Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

IQRO: MY UNIVERSE (2019)

Iqro: My Universe selaku sekuel bagi Iqro: Petualangan Meraih Bintang berbicara tentang hijrah-yang tengah marah dibicarakan pula dilakukan dewasa ini. Itu ditampilkan lewat sebuah voice over dalam narasi pembukanya yang menguatarakan bahwa Bumi kini sudah tak terawat, berantakan-yang membuat protagonis utama kita, Aqilla (Aisha Nurra Datau) menginginkan pindah ke planet lain. Dalam kaitannya, secara tak langsung, Iqro: My Universe berbicara perihal "pindah" guna mengejar cita-cita dan memperbaiki diri-yang mana merupakan sebuah langkah tepat dalam memberikan motivasi bagi penonton arus utamanya-yakni para anak-anak.
 
 
Aqilla yang kini tengah menginjak usia remaja-masihlah seorang anak yang bertekad keras untuk menjadi astronot. Peluang muncul ketika sebuah kompetisi vlog menjanjikan impiannya tercapai. Namun, kini sang Opa (Cok Simbara) yanga hendak ia jadikan narasumber tengah berada di Inggris menjalankan tugas. Harapan baru muncul kala ia bertemu Ibu Tsurraya (Maudy Koesnaedi) seorang astronot wanita asal Indonesia-yang tengah meneliti tanaman guna dikirimkan ke luar angkasa. 
 
 
Naskah garapan Aisyah Amirah Nasution (Iqro: Petualangan Meraih Bintang) bergerak dalam mengisi slot durasi menampilkan perjuangan Aqilla dalam meraih mimpinya-yang mana kerap dihiasai rintangan. Hal ini tentu menarik karena memberikan setia pada motivasi utamanya-yang juga menjadi gerbang bagi penontonnya untuk tetap semangat dalam berusaha-yang sayangnya amat disepelekan oleh naskahnya. Naskahnya terlampau menggampangkan dalam melakukan sebuah penyelesaian-yang makin berantakan kala keadaan "serba kebetulan" menghiasi perjalanan yang seharusnya menampilkan sebuah urgensi lebih.
 
 
Pun, naskahnya membuat sang sutradara, Iqbal Alfajri (Iqro: Petualangan Meraih Bintang) kewaalahan dalam menampilkan cerita lain-yang dipaksa masuk guna mengaitkannya dengan film pertama-yang kehadirannya tak seberapa membantu pula tak memberi pengaruh besar terhadap penceritaan. Sebutlah kehadiran Kak Raudah (Adhitya Putri) yang sebatas tampil guna memberi "jalan pintas" dalam penyelesaian tugas Aqilla yang diperintahkan untuk membawa bunga Chrysantemum-yang seketika dibawakan oleh Fauzi (Raihan Khan). Padahal, menurut Bu Tsurraya bunga tersebut sangatlah langka dan jarang sekali ditemukan. Percuma jika mengaitkannya dengan sebuah logika-yang mana sangat mustahil digunakan.
 
 
Namun, masalah tersebut sangat rajin untuk tampil yang kemudian menyulut pemikiran saya untuk mempertanyakannya. Dalam sebuah dialog misalnya, ketika Aqilla menanyakan waktu berbuka kepada sang Opa-yang tengah berada di Inggris dan kemudian mengatakan bahwa waktu berbuka di sana adalah pukul 7 malam. Dalam kenyataanya, waktu berbuka di Inggris adalah jam 9 malam. Inkonsistensi makin terlihat nyata kala cerita yang mengambil setting bulan puasa-menampilkan karakter Aqilla yang tengah makan di kantin bersama sang rekan. Pun, dalam penerapannya, latar tersebut tak benar-benar terasa kala semuanya hanya sebatas tempelan semata.
 
 
Premis utama Iqro: My Universe adalah mengaitkan kalam dengan alam-yang mana keterkaitannya sangatlah nyata. Permasalahan terjadi tatkala filmnya enggan menggali hubungan tersebut, sebatas menyelipkan potongan ayat suci-tanpa ingin memberikan sebuah arti dan kejelasan lebih. Alhasil, keterkaitan semesta dengan peristiwa Isra' Mi'raj tersaji hambar. Nihil sebuah dampak pula alasan yang benar-benar menguatkan.
 
 
Memasuki konklusi, Iqro: My Universe semakin menjadi-jadi ketika aspek penting tak lagi dieksploitasi-yang kemudian menggantinya dengan "formula FTV" yang mendadak terjadi. Saya enggan menyebut Iqro: My Universe sebagai sebuah sajian setengah jadi mengingat sebuah niatan yang diharapkan memotivasi pula memberikan sebuah dampak positif. Namun, kenyataan berkata lain-yang membuat saya kembali berinterpetasi bahwa Iqro: My Universe adalah proyek aji mumpung-yang turut membawa YPM Salman ITB-yang mempunyai nama tenar pula daya jual.
 
 
Satu-satunya yang menarik di sini adalah paparan drama yang melibatkan Bang Codet (Mike Lucock) bersama sang ibu (Merriam Bellina) yang selalu mendukung keinginan Fauzi. Sorot mata mereka menyiratkan sebuah dukungan pula keikhlasan mendalam. Sangat disayangkan, karakterisasi terkait Bu Tsurraya tak diberi pendalaman lebih-yang membuat talenta seorang Maudy Koesnaedi terabaikan.
 
 
SCORE : 2/5

Posting Komentar

0 Komentar