan pula logika sedari awal), Student of the Year 2 tentu masih dapat diterima berkat pengadeganan dinamis miliknya. Penyutradaraan Punit Malhotra sesekali memberikan sebuah kebenaran akan realita yang bagi beberapa kalangan tentu dapat diterima, sementara deretan aksi laga tampil menghiasi, memberikan sebuah injeksi tersendiri sebelum diperlihatkannya kejuaraan Kabbadi yang menjadi titik puncak utama filmnya.
Momen tersebut tentu berlangsung seru berkat aksi akrobatik menawan yang ditampilkan Tiger Shroof, saya dibuat kagum akan aksi pula kepiawaian menari yang menjadi bakat terbesarnya, setidaknya ini sedikit mengurangi rasa justifikasi pemilihan dirinya memerankan seorang 'student' dengan tampang sedikit tua miliknya. Sementara itu, gelar MVP patut diberikan kepada Ananya Panday dalam debut yang mengesankan ini, kala ia berkelakar, timbul sebuah ketertarikan tersendiri yang membuat hati ini ingin senantiasa bersamanya. Serupa Alia Bhatt dalam film pertamanya, Ananya adalah bibit baru yang menjanjikan bagi masa depan dunia perfilman.
SCORE : 3.5/5
0 Komentar