Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

RAAZI (2018)

Sebagai thriller spionase, Raazi yang merupakan hasil adaptasi novel berjudul Calling Sehmat buatan Harinder Sikka-yang terinspirasi dari kisah nyata memaparkan sebuah cinta buta terhadap negara melalui aksi propaganda miliknya. Namun, secara mengejutkan, pemaparan tersebut nantinya membuka sebuah dampak nyata dari kebutaan-yang tak sejalan dengan niatan, yakni berupa aksi eliminasi hati nurani yang tak berperasaan ketika niatan murni dijalankan. Tentu ini sebuah tamparan yang patut diperhatikan.
 
 
Mengambil latar sebelum mencetusnya perang India-Pakistan pada tahun 1971, Raazi menyoroti kisah hidup seorang mahasiswa bernama Sehmat (Alia Bhatt) anak kandung Hidayat (Rajit Kapur) yang ternyata merupakan seorang informer bagi pemerintahan India di Pakistan. Menyadari hidupnya dalam mengembam tugas takkan berlangsung lama karena kanker paru-paru yang menggerogotinya, Hidayat meminta Sehmat untuk melanjutkan misi mencari informasi penting bagi negara tercintanya. Sesuai judul utamanya, Sehmat pun menyetujuinya.
 
 
Persetujuan itu membawa Sehmat rela untuk dijodohkan dengan anak sahabat sang ayah, Brigadir Syed (Shishir Sharma) yang persahabatannya terjalin karena eksploitasi informasi, Sehmat kemudian menjadi istri Iqbal Syed (Vicky Kaushal) dan kemudian tergabung bersamanya. Misi mengorek informasi pun dimulai, tentunya dengan melakukan adaptasi yang kapan saja bisa diketahui.
 
 
Ditulis naskahnya oleh Meghna Gulzar (turut merangkap sebagai sutradara) bersama Bhavani Iyer, Raazi mengikuti pakem formula aksi spionase di mana pelatihan menjadi kebutuhan khusus ketika hendak melakukan penyamaran. Sebelum mencapai kesana, kita melihat Sehmat dilatih oleh Badan Intelijen India guna menghafal nama target, menyusun pesan lewat sandi morse bahkan menggunakan senjata ditengah tuntutan tugasnya yang harus berpacu dengan waktu. Ini kemudian dijadikan naskahnya guna memaparkan sebuah pondasi atas karakterisasi perubahan diri seorang Sehmat-yang mana memberikan sebuah signifikansi dua kubu berlawanan.
 
 
Raazi memang tak menyajikan sebuah aksi beroktan tinggi, namun, itu semua digantikan oleh jalinan emosi pergulatan batin Sehmat kala menjalankan misi. Ini adalah kekuatan utama filmnya dalam memberikan sebuah cengkraman sarat ketegangan-yang mana mulus disampaikan filmnya. Tanpa ketelatenan sang pembuat, momen seperti menyalin informasi sang mertua-mungkin takkan se-efektif bahkan semenegangkan ini.
 
 
Walaupun menggunakan latar menjelang perang, Raazi takkan terasa berat oleh muatan sejarah yang sulit untuk dicerna. Kisahnya urung bergerak kesana, hanya sebatas menjadikan elemen tersebut sebagai pondasi, sementara kisahnya sendiri murni mengenai sepak terjang seorang perempuan yang rela dihimpit ancaman-demi mendapatkan informasi seputar kenegaraan atas wujud cintanya terhadap tanah air, sekaligus aksi patriotisme turun-menurun-yang bisa diterima jika anda mengenal bahkan memahami seseorang yang dalam anggota keluarganya terdapat darah militer.
 
 
Alia Bhatt menampilkan gradasi emosi gemilang. Sebagai seorang anak, istri dan mata-mata , Alia tak segan melakukan yang terbaik bagi negaranya, termasuk dalam menghilangkan rasa cinta yang diberikan sang suami terhadap Sehmat. Walaupun demikian, hati nurani sebagai manusia masih ia rasakan keberadaannya. Benturan ini menciptakan sebuah pergolakan batin yang luar biasa hebatnya.
 
 
Seperti yang telah saya singgung di atas, Raazi menampilkan satu elemen yang jarang dijamah sub-genrenya. Bahwa dalam sebuah peperangan, terdapat sebuah keputusan diluar dugaan yang tak hanya sebagai sebuah korban. Lebih dari itu, Raazi membenturkan sebuah eksploitasi terhadap perempuan-yang diluar pandangannya sebagai makhluk lemah, terdapat sebuah kekuatan yang sulit untuk diremehkan. Dari sini, Raazi kembali menampilkan sebuah ironi yang mungkin tak sepenuhnya kita ketahui.
 
 
SCORE : 4/5

Posting Komentar

0 Komentar