Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

MANTAN MANTEN (2019)

Tak banyak film seperti Mantan Manten yang lebih menekankan sebuah makna ketimbang melodrama, merasakan ketimbang memaksa penontonnya akan sebuah kekuatan di balik kelembutan seorang wanita-yang juga turut membawa filmnya menyentuh ranah women's empowerment berbasis kultural budaya Jawa yang sarat akan mistisme pula kerohanian. Sebuah langkah berani pula langka yang di tempuh menjadikan Mantan Manten sebagai salah satu film terbaik rilisan tahun 2019-sejauh ini.
 
 
Ialah Yasnina (Atiqah Hasiholan) seorang manajer investasi ternama yang menjunjung tinggi jargon "I believe in money, I believe in people", singkatnya ia adalah definisi dari "wanita modern nan sukses" di usia yang sedang matang. Nikmat dunia telah ia rengkuh, pula kekasih bernama Surya (Arifin Putra) baru saja melamarnya. Semuanya serba sempurna, sampai ayah Surya (Tyo Pakusadewo) menusuk Nina dari belakang, ia menjadikan Nina kambing hitam dalam kasus investasi palsu.
 
 
Seketika Nina berada di titik nadir kehidupannya. Secercah harapan muncul ketika sebuah villa di Tawangmangu menjadi satu-satunya harta tersisa-meski belum sepenuhnya balik nama. Nina kemudian mendatangi sang pemilik rumah, Marjanti (Tutie Kirana) guna meminta tanda tangan, Marjanti setuju, dengan syarat Nina harus menjadi asistennya sebagai pemaes (dukun manten) selama tiga bulan. Kehabisan opsi, Nina akhirnya bersedia-meski dalam prosesnya kerap dikuasai ketidakinginan. Dari sini, Mantan Manten melangkah maju membawa karakternya kembali menemukan sebuah kedamaian, seiring pula ia menemukan "rumah" sebagai tempat pulang.
 
 
Disutradarai oleh Farishad Latjuba (Mantan Terindah) yang turut menulis naskahnya bersama Jenny Jusuf (Filosofi Kopi, Wonderful Life, Critical Eleven), Mantan Manten menekankan sebuah study charachter yang mengalun pelan dan mengikat hingga sampai tujuan. Ini bukan hanya sekedar move on ataupun melupakan, melainkan mengikhlaskan pula menerima suratan takdir dengan penuh kemenangan, mengeliminasi rasa dendam yang perlahan padam.
 
 
Dari sana pula Atiqah Hasiholan berjasa menampilkan emosi penuh kesubtilan, ungkapan kata memang jarang terlontar dari mulutnya-namun ekspresi wajah pula sorot mata penuh berbicara. Pun, demikian pula dengan Tutie Kirana-memerankan sosok wanita selaku medium penyampai pesan di atas dengan performa kaya rasa yang senantiasa menguar kuat pada dirinya.
 
 
Mantan Manten menjadikan kulturasi budaya sebagai salah satu aspek penunjang utama filmnya. Dalam sebuah adegan-yang termasuk salah satu ritual, sang pemaes mengeluarkan asap dari rokok yang telah di hisap guna membetulkan ukuran baju pria, momen ini membuktikan bahwa profesi pemases sudah terbiasa berbaur dengan unsur klenik-yang dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya, ketimbang sarat akan keseraman, justru keindahan akan sisi mistisme di dapatkan, Farishad menyeimbangkan dua dunia dalam satu keberagaman kaya unsur surealitas.


Menggunakan kata "manten" dalam judulnya, Mantan Manten turut menampilkan sebuah kesakralan pernikahan-yang perlahan mulai termakan modernisasi. Entah itu berupa percakapan kasual selaku wujud kebahagiaan atau beragam macam ritual sebagai syarat pelengkap pernikahan. Farishad membungkus momen tersebut sedemikian apik pula indah di saat bersamaan.


Mencapai konklusi, Mantan Manten menuturkan sebuah women's empowerment sebagai pamungkas kisahnya-sembari menuturkan makna hidup yang sebenarnya. Bahwa hidup bukan hanya di ukur melalui uang semata guna menciptakan sebuah kebahagiaan, melainkan tolak ukur kebahagiaan dalam wujud memaafkan pula mengikhlaskan-yang kemudian menciptakan sebuah kedamaian.


Meski sedikit terkendala kala memasukan unsur komedi, eksekusi terhadap kematangan Farishad sejatinya tetap terjaga-ia memberikan sebuah nilai positif tanpa harus tampil naif, terlebih kala tatapan pula gestur berbicara-memantik sebuah kesan simpatik. Ditemani iringan  lagu Ikat Aku Di Tulang Belikatmu milik Sal Priadi, Mantan Manten tampil mendamaikan hati yang sesekali mengundang air mata berbicara, karena impresi yang di gambarkan filmnya sukar untuk diungkapkan oleh kata-kata.


SCORE : 4.5/5

Posting Komentar

0 Komentar