Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

KEDARNATH (2018)

"Gagasan menjadi pemberontak mungkin terdengar romantis, tapi itu telah menghancurkan yang terbaik dari yang lain" demikian ujar Lata (Sonali Sachdev) kepada sang puteri, Mukku (Sara Ali Khan) yang menolak untuk dijodohkan dengan Kullu (Nishant Dahiya) sepupu Brijraaj (Nitish Bharadwaj) ayah Mukku yang seorang pemimpin pendeta Hindu yang dihormati warga setempat dengan kasta Brahmanya. Dari sini dapat diketahui bahwa Kedarnath menggunakan pola klasik "Siti Nurbaya Story" di mana kasta lebih penting daripada cinta, pola pikir kolot atas dasar menuruti norma harus menghadapi gejolak kawula muda.
 
 
Dengan demikian, mudah untuk bersimpati terhadap karakter utama, pula turut membenci pada hal yang mengekangnya. Kita menginginkan kebebasan terhadap Mukku yang mencintai Mansoor Khan (Sushant Singh Rajput) seorang pithoo (semacam portir pengangkut orang) beragama Islam yang mengerti perasaan sang wanita ketimbang keluarganya yang kerap berdalih memberikan sebuah masa depan yang layak untuk sang anak. Padahal perkara cinta bukan hanya sebatas mengenai harta, melainkan ketulusan hati pula perasaan saling mencintai.
 
 
Dua pola pikir bersebrangan ini nantinya akan menyulut konflik utama Kedarnath, di samping perbedaan agama pula kasta yang mengikat, menyulitkan untuk mereka untuk bersama. Naskah garapan Abhishek Kapoor (Rock On!!, Kai Po Che!, Fitoor) yang turut merangkap sebagi sutradara bersama Kanika Dhillon (Ra.One, Manmarziyaan) setia mengikuti jalur linier-di mana hal tersebut dijadikan sebagai bahan perdebatan pula penghalang romansa Mukku-Mansoor-yang meski formulaik, namun ampuh menyulut ketertarikan tersendiri.
 
 
Kedarnath yang merupakan sebuah kuil di Uttarakhand menjadi saksi bisu di mana keduanya menjalin asmara sekaligus tempat di mana bencana datang. Terdapat setumpuk permasalahan yang kompleks sebagai penghambat romansa dua manusia-yang kemudian menjadi sebuah pisau bermata dua kala sang sutradara hanya sekedar menampilkannya di atas permukaan, urung adanya sebuah pemanfaatan yang lantas digunakan terhadap penceritaan.
 
 
Mulai dari agama, kasta, budaya hingga isu sekuler dinamis turut ditampilkan oleh Abhishek Kapoor-yang mana gagal tampil menohok akibat melalaikan sebuah potensi yang urung mengisi. Padahal, dialog Mansoor dengan salah seorang peziarah di paruh pertama menyentil isu anti-agamis yang direduksi oleh Kapoor dengan sentuhan humoris pula pesan perdamaian.
 
 
Beruntung, Kedarnath mempunyai Sara Ali Khan yang dalam debutnya tampil menawan. Sushant Singh Rajput kembali memamerkan sosok lelaki dengan hati yang dengan mudah meraih simpati. Sementara Nitish Bharadwaj dan Nishant Dahiya bakal dengan mudah kita benci. Pun, dari segi artistik, bidikan kamera dari Tushar Kanti Ray senantiasa menangkap gambar cantik berupa bentangan bukit dengan mata air mengalir, atau kala ia menagkap sudut demi sudut rumah menggunakan drone.
 
 
Seperti yang telah kita ketahui, konklusinya akan bermuara pada sebuah bencana berupa banjir bandang yang menenggelamkan Uttarakhand pada tahun 2013 silam. Elemen tersebut memang melemahkan penceritaan yang belum sempat dijawantahkan. Meski sukar untuk menolak untuk tak takjub dengan visual effect mumpuni yang meski tampil tanggung, mampu menyuntikkan sebuah dramatisasi yang cukup menyentuh.
 
 
Memilih opsi tersebut jelas beresiko. Terdapat elemen cerita yang dikorbankan pula kenyataan terkait korban yang urung tergambarkan. Berbekal sebuah montase berupa sisipan video, yang mana adalah sebuah metode penggampangan penutup ketidakcakapan sang sutradara dalam mengkreasi adegan. Kedarnath jelas penuh lubang, meski usungan pesan mengenai berbuat kebaikan menghantarkan filmnya pada sebuah "the art of letting go" mulus tersampaikan.
 
 
SCORE : 3/5

Posting Komentar

0 Komentar