The
Courier garapan sutradara Zackary Adler adalah kompilasi atas apa yang kita
saksikan dari sebuah film aksi. Karakter antagonis yang gemar menipu, ceklis.
Twist, ceklis. Karakter utama yang terdesak, ceklis. Protagonis yang menahan
luka dengan barang seadanya (ex: solatif), ceklis. Motivasi karakter utama
berdasar atas kejadian masa lalu, ceklis. Sejenak, tak ada yang benar-benar
baru dari sebuah film yang mengisahkan tentang seorang kurir-yang secara tak
sengaja terlibat dalam sebuah situasi meregang nyawa sekaligus menyelamatkan
nyawa.
Ezekiel
Mannings (Gary Oldman) adalah pemipin organisasi kejahatan yang tak segan
menghilangkan nyawa, ia menyewa seorang kurir (Olga Kurylenko) untuk
mengantarkan sebuah paket-yang ternyata adalah bom berisi sianida-yang
ditujukan untuk membunuh Nick (Amit Shah), saksi kunci kejahatan Ezekiel.
Naskah
yang dikerjakan secara keroyokan oleh Zackary Adler, James Edward Barker, Andy
Conway dan Nicky Tate sangatlah tipis. Seperti yang terlihat dalam trailer-nya,
tak butuh waktu lama untuk mengetahui bahwa sang kurir dijebak oleh sang
pemesan-yang kemudian berujung pada sebuah usaha menyelamatkan nyawa.
Seperti
yang telah saya singgung sedari awal, praktis, The Courier sepenuhnya
mengandalkan pada sajian aksi yang harus diakui masih mampu merenggut atensi.
Namun, pasca sebuah gelaran laga tangan kosong hingga desingan peluru dalam
upaya melakukan baku tembak yang tampil dalam oktan tinggi-pernah kita saksikan
sebelumnya-The Courier terlihat sangat kerdil.
Pun,
dalam eksekusinya, gelaran aksi yang dibungkus dalam one-place-show-sebuah
basemen, The Courier menerapkan aksi "kucing-tikus" yang bisa saja
tampil efektif andai Adler jeli memainkan timing. Mudah untuk menduga kapan
seorang karakter akan melakukan perlawan-yang mana bukan sebuah alasan andai
sang sutradara menekankan sebuah urgensi lebih. The Courier kehilangan sebuah
kepedulian-yang seharusnya menjadi sebuah kebutuhan.
Dalam
menghadirkan twist, sukar untuk terkejut terhadap apa yang dihasilkan pasca sang
pelaku utama sudah sedari awal dikenalkan. The Courier mungkin bisa terlepas
dari problema andai sedari awal ditekankan straightforward formula tanpa harus
dijejali sebuah kelokan yang nihil sebuah kejutan. Pun, rasanya tak perlu aktor
sekaliber Gary Oldman untuk memerankan seorang villain yang sebatas setor
tampilan tanpa unjuk kemampuan. Talenta luar biasa sang aktor jelas
tersia-siakan.
Beruntung,
sebagai seorang femme fatale, Olga Kurylenko setidaknya mampu mengembam tugas
dengan baik dan bijak, dengan setelan ketat pula motor hitam pekat, sang aktris
jelas butuh film yang lebih dari pada ini. Sementara pemilihan Amit Shah
sebagai seorang saksi terasa canggung kala dirinya dituntut melontarkan sebuah
komedi-yang mana menciptakan sebuah kesan cukup cringey bersama Kurylenko-yang
jelas lebih mumpuni.
Sebagai
sebuah hiburan, The Courier setidaknya dapat dinikmati andai anda tak peduli
dengan naskah yang rapi pula eksekusi yang lebih mumpuni. Kesalahan fatal dalam
The Courier adalah naskahnya yang terlampau berambisi, menciptakan sebuah
lubang logika yang mestinya dapat diakali dan dimengerti andai sedari awal
niatan tampil "biasa" ditekankan. The Courier adalah sajian aksi
biasa yang ingin terlihat luar biasa tanpa pernah memperhatikan skema penulisan, sebatas mengulang, tanpa ada niatan untuk tampil gemilang.
SCORE
: 2/5
0 Komentar