Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

KALANK (2019)

Kalank buatan sutradara (merangkap penulis naskah) Abhishek Varman (2 States) memiliki cerita cukup kompleks-andai dituturkan secara mulus dalam balutan durasi 166 menit ini, kisahnya membaurkan cinta segitiga, isu pernikahan, keluarga disfungsional, rahasia kelam hingga pemisahan wilayah-yang menyulut etnis beragama. Niatan tampil megah tersebut terlemahkan akibat kurang cakapnya sang sutradara dalam menjabarkan poin penting-yang alih-alih memberikan sumbangsih lebih-malah menciptakan sebuah distraksi-yang cukup kentara dalam pengisahannya.
 
 
Walaupun demikian, sulit untuk memandang sebelah mata film-yang diproduseri oleh sang legenda Bollywood, Karan Johar (Kuch Kuch Hota Hai, Kabhie Khushi Kabhie Gham, My Name is Khan) ini akibat aspek artistik tinggi pula megah-yang mendukung layer cerita. Mulai dari pameran kain sari berwarna-warni, lanskap bangunan hingga gemerlap tari-tarian dimilikinya. Kalank bagai sebuah usaha tampil lebih-yang justru mengamini pemakaian judulnya-yang berarti noda.


Bermula dari Satya (Sonakshi Sinha)-yang meminta sahabat masa kecilnya Roop (Alia Bhatt) agar menikahi sang suami, Dev Chaudhary (Aditya Roy Kapoor) setelah ia mengetahui kanker-yang menggerogoti tubuhnya tak menyisakan kehidupan lama bagi dirinya. Keinginan Satya sederhana, yakni tak ingin membuat sang suami kesepian. Roop dan Satya akhirnya menikah, namun ketiadaan cinta diantara mereka sulit membuat bahtera rumah tangga berjalan mulus. Satu hal-yang pasti, mereka menikah karena menghormati Satya.


Jangankan berhubungan layaknya suami-isteri, menatap wajah masing-masing pun tak mereka lakukan. Demi mengurangi kesepian-yang mendera, Roop memutuskan mencari hiburan ke luar rumah, mempetemukannya dengan Bahaar Begum (Madhuri Dixit) seorang guru vokal-yang kemudian mengajarinya bernyanyi di samping sebagai pemilik rumah bordil.


Niatan Roop tentu di tentang keluarga Balraj Chaudhary (Sanjay Dutt), hingga Roop bersedia bekerja di kantor surat kabar milik Dev-yang kerap menyulut kontroversi sekaligus menjadi musuh kelompok Islam akibat keenggan mereka menolak melakukan pemisahan dengan warga setempat.


Dalam tugasnya meliput berita-yang hendak di tulis, waktu mempertemukannya dengan Zafar (Varun Dhawan) seorang pandai besi-yang juga salah satu anggota kelompok muslim garis keras, membenci keluarga Balraj dan hendak melakukan balas dendam terhadapnya. Serupa kebanyakan formula film romansa, kehadiran Zafar menimbulkan benih cinta di hati Roop-ditengah kehampaan rumah tangga miliknya. Namun, tanpa Roop sadari, Zafar menyimpan agenda lain.


Dari sinilah konflik mulai diterapkan. Kala kebencian Zafar memanfaatkan Roop sebagai mediator-yang seiring berjalannya waktu menimbulkan bencih cinta di antara keduanya. Pun, seiring durasi bergulir, kita akan mengetahui kekuatan akan cinta-yang akan mengalahkan kebencian dan dendam kesumat sekalipun. Kalank gagal menangkap dan memberikan emosi tersebut, kala sang sutradara terlampau mengorkrestarisasi beragam aspek ketimbang menekankan emosi terhadapnya.


Alhasil, layer penceritaan-yang kaya akan tuturan kisahnya pun tak sampai membuat penonton terikat, meski rasa gemas sesekali ikut terpantik kala rahasia kelam mulai diungkap. Bukan sebuah twist-yang luar biasa, melainkan sebuah twist biasa-yang cukup mampu memberikan efek kejut. Semua tertolong berkat jajaran cast-yang tampil prima. Kapan lagi kita akan menyaksikan para veteran Bollywood seperti Sanjay Dutt dan Madhuri Dixit berbagi rasa bersama para generasi penerusnya?


Sangat disayangkan, porsi minim jatah tampil mereka tak begitu dimanfaatkan, hanya sekedar menambah jajaran-tanpa menguatkan penceritaan. Saya pun tak menampik jikalau Alia Bhatt sempurna menambah jajaran penokohan selama karirnya-yang kian cemerlang. Di sisi lain, kehadiran Varun Dhawan senantiasa tak berakhir mengecewakan (kecuali adegan pertandingan melawan banteng dengan bantuan CGI murahan).


Jajaran nomor musikalnya menumbuhkan semangat pula perasaan hangat. Sebutlah nomor trek seperti First Class maupun pawai tarian Ghar More Pardesiya-sementara Kalank Title Track mengalun lembut menemani romantisme karakter-yang dapat saya rasakan di tengah problematiknya penceritaan-maupun penyulut adegan, sebutlah kehadiran salah satu villain filmnya-yang diperankan oleh Kunal Khemu bernama Abdul.


Konklusinya memang mampu menyentuh sisi emosional, andai tak dibarengi keputusan sang sutradara-yang menjembataninya dengan sebuah wawancara terhadap Roop-yang sama sekali tak ada hubungannya dengan narasi. Walaupun terkendala dalam hal perpindahan teknis kasar, sulit untuk menyangkal bahwa aftertaste-yang disajikan merupakan sebuah kehangatan pula keindahan-yang mewarnai kesedihan di saat bersamaan.


SCORE : 3/5

Posting Komentar

0 Komentar