Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

PETER RABBIT (2018)

Peter Rabbit selaku adaptasi lepas tulisan karya Beatrix Potter membawa penonton untuk bersenang-senang tanpa memikirkan subplot berbobot. Menghadirkan sebuah tontonan eskapisme pelepas penat-yang ampuh menyulut tawa. Demikian tujuan utama film hasil garapan Will Gluck (Easy A, Friends with Benefits, Annie) yang turut merangkap sebagai penulis naskah bersama Rob Lieber. Mempadupadankan gelaran animasi live-action bersama guliran kisah tipis miliknya tentu bukan sebuah masalah.



Peter (James Corden) adalah kelinci nakal-yang selalu mencuri sayuran dan wortel di kebun milik McGregor (Sam Neill) lelaki tua pemarah-yang amat membenci kelinci, bahkan ia pernah membunuh dan memasak ayah Peter guna dibuat pie. Suatu ketika, McGregor mengalami serangan jantung dan wafat pada waktu mengejar Peter. Peter bersama sepupunya, Benjamin (Coin Moody) dan ketiga adiknya: Mopsy (Elizabeth Debicki), Flopsy (Margot Robbie) dan Cotton-Tail (Daisy Ridley) merasa senang dan berhak atas rumah McGregor hingga mengadakan sebuah pesta binatang secara besar-besaran.


Kesenangan itu tak berlangsung lama pasca kedatangan Thomas (Domnhall Gleeson), sepupu McGregor yang mewarsi seluruh warisan peninggalannya. Dari sini konflik dimulai, kala kenekatan Peter harus berhadapan dengan kesigapan Thomas. Terjalinlah sebuah permusuhan yang meruncing saban waktu bahkan saban hari.


Peter Rabbit meminjam formula yang melekat pada animasi Tom & Jerry, kala hubungan friend-enemy kerap diterapkan dan dieksploitasi oleh Gluck, bahkan salah satu perangkap yang digunakan Peter melibatkan pegangan garpu hingga yang paling ampuh berupa tegangan listrik. Tentu hal tersebut menjadi sebuah kesenangan tersendiri bagi penonton kala menyaksikan sebuah siksaan terhadap karakter manusia-yang kerap terkalahkan oleh kejeniusan seekor kelinci.


Di tengah permusuhan keduanya, hadir Bea (Rose Byrne) tetangga Thomas-yang selalu melindungi Peter bersama kelinci lain dari serangan McGregor. Itu terjadi sebelum Bea dan Thomas resmi berpacaran. Dari sini kita melihat Gluck dan Lieber berpetuah perihal cinta lewat sudut pandang Peter. Bahwa cinta seharusnya di bagi bukan menjadi obsesi tersendiri.


Dari sana pula Peter Rabbit melontarkan sebuah pesan tersendiri, khususnya terkait pemaknaan terhadap bersikap jujur dan menjadi diri sendiri. Namun, hal demikian bukanlah fokus utama filmnya, Gluck tetap mengedepankan aksi bersenang-sengang-yang kerap dilipatgandakan. Sementara di sisi lain, selipan slapstick comedy menenemani-yang meski tersaji hit-and-miss, setidaknya mampu memunculkan perasaan gemas tersendiri kala melihat tingkah polah para kelinci pula seekor babi-yang gemar menmpercantik diri dengan menggunakan lip-gloss pink merona.


James Corden begitu berjasa menghidupkan karakterisasi Peter berbekal suara miliknya, meski menempatan nama tenar macam Margot Robbie maupun Daisy Ridley tak lebih sebagai penarik tersendiri di tengah-kurangnya intensi lebih selain memeriahkan suasana. Pujian patut dialamatkan kepada Domnhall Gleeson-yang mampu menjadi sosok menyebalkan, gemar berteriak histerikal kala ditimpa masalah, di samping romansanya bersama Rose Byrne gagal tampil manis seperti seharusnya.


Bukan tanpa kekurangan, penyutradaraan Gluck terasa draggy kala beralih medium dari komedi ke drama. Itu tersaji di third-act-nya yang terkesan terburu-buru demi mengejar kuota durasi 97 menit. Bukan sebuah permasalahan yang fatal pula tak berujung melucuti hasil akhirnya. Meskipun demikian, hal tersebut dapat dimafhumi mengingat Peter adalah sosok kelinci yang menggunakan jaket tanpa celana. Lantas apakah kesubtilan diberlakukan pada tontonan semacam ini?


SCORE : 3.5/5

Posting Komentar

0 Komentar