Beware of Marriage. Demikian arti dari Shubh Mangal Saavdhan-yang menyinggung isu perihal kurang keterbukaannya pendidikan seks terhadap mereka yang sudah menginjak usia remaja. Tentu, hal tersebut berdasar atas anggapan tabu yang melekat, dianggap tak sopan dalam pembicaraan hingga lupa bahwa seks adalah sebuah kebutuhan krusial seorang manusia. Remake dari film Tamil bertajuk Kalyana Samayal Saadham ini seolah memberi pelajaran pencerahan bagi para mereka (khususnya: orang tua) yang masih berpikiran kolot terhadap pendidikan seks.
Ialah Mudit (Ayushmann Khurrana) korban proposal pernikahan online akibat sulit untuk mengungkapkan perasaan terhadap Sugandha (Bhumi Pednekar)-yang juga menaruh perhatian kepadanya. Tanpa proses saling mengenal (baca: pacaran) yang lama, orang tua Mudit (Chittaranjan Tripathy & Supriya Shukla) langsung meminang dan melaksanakan proses pernikahan secara cepat. Akibat hal itu, Mudit dan Sugandha kemudian mencoba melakukan sebuah foreplay sebelum pernikahan.
Foreplay-yang diidam-idamkan tersebut gagal mencapai klimaks akibat sebuah "kelemahan" yang diderita Mudit. Mengetahui hal tersebut, Mudit dan Sugandha melakukan beragam cara demi mengatasi disfungsi ereksi-yang dialami Mudit. Dari sini pula, debutan sutradara asal Tamil R.S. Prasanna menghadirkan sebuah keluguan yang menggelitik lewat beragam simbol maupun dialog berbasis seks, sebutlah pemanfaatan "biskuit dicelup teh" maupun "Goa dan Alibaba".
Naskah garapan Hitesh Kewayla berdasar ide dari sang sutradara dengan cermat melebarkan penceritaan seputar disfungsi ereksi dan lemah syahwat ke dalam barisan dialog berbasis komedi maupun drama sarat emosi. Ini yang menarik dari film bollywood belakangan ini, kala mereka sanggup membahas sebuah isu sosial dalam mode penceritaan ringan. Apresiasi patut dialamatkan kala kebanyakan sineas membungkusnya dalam sebuah pengadeganan pretensius.
Memang, Shubh Mangal Saavdhan tampil repetitif, kala penceritaan terus mencari cara demi "membangunkan" kelemahan Mudit. Namun, dari situ menariknya film ini, beragam cara terlewat unik dan aneh (calon mertua Mudit membawanya ke dokter hewan guna melakukan pemeriksaan) ditampilkan, yang untungnya tetap terjaga akibat tensi yang terus dinaikkan.
Dari sana pula kita melihat adu-argumen mengasyikkan dan sesekali sarat emosi dari duo Ayushmann Khurrana dan Bhumi Pednekar-yang tampil untuk kedua kalinya sebagai pasangan pasca sebelumnya disatukan di Dum Laga Ke Haisha (2015). Barter dialog keduanya tampil meyakinkan, membuktikan bahwa mereka adalah jajaran aktor yang patut diperhitungkan. Pujian lebih patut disematkan kepada Seema Pahwa (ibu Sugandha)-yang tampil memikat kala menghantarkan sebuah puisi bernada sensual berbekal pengaturan lembut dialognya.
Menuju pertengahan, Shubh Mangal Saavdhan mulai menapaki sebuah kendala, kala penyutradaraan Prasanna terlampau jomplang, berbanding terbalik dengan paruh pertamanya. Beragam konflik substansional tampil menggampangkan. Alhasil, terciptalah sebuah pengadeganan tak perlu (termasuk penampilan khusus Jimmy Sheirgill) yang menghambat pacing cerita.
Konklusinya tampil positif. Namun perjalanan menuju sebuah hal inklusif tersebut tak semulus hasil akhirnya, terlebih penghantaran pesan terkait pendidikan seksual-yang dengan malas dilontarkan secara gamblang, mengenyahkan aspek potensial (tindakan primitif, mitos yang mengakar) yang dimilikinya. Shubh Mangal Saavdhan memang bermasalah, meski di saat bersamaan sulit untuk menganggapnya sebagai sebuah sajian yang lemah.
SCORE : 3.5/5
0 Komentar