Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

PLAYMOBIL: THE MOVIE (2019)

Sebagai tontonan semua umur, Playmobil: The Movie mempunyai segala pernak-pernik popcorn-movie sarat hiburan pemuas penat. Pun, ini yang membuat para anak-anak sebagai pangsa pasar utama filmnya mampu terikat bahkan tergelak kala menyaksikan guliran aksinya. Demikian tujuan utama film ini-yang meski penuh problema-selama kadar hiburan tercipta, bukanlah sebuah dosa pula haram hukumnya ketika mengenyahkan aspek logika.
 
 
Pasca meninggalnya kedua orang tua akibat sebuah kecelakaan, Marla (Anya Taylor-Joy) gadis periang yang mempunyai mimpi berkeliling dunia harus menerima kenyataan bahwa kini ia mengembam tanggung jawab besar terhadap masa depan sang adik, Charlie (Gabriel Bateman)-yang kerap berselisih paham dengannya karena menurutnya, Marla tak seperti dahulu, terlalu mengekang dan lupa akan jiwa yang ingin bertualang.
 
 
Itulah mengapa Charlie memutuskan kabur dari rumah untuk menemui sang sahabat-yang kemudian terpesona ketika melihat mainan dinosaurus di sebuah museum mainan pameran Playmobil. Marla seketika menyusul Charlie yang tengah berada di museum-yang kemudian menyuruhnya untuk segera pulang. Ketika Marla memarahi Charlie, cahaya mercusuar menerangi mereka, membawa mereka beserta mainan di museum tersebut masuk ke dunia Playmobil.
 
 
Marla seketika berubah menjadi mainan dan terjebak di tengah pertempuran Viking dengan para bajak laut. Charlie yang berubah menjadi sosok mainan Viking membantu para pasukan dengan kekuatannya yang melebihi para mainan lain. Kekuatan dan keperkasaan Charlie terendus oleh Kaisar Maximus (Adam Lambert) yang gemar mengumpulkan orang-orang terkuat guna dijadikan gladiator di Colosseum.


Berdasar rasa cinta yang besar terhadap sang adik, Marla kemudian nekat mencari sang adik-yang kemudian dibantu oleh Del (Jim Gaffigan) si sopir food-truck-yang menginginkan imbalan berupa koin emas yang dibawa Marla guna melunasi hutangnya kepada Glinara (Wendi McLendon-Covey). Dimulailah petualangan menembus Konstantinopolis demi menyelamatkan sang adik dalam perjalanannya kembali menemukan sebuah makna keluarga.


Disutradarai oleh Lino DiSalvo-yang merupakan animator di balik terciptanya film seperti Chicken Little (2005), Bolt (2008), Tangled (2010) hingga Frozen (2013), sebagai debut penyutradaraannya, DiSalvo menerapkan formula berbais petualangan menyenangkan, di mana beragam rintangan tercipta pula kemungkinan keberhasilan terbuka lebar. Harus diakui, sekuen tersebut tersaji menyenangkan berkat kepiawaian DiSalvo memainkan adegan-yang sesekali bermain di ranah komedi slapstick-yang tak jarang menyulut tawa. Dari sini, Playmobil: The Movie tampil bersinar lewat tuturan yang menyenangkan.


Terlebih ketika petualangan Marla dan Del turut dibantu oleh Rex Dasher (Daniel Radcliffe) si agen rahasia dengan tampilan necis pula peralatan canggih miliknya. Meski sangat disayangkan, jatah tampil karakternya tak diberikan banyak ruang (selain untuk promosi mobil Porsche). Radcliffe menghadirkan pesona lewat suara yang khas, sementara kehadiran Meghan Trainor yang mengisi suara ibu peri menyuntikkan semangat kala sekuen musikal diterapkan.


Naskah yang ditulis keroyokan oleh Blaise Hemingway, Greg Erb dan Jason Oremland memang medioker, sebatas mengulang formula yang menimbulkan sebuah pertanyaan: how far would you go for your family?-yang tak seberapa memberikan dampak lebih terhadap sebuah konklusi. Karena, seperti yang telah saya singgung, Playmobil: The Movie mengedepankan hiburan ketimbang kesubtilan bercerita.


Lagipula, pilihan tersebut jelas didasarkan terhadap anak-anak-yang sebatas mencari kesenangan tanpa memikirkan sebuah kelogisan maupun permasalahan. Serupa tujuan tersebut pula Playmobil: The Movie tampil ringan dengan deretan pesan berupa makna kehidupan yang merupakan sebuah petualangan. Opsi ini tentu dekat dengan sudut pandang anak-anak yang menganggap hal tersebut benar adanya pula lazim di lakukan. DiSalvo mengamini hal tersebut dan menjadikannya sebagai penutup konklusi filmnya.


Deretan lagu dari musik hasil gubahan Heitor Pereira (The Smurfs 2, Despicable Me 3, Smallfoot) akan mengendap lama di telinga, terlebih kala musiknya senantiasa mengiringi sekuen aksi Rex Dasher-yang dijadikan lagu berulang-ulang-menciptakan sebuah ikon tersendiri. Pun, kapan lagi kita melihat jerami dalam film animasi yang berwarna merah muda dan sanggup menyulap kuda maupun dinosaurus mempunyai sayap layaknya unicorn-lengkap dengan tampilan imut khas-nya.


SCORE : 3/5

Posting Komentar

0 Komentar