Menarik, niatan Hilman Mutasi (Kacaunya Dunia Persilatan, Wedding and Bebek Betutu) adalah membawa sebuah memori-yang pernah terjadi-akan hadirnya Orkes Moral Pancaran Sinar Petromaks (OM PSP)-yang melegenda pada akhir 1970-an selain memperkenalkannya kembali kepada penonton kalangan milenial. Ketimbang membawa filmnya ke ranah biografi, sang sutradara justru lebih menekankan filmnya kepada unsur komedi-yang mana menjadi titik terbaik film ini.
Ya, meski tak sering tepat sasaran, setidaknya senyum simpul maupun tawa tergelak selalu hadir di bibir saya, sekalipun itu tipikal komedi receh sekalipun (baca: kaki terinjak). Tentu, semuanya tak akan berjalan sempurna jikalau tanpa hasil olah improvisasi pemain, terutama Uus-yang bakat "komedi berlebih" miliknya-akhirnya berada di dalam wadah yang tepat.
Mengisahkan tentang para mahasiswa-yang terkenal jahil dan usil, mereka adalah Monos (Imam Darto), Rojali (Boris Bokir), Ade (Abdur Arsyad), Andra (David John Schaap), Adit (Wira Nagara), Dindin (Uus), James (Dimas Danang) dan Omen (Adjis Doaibu)-yang diluar dunia kampus tergabung dalam orkes dangdut bernama PSP. Grup musik mereka kini tengah dilanda krisis pendapatan, pasca mereka dipecat dari satu kafe-karena dianggap gagal memancing pelanggan.
Sejalan dengan hal demikian, naskah buatan Hilman Mutasi bersama Yanto Prawoto (Check in Bangkok, CJR The Movie: Lawan Rasa Takutmu) dan Baskoro Adi Wuryanto (Gasing Tengkorak, Jailangkung, Bayi Gaib: Bayi Tumbal Bayi Mati) urung menampilkan penampilan grup orkes PSP sebagai andalan, mengeliminasi unsur musik bukan berarti menghilangkan, melainkan cukup dijadikan selipan kala saya sebagai penonton awam (baca: generasi milenial)-terhadap lagu PSP-ingin berlama-lama menikmati lantunan nada-yang meski tak puitis-namun realistis.
PSP: Gaya Mahasiswa sejatinya cukup kacau jika ditinjau dari segi filmis, penceritaan grup anggota PSP dibagi menjadi tiga bagian, yang masing-masing menempatkan para anggota pada kisahnya tersendiri. Ade, Rojali dan Monos tengah bersaing mendapatkan pacar, Dindin, Adit dan Andra sibuk dengan tingkah jahilnya, sementara Omen bersama James sibuk mencari job manggung demi menambal biaya kuliah dan kehidupan. Tiga penceritaan ini tampil tumpang tindih, kala masing-masing saling berebut tampil mencuri perhatian tanpa mengindahkan pengisahan.
Alhasil, tak aneh jika sub-plot-nya berjalan sedemikian berantakan, gagal memantik kepedulian akibat kurang berimbang (pula) jelasnya tuturan pengisahan sebagai satu kesatuan. Ada cerita mengenai ibu kos baru mereka bernama Fatimah (Aura Kasih)-yang gagal dimanfaatkan, padahal Fatimah sendiri sering menjadi rebutan, bahkan dibuatkan lagu khusus sekalipun.
Tak lengkap rasanya jika sebuah orkes dangdut-yang dalam namanya terkandung kata "moral" jika tak diselipkan nilai moral. Itu datang lewat sebaran anti-hoax-yang memaksa grup orkes PSP menyelidiki kasus pencuri HP baru milik anak Pak Satpam (Iyang Darmawan)-yang dijadikan sebuah kesimpulan-yang terasa dipaksakan.
PSP: Gaya Mahasiswa memang di penuhi problematika menganga, namun jika anda mencari tontonan pelepas penat ataupun hiburan penyulut tawa, tak akan salah jika sejam setengah durasi filmnya akan membuat anda bahagia-meski itu tak bertahan dalam kadar-yang cukup lama.
SCORE : 3/5
0 Komentar