Saya adalah orang awam yang tak mengikuti dan sama sekali buta terhadap kehidupan seorang Sanjay "Sanju" Dutt, dan ketika saya memutuskan untuk menyaksikan filmnya, ekspetasi pun tak dipasang sedikitpun. Secara mengejutkan, Sanju adalah tontonan solid perihal merekaulang kehidupan pribadi salah satu tokoh yang dikenal kontroversi di India ini. Di lain kesempatan, Sanju pun turut memberikan sebuah pencerahan kehidupan sang tokoh bagi tipikal penonton awam.
Ditulis dan disutradarai oleh Rajkumar Hirani (PK, 3 Idiots) yang kemudian dibantu oleh sang kolega, Abhijat Joshi (PK, 3 Idiots, Wazir), filmnya mengikuti perjalanan kehidupan sang tokoh utama, Sanju (Ranbir Kapoor) mulai dari pertama kali terjun ke dunia film dan bermain bersama sang ayah, Sunil Dutt (Paresh Rawal) dalam film Munna Bhai M.B.B.S (2003) yang juga disutradarai oleh Rajkumar Hirani. Sanju dibayang-bayangi oleh tuntutan seperti sang ayah, yang jika tak menjadi seperti dirinya-berarti ia akan mencoreng nama aktor sekaligus sutradara yang melekat pada diri sang ayah.
Berdasar hal itu, jalan pintas untuk merasakan kenikmatan sesaaat dipilih. Sanju mulai hidup dalam adiksi narkoba yang kerap disuplai oleh sang teman yang kerap dipanggilnya dengan sebutan "Tuhan", Zubin Mistry (Jim Sarbh) sementara ratusan wanita berhasil dikencaninya. Tentu, ini menghasilkan dampak buruk bagi dirinya yang kerap mengalami teler, imbasnya adalah ketika hubungannya dengan sang ayah meregang pula kehilangan sang kekasih, Ruby (Sonam Kapoor).
Kalau enggan disebut sebagai sebuah pembenaran, Sanju adalah usaha untuk "memutihkan" nama keaktrisan sang aktor yang bermasalah, jika boleh meminjam pernyataan sang istri, Manyatta Dutt (Dia Mirza), Sanju adalah raja pembuat keputusan terburuk yang pernah ia kenal. Seolah tak cukup mengidap ketergantungan narkoba pula sindrom superstar yang menjangkitinya, Sanju dituduh terlibat dalam aksi tragedi pemboman 13 kota di Mumbai, India dan melibatkan lebih dari 250 orang meninggal dunia pada tahun 1993. Semakin memberatkan, fakta menyatakan bahwa Sanju menyimpan senapan AK-56 pula memiliki koneksi dengan segerombolan mafia.
Untuk itu, ia ingin sebuah pembenaran dan meminta Winnie Diaz (Anushka Sharma) menuliskan biografi nyata tentangnya. Keberadaan Winnie turut menjadi figur pemberantas "ketidakadilan" media dalam membawakan sebuah warta-yang hanya bertujuan menyulut massa-tanpa memberikan pernyataan yang sebenarnya. Dari titik ini, Sanju menapaki sisi terbaik filmnya, kala sebuah penelusuran menyulut sebuah ketertarikan yang menghasilkan sebuah kejutan.
Babak pertamanya bukan berarti tak menarik, proses introduksi karakternya berlangsung cukup mengesankan. Sayang, itu semua dirusak kala Rajkumar Hirani terlalu merepetisi adegan yang andai dapat dipadatkan takkan tersaji melelahkan. Itu berlangsung ketika Hirani menempatkan Sanju pada kondisi kacau di bawah kontrol narkoba yang menguasai dirinya. Meski pengadeganan psikedelik ditampilkan, filmnya kekurangan asupan dalam hal penempatan yang tak seharusnya dilipatgandakan.
Bisa dipahami, hal itu bertujuan memberikan sebuah pengalaman nyata terhadap penontonnya. Setidaknya, pemahaman dapat didapat andai ditampilkan dalam sekali waktu. Saya tak menyebut Hirani keliru, namun, terlalu berlarut-larut dan bertele-tele dalam menampilkan sebuah intisari yang tak seharusnya dituruti dan dibenarkan. Cukup dibenahi dan diperbaiki.
Melanjutkan misi penelusuran Winnie, babak ketiganya memberikan sebuah penebusan setimpal kala momen emosional turut ditampilkan. Ini melibatkan hubungan personal Sanju, khususnya bersama sang ayah yang meregang. Hirani menangkap persepsi besar terkait kasih cinta sang ayah, meski tak sebesar ibu, berjasa dalam kelangsungan hidup anak-anaknya. Ayah selalu punya cara dalam membahagiakan anaknya, yang menurutnya bukti fisik tak perlu ditunjukan, namun dirasakan.
Seolah memberikan sebuah penyeimbangan, Hirani pun menampilkan sekuen emosional ketika keberadaan ibu (diperankan oleh Manisha Koirala) selalu memberikan kekuatan untuk menuntun ke arah kebenaran. Itu berlangsung kala lagu Kar Har Maidaan Fateh dimainkan, semakin terasa kala lagu yang bercerita tentang perjuangan ini selaras dengan adegan.
Dapat disimpulkan bahwa dalam Sanju, Hirani menitikberatkan pada keluarga dan orang tercinta menjadi tujuan akhir untuk pulang. Naskahnya enggan untuk menutupi sisi kontoversial miliknya, tak segan memberikan penghukuman kepadanya. Karena pada intinya ini adalah sebuah perjalanan, perjalanan menemukan kedamaian yang setiap manusia inginkan. Karakter ayah dan Kamlesh "Kamli" Kanhaiyalal Kapasi (Vicky Kaushal), sahabat Sanju yang tak lelah memberikan petuah adalah tempat tercurahnya penyesalan, yang juga merupakan tempat berlabuhnya sebuah pelukan.
SCORE : 3.5/5
0 Komentar