Selaku
bagian dari Shetty's Police Universe, Simmba-sekali lagi
memberikan sebuah kisah kehidupan para polisi (selanjutnya Sooryavanshi,
yang nantinya diperankan oleh Akshay Kumar) sekaligus satir kritik bagi para
pihak pemegang kekuasaan di India yang kerap mengatasnamakan
"kekuasaan" sebagai alat pengeruk uang. Remake resmi dari film
berbahasa Telugu berjudul Temper (2015) ini punya muatan lebih dari
sekedar mengkritisi, yang kemudian berdampak pada narasi yang sejatinya tak
berjalan pasti.
Sangram
"Simmba" Bhalareo adalah bocah yatim piatu yang tinggal di jalanan
Shivagadh, sedari kecil, ia sudah terbiasa hidup dalam kesengsaraan. Simmba
kecil memiliki pandangan bahwa untuk menjadi seseorang yang kaya raya, ia harus
memiliki kuasa, seperti polisi yang dilihatnya menerima uang suap untuk
melancarkan segala perkara. Sedari itu, Simmba bertekad untuk menjadi seorang
polisi.
Kini,
Simmba dewasa (Ranveer Singh) adalah seorang polisi. Mimpinya terwujud.
Memiliki kuasa berarti ia berhak mendaptakan segalanya. Hal itu diterapkan
Simmba sebagai aparat kepolisian yang terkenal akan kegarangan pula
kekorupannya. Dipindah-tugaskan ke Miramar, Simmba semakin menjadi, pasalnya,
Miramar adalah pusat tambang emas yang menguntungkan bagi saku dompetnya. Itu
semua terbukti kala di hari pertama kerja, Simmba mulai menjalankan "misi
terselubung" yang bersembunyi di balik nama hukum.
Paruh
awal pertama Simmba, selain sebagai proses introduksi, adalah murni aksi
komedi konyol yang praktis memanfaatkan persona Ranveer Singh dalam performa over-the-top
miliknya. Mengenyahkan kejelasan alur, Simmba sejatinya tampil cukup
menyenangkan kala semuanya dapat ditolerir-berbekal pemahaman yang mudah untuk
dipahami-meski tak lantas dibenarkan. Singkatnya, Rohit Shetty (Singham,
Golmaal Again, Dilwale) ingin bersenang-senang sebelum akhirnya mengungkap
sebuah kejelasan.
Naskah
yang ditulis oleh Yunus Sajawal dan Sajid Samji, seperti yang telah saya
singgung, mempunyai banyak muatan guna dijejalkan, mengeliminasi fokus, yang
kemudian menciptakan sebuah kebingungan pula perpindahan pengadeganan kasar.
Terdapat satir, komedi, aksi hingga muatan kriminalisasi tak sepenuhnya
berjalan pasti, seolah belum cukup, Simmba tak ketinggalan memasukan unsur
romansa-yang merupakan elemen terlemah filmnya.
Semenjak
tugas di Miramar, Simmba jatuh hati terhadap Shagun (Sara Ali Khan) gasis
cantik pemilik katering di seberang kantor polisi. Guna memikat Shagun, Simmba
menyusun sebuah rencana-yang membawa filmnya menampilkan kejenakan miliknya,
Simmba menyewa orang untuk mendatangi rumah Shagun, yang nantinya-sesuai
rencana, ia akan meminta bantuan kepadanya. Setelah itu mereka berpacaran,
membawa Rohit Shetty menampilkan sekuen lagu Tere Bin dengan pemandangan
indah khas film India sebagai latar pembungkusnya.
Semenjak
itu, Simmba mulai membuka tabir sesungguhnya, yakni pengisahan terkait
kultur perkosaan yang marak terjadi di India. Pemicu utamanya ialah bisnis
jual-beli narkoba yang melibatkan anak jalanan sebagai kurir. Salah satu
kurirnya adalah anak jalanan didikan Aakruti (Vaidehi Parshurami), pengajar
sukarelawan yang sudah dianggap sebagai adik kandung oleh Simmba. Sederhana,
alasannya karena sosok seperti Aakruti adalah orang berjasa, yang pernah ia
alami kebaikannya.
Dari
sini, pengisahan Simmba berubah fokus ke ranah serius seiring perubahan
karakter utamanya memandang sebuah keadilan dan jabatan. Persentasinya jelas
penting, yang kemudian membawa Simmba ke ranah courtroom-drama penuh
makna. Pelaku pemerkosa adalah adik dari Durva Yashwanth Ranade (Sonu Sood)
penguasa dunia hitam Miramar yang dikenal akan kekuasan pula ketangguhannya.
Dalam
penanganannya, Simmba jelas banyak mewakil para korban-yang nantinya
membawa Simmba sebagai sebuah obat penawar atas jalan keluar
ketidakadilan. Relevansi tentu di dapat, namun, guna menempuh jalan
penyelesaian, Simmba menempuh jalan terlampau instan-yang kemudian
melucuti sebuah kepentingan. Walau demikian, dampak yang dihasilkan tetap
terasa, terlebih kala Simmba memilih jalan berani dalam hal eksekusi.
Meski tak sepenuhnya dapat diamini oleh para kalangan (termasuk oleh para
pelaku yang mengatasnamakan baju sebagai alasan) saya mendukung tinggi
keputusan tersebut-yang dirasa ampuh dalam menghapus aksi 'rape culture'
yang masih marak terjadi.
Setuju,
bukan berarti saya membenarkan tindakannya dalam menyelesaikan persoalan,
intensi mencurangi hukum memang tak patut untuk dibenarkan, dan saya keberatan
jika hal tersebut dilakukan oleh para aparat penegak keamanan-yang potensinya
berujung pada sebuah kebiasaan. Akan lebih baik jika Simmba memilih opsi
lain sebagai penyelesaian-yang dirasa dapat mendamaikan.
Memasuki
konklusi, Simmba memilih jalur curang karena memilih opsi deus-ex-machina
sebagai penerapan. Dampaknya seketika mengendur, meski daya hibur tak
sedikitpun berkurang. Pasalnya, Rohit Shetty hanya menjadikan momen ini sebagai
fan service belaka-yang kemudian menampilkan karakter Singham (Ajay
Devgn). Sorak sorai penggemar tentu di dapat, namun, kepuasan tereleminasi.
Andai sedari awal momen ini ditekankan (dan tak dijadikan sebagai kejutan) Simmba
sejatinya dapat dimaafkan-ketimbang sepenuhnya diisi oleh sejam setengah durasi
tanpa taji.
SCORE
: 3/5
0 Komentar