Brother of the Year sekilas memang tampak seperti komedi bertemakan perselisisihan saudara kebanyakan, mengetengahkan dua karakter yang bertolak belakang sebagai penyulut pertegkaran-sebelum tokohnya menyadari sebuah kerukunan pula permohonan maaf. Sutradara langganan GDH, Vithaya Thongyuyong (My Girl, 4bia) paham betul memanfaatkan elemen tersebut, hingga tiba waktunya kala semuanya berbanding terbalik, Brother of the Year menyentuh ranah drama-yang mampu menyulut tangis sejadi-jadinya-yang tak pernah saya duga sebelumnya.
Dalam penuturan durasinya, mudah sekali untuk membenci Chut ( Sunny Suwanmethanont)-yang sempurna menggambarkan sebuah kata "pemalas nomor satu". Ia membiarkan cucian menggunung, piring demi piring menumpuk, bahkan mengganti lampu pun urung ia lakukan. Itu terjadi sebelum kedatangan sang adik, Jane (Urassaya Sperbund)-yang pulang pasca studinya di Jepang beres dan memulai kembali kehidupan di Thailand, tentunya di bawah atap yang sama dengan Miss V (panggilan Jane kepada Chut). Keduanya sukar untuk akur, bahkan kebencian Jane terlampau besar kepada Chut.
Pun sebaliknya, Chut menganggap Jane terlalu mengurusi kehidupannya, sikapnya yang bawel dan selalu nomor satu di mata keluarga-kian membuatnya benci. Kebencian mereka jelas dapat dimengerti pula dipahami, hingga kala Jane kemudian memadu kasih dengan rekan kerjanya Moji (Nichkun), tentu Chut tidak tinggal diam.
Menurutnya, Jane tidak boleh berpacaran karena ia kerap melarang Chut membawa wanita ke rumah-di samping ia telah memiliki kekasih. Pertengkaran mereka berlanjut ke tahap serius, merecoki hubungan percintaan hingga berujung pada sebuah penyesalan. Ini yang membuat Brother of the Year memiliki dampak yang besar di akhir konklusinya, kala sebuah penyesalan di tengah sebuah kesempatan terbuka lebar urung dilakukan. Tentu dampaknya lebih besar.
Itulah mengapa alasan Vithaya Thongyuyong mempusatkan sepenuhnya durasi terhadap komedi (hingga menjelang akhir)-yang sempat menimbulkan sebuah pertanyaan terkait elemen drama-yang tak kunjung tiba. Bisa dimengerti, Vithaya ingin membuat sebuah dampak yang hebat, saking hebatnya saya dibuat menangis keras sejadi-jadinya, teringat akan diri ini-yang kerap melakukan hal serupa terhadap saudara kandung.
Komedinya acap kali berhasil tepat sasaran berkat kecerdikan Vithaya-yang merangkap sebagai penulis naskah (beserta tiga penulis lainnya) lihai memainkan keadaan (baca: perilaku tokohnya) sebagai jualan utama komedinya. Ada sebuah ikatan pula korelasi jelas dibaliknya, sementara kilas balik masa lalu Jane dan Chut menjabarkan sebuah penguatan alasan-yang meyakinkan.
Berbicara mengenai akting, tentu aktor langganan GTH hingga berganti nama menjadi GDH, Sunny Suwanmethanont sukses memainkan peran Chut dengan begitu sempurna- di samping Yaya a.k.a Urassaya tampil gemilang dan bersinar, selalu memiliki balasan terhadap Sunny di tengah tuntutan menyeimbangkan porsi drama dan komedi. San Nickhun, sempurna menggambarkan "pria idaman"-yang diinginkan semua wanita.
Meski durasi 124 menit dirasa terlalu panjang untuk menyampaikan sebuah pesan terkait penyesalan. Brother of the Year tampil gemilang berkat ketepatan timing sempurna pembungkus filmnya. Komedinya mampu mengocok perut dan menyulut tawa, sementara porsi drama-nya memberikan sebuah dampak bahkan tamparan-yang keras pasca menontonnya. Teruntuk saya, kamu, dan mereka-yang masih memiliki saudara kandung, jikalau mendapati sebuah konflik hebat, ingatlah sebuah momen indah bersama saudara. Meski sulit rasanya untuk mengungkapkan cinta dan perasaan, percayalah bukan berarti mereka membenci kita. Bukankah wujud cinta-yang sebenarnya ialah cinta-yang tak disampaikan dengan kata-kata?
SCORE: 4/5
0 Komentar