Melalui
hasil akhir Mata Batin 2, Rocky Soraya yang melanjutkan kisah film pertamanya,
Mata Batin (2017) sepertinya harus beristirahat terlebih dahulu. Rocky memang
sutradara yang berbakat lewat Suzzanna: Bernapas Dalam Kubur (2018) yang
memiliki teror manusiawi pula berani mengubah formula, di Mata Batin 2 seolah
menjadi titik nadir seorang Rocky Soraya perihal menampilkan jump scare, cerita
pula eksekusi khas film sebelumnya. Tak perlu jauh-jauh, Mata Batin 2 seperti
karya Rocky sebelumnya yang hanya memiliki judul berbeda pula nama tokoh
berbeda.
Masih
mengisahkan Alia (Jessica Mila) yang harus melanjutkan kehidupan pasca kematian
sang adik, Abel (Bianca Hello) di tangan makhluk ghaib. Alia kemudian
memutuskan untuk menjadi relawan sosial di sebuah panti asuhan, karena
"Panti asuhan adalh tempat bagi orang yang kehilangan" sama seperti
dirinya yang kini tak memiliki siapa-siapa.
Panti
asuhan bergaya layaknya istana di negeri dongeng tempat Alia bekerja ini adalah
milik pasangan suami-istri, Fadli (Jeremy Thomas) dan Laksmi (Sophia Latjuba).
Di panti asuhan tersebut, Alia bertemu Nadia (Nabilah Ayu), salah satu anak
panti dengan sikap aneh-yang kemudian memiliki mata batin terbuka sepertinya.
Bersama Nadia, Alia menyibak kasus mengenai suara anak kecil yang minta
pertolongan di balik dinding-yang kemudian memegang kunci terkait kematian
Abel.
Walaupun
karakter Alia mengalami peningkatan berupa keahlian psikometri (kemampuan
menerjemahkan sebuah kisah/tragedi lewat benda yang disentuh)-yang kemudian
menambah bobot karakterisasi, naskah garapan Riheam Junianti dan Fajar
Umbara-yang merupakan langganan Rocky Soraya tak memberikan sebuah elemen lebih
kecuali hal diatas, semuanya bak sebuah carbon-copy film sebelumnya-yang nihil
akan sebuah signifikansi pengalaman, tak terkecuali kejemuan yang mendalam.
Saya
tahu betul polanya akan berjalan bagaimana, kala Rocky yang dibantu mendiang
Khimawan Santosa gemar sekali menaikkan volume scoring-nya, sampai-sampai saya
sulit mencerna apa yang karakternya bicarakan. Tambahkan parade kaca pecah,
aksi kesurupan Alia yang dimasuki sang hantu bernama Darmah (Hadijah
Shahab)-yang kemudian menghantarkan pada adegan sarat gore berdarah-darah khas
Rocky dengan tusukan pisaunya, hingga sebuah twist kegemaran Rocky-yang gemar
menghukum lelaki sebagai pelaku. Apakah Rocky Soraya penggiat atau aktivis
pembela hak perempuan?
Semakin
menjengkelkan kala Rocky turut mengenyahkan logika-demi menciptakan sebuah
kekacauan miliknya. Perihal astral projection misalnya, saya tak pernah
mengerti/paham terkait penggambaran dunia yang diterapkan Rocky di Mata Batin
2. Rocky memang berniat mendeskripsikan surga dan neraka dalam filmnya, namun
bukannya penuh akan ketakutan, justru filmnya tampil menggelikan dengan adegan
konyol miliknya (clue: Jeremy Thomas dan tombol).
Praktis,
Mata Batin 2 adalah karya terburuk Rocky dengan pengulangan yang bertambah
kacau dengan kekonyolan miliknya. Walaupun demikian, saya senang kala Jessica
Mila dan Sophia Latjuba patut diperhitungkan masuk ke dalam jajaran scream
queen dengan ekspresi ketakutan meyakinkan miliknya. Jelas, mereka layak
mendapat film yang jauh lebih baik daripada film ini.
Mengenai
konklusi, Mata Batin 2 sedikit rewel dalam hal mendramatisasi, kala Rocky yang
berniat menyampaikan intisari filmnya bak salah tempat, menjadikan filmnya
sejajar dengan tontonan sinetron bertema religius yang membahas mengenai alam
baka. Alhasil pesan mengenai "Larangan membalas kejahatan dengan
kejahatan" pun bak sebuah ceramah rewel yang tampil terlampau menggurui.
SCORE
: 2/5
0 Komentar