Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

EXTREMELY WICKED, SHOCKINGLY EVIL AND VILE (2019)

Dunia pernah menjadi saksi lahirnya seorang pembunuh berantai-yang bernama asli Theodore Bundy alias Ted Bundy, tepatnya di wilayah Amerika Serikat, lebih dari 50 kasus pembunuhan tak wajar (mayoritas korban adalah perempuan) terjadi. Kasus Ted Bundy menarik perhatian media begitu lama, hingga kala masuk dalam ruang pengadilan pun demikian. Pada 24 Januari, 1989 kasus Ted Bundy di tutup, sang Hakim memvonis perbuatan Ted dengan menjatuhkan hukuman mati-dengan cara disetrum listrik. Sebelumnya, sang Hakim melontarkan kalimat mengenai penggambaran seorang Ted, "Extremely wicked, shockingly evil and vile" yang kemudian digunakan sebagai sub-judul film garapan sutradara Joe Berlinger ini.


Disadur dari buku The Phantom Prince: My Life with Ted Bundy  garapan Elizabeth Kendall-yang merupakan mantan kekasih Ted Bundy, filmnya sendiri menyoroti kisah sang serial killer lewat sudut pandang Liz Kendall (Lily Collins) mengenai sang kekasih, Ted Bundy (Zac Efron) yang ia kenal di sebuah pesta-dan kemudian menjalin hubungan dengannya. Naskah garapan Michael Werwie menerapkan narasi non-linier guna menyelami kehidupan Ted, mulai dari ketika beliau duduk di bangku University of Washington (1972) jurusan Hukum di Uttah, Amerika Serikat hingga penangkapan dirinya atas dugaan pembunuhan dan pemerkosaan wanita pada Juli, 1979.


Filmnya memang terkesan episodik, namun upaya Joe Berlinger dalam menghidupkan karakter Ted Bundy mampu menarik atensi dengan tingkah misteriusnya di tengah penerapan dramatic irony-yang sudah kita paham betul akan bagaimana kisahnya. Zac Efron sebagai Ted Bundy sempurna memerankan pria misterius dengan tatapan tajam pula senyum lebar penuh kejahatan, itulah mengapa Berlinger kerap menerapkan teknik close-up kepada Brandon Trost (Neighbors, Popstar: Never Stop Never Stopping, The Disaster Artist) sang sinematografer.
 
 
Fokus penceritaan memang seputar tindak-tanduk Ted Bundy beserta sekelumit kisah yang melatarbelakanginya, namun Berlinger seolah lupa bahwa ia tengah mengerjakan sebuah film lewat sudut pandang sang kekasih. Kurangnya pandangan seorang Liz terhadap Ted membuat Extremely Wicked, Shockingly Evil and Vile sedikit mengkhianati prosedur, menurunkan narasi-meski tak sampai menurunkan tensi berkat pengadeganan efektif yang diterapkannya.
 
 
Pun, Berlinger di rasa kurang mengeksplor lebih dalam kehidupan Ted, yang hanya sebatas berjalan di permukaan, tanpa menggali sisi kelam pula latarbelakang sang tituler karakter. Bisa dipahami, Berlinger ingin bermain dengan penonton perihal karakterisasi Ted yang misterius di tengah mode "playing safe" yang ia tekankan karena Netflix terlebih dahulu merilis dokumenter 4 bagian dari Conversations with a Killer: The Ted Bundy Tapes yang berisi rekaman jurnalis bersama Ted sebelum berlangsungnya proses hukuman mati.
 
 
Meski dirasa kurang mendalam, saya masih menikmati Extremely Wicked, Shockingly Evil and Vile berkat momen "pengadilan" yang tersaji sedemikian mencekat. Momen kala Ted berusaha berdiri sendiri tanpa bantuan pengacara di tengah desakan sang jaksa penuntut (Jim Parsons), pro-kontra tentu saja terjadi, keengganan Ted untuk mengaku menyulut api baru, sementara Carole Ann Boone (Kaya Scodelario) berdiri tegak dibelakang Ted.
 
 
Menjelang konklusi, Berlinger kembali menampilkan sebuah momen yang ditunggu bangkit kembali, kala ia menerapakan sebuah twist pula mempertemukan kembali Ted dengan Liz lewat telepon penjara, di tengah ekspresi masing-masing yang kian membara. Semakin indah kala Berlinger memperindah pengadeganan dengan memainkan momen close-up pula menangkap sudut demi sudut ruangan penjara, membuat saya terpaku, terpana kala Lily Collins memamerkan sebuah sensibilitas tinggi-di tengah kurangnya eksplorasi terkait karakterisasi.
 
 
Extremely Wicked, Shockingly Evil and Vile memang bukan sajian biografi penggugah jiwa, namun mampu berjalan memuaskan mata pula menambah pengetahuan penonton akan salah satu karakter ikonik di dunia serial killer. Mengerti kisahnya meski untuk memahami secara lebih mendalam tak lantas dimiliki oleh filmnya.
 
 
SCORE : 3.5/5

Posting Komentar

0 Komentar