Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

KLAUS (2019)

Klaus, selaku debut penyutradaraan Sergio Pablos (kreator trilogi Despicable Me) membuktikan bahwa goresan animasi dua dimensi masih eksis pula memberikan nuansa tersendiri. Mengetengahkan kisah alternatif mengenai asal-muasal Santa Claus, Klaus tampil hangat pula berkesan lewat balutan pesan mengenai kebaikan dan perdamaian. Senada dengan apa yang diharapkan pada perayaan Natal.
 
 
Jesper (Jason Schwartzman) adalah seorang putra dari pemilik Postmaster General yang kaya raya, kondisi tersebut menjadikan Jesper seorang pemalas yang kesehariannya sebatas santai dan berfoya-foya. Demi menumbuhkan sikap kerja keras pula kemandirian, sang ayah lantas mengirimnya ke sebuah kota terpencil di Utara bernama Smerensburg-yang kerap diselimuti salju. Meminta sang putera untuk bisa mengirimkan surat sebanyak 6.000 per-tahunnya, namun, jika ia gagal sang ayah tak segan untuk mengusirnya dari rumah dan mencabut semua fasilitasnya.
 
 
Dengan sangat terpaksa, Jesper pergi mendatangi Smereensburg-yang ternyata terdiri dari dua klan yang saling bermusuhan bernama Ellingboes dan Krum-yang saling enggan bertutur sapa, apalagi menuliskan surat. Jesper-dengan sekuat tenaga hidup dalam tekanan luar biasa sembari mulai mengajak masyarakat Smeerensburg untuk menulis dan mengirim surat.
 
 
Secercah harapan muncul kala ia mengunjungi sebuah rumah di dekat hutan, rumah tersebut adalah milik Tuan Klaus (J.K. Simmons) yang hidup terisolasi dengan kesehariannya membuat mainan dari kayu. Berbekal sebuah gambar yang tertinggal, Klaus lantas mengajak Jesper untuk mengirimkan mainan kepada setiap anak yang menuliskan surat untuknya.
 
 
Naskah yang ditulis oleh sang sutradara bersama Jim Mahoney dan Zach Lewis nantinya akan menghadirkan sebuah relasi antara Jesper dan Klaus-yang perlahan membuka pintu harapan bagi masyarakat Smereensbug yang bermusuhan, menebarkan kebaikan dan cinta kasih dalam wujud mainan yang diterima sang anak dalam sebuah "selfless kindness" yang menjadi pondasi utama filmnya-sekaligus usungan pesan penting miliknya.
 
 
Dari sini, Klaus tampil solid berkat serangakaian pesan penting-yang jauh dari kesan menggurui. Klaus membuka naluri setiap manusia akan kebaikan sederhana yang lantas menular terhadap sesama. Hal ini memberikan sebuah relevansi penting di masa kini hingga generasi selanjutnya-yang mana tampil solid berkat pengadeganan kaya makna pula isi yang menenangkan hati.
 
 
Naskahnya tak lantas tampil menyuapi dan kemudian terburu-buru mengambil konklusi. Klaus perlahan tapi pasti memberikan secercah cahaya bagi kehidupan masyarakatnya, misalnya tokoh Alva (Rashida Jones) yang terpaksa menjadikan sekolah sebagai tempat berjualan ikan-karena anak-anak Smeerensburg enggan untuk belajar menulis, semenjak kehadiran Jesper yang meminta anak-anak menulis surat, Alva kemudian menjadi diri sendiri. Klaus memberikan sebuah keterkaitan natural, alih-alih tampil dipaksakan.
 
 
Sergio Pablos pun turut mengutuk mereka yang terbutakan oleh budaya-yang lantas memengaruhi para generasinya untuk melakukan hal serupa. Kondisi tersebut jelas berbahaya-yang mana ditepis oleh Klaus dengan sebuah kebaikan untuk kehidupan bermakna.
 
 
Dalam penyajiannya, Klaus memang memiliki latar belakang kelam dalam kisah utamanya, namun, itu tak serta-merta menjadikannya sebagai sebuah tontonan depresif. Pablos-selain menaburkan cinta lewat usungan pesan miliknya, memberikan sebuah kesenangan kala hantaran adegan turut menghadirkan suasana jenaka-yang tak jarang mengundang tawa, tentu, dosis hiburan di dapat bersamanya.
 
 
Itulah mengapa sulit untuk mengelak bahwa Klaus adalah sajian berkelas yang mengangkat kembali nuansa klasik, memberikan sebuah penghormatan tersendiri. Musik hasil gubahan Alfonso G. Aguilar menguatkan adegan lewat lantuanan yang kembali membekas dipikiran, menguarkan sebuah sisi magis yang sulit dijawantahkan, saat konklusinya ditampilkan, Klaus kembali memberikan sebuah kejutan yang sulit ditafsirkan-namun mampu dirasakan.
 
 
SCORE : 4/5

Posting Komentar

0 Komentar