Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

CRAWL (2019)

Crawl adalah tontonan ringan pelepas penat. Demikian yang saya tekankan kala menontonnya, hasilnya adalah sebuah kepuasan tersendiri meski tak bertahan cukup lama dalam ingatan. Perlu ditekankan, ini adalah karya teranyar dari Alexandre Aja (The Hills Have Eyes, Horns, Piranha 3D) yang sudah berpengalaman dalam menyajikan sebuah serangan dan ketegangan bersama sadisme yang menyenangkan.
 
 
Ceritanya sendiri sederhana-yang mana banyak diterapkan dalam film horor berbasis animal-attack, mengenai Haley (Kaya Scodelario) yang harus mencari sang ayah di tengah hujan badai kategori 5 di Florida-yang kemudian mendapati sang ayah, Dave (Barry Pepper) tengah terjebak di rubanah bersama beberapa ekor buaya. Haley yang tak menyadari kehadiran sang pemangsa harus berjuang mati-matian keluar dari tempat tersebut, membawa sang ayah di tengah ketakutan besar yang menggerogotinya. 
 
 
Crawl turut menggulirkan sebuah pertanyaan klise berupa "how much you love your family?" yang benar adanya, kita mendapati hubungan Haley dengan sang ayah renggang, dari sini, naskah Shawn dan Michael Rasmussen (The Ward, The Inhabitans) menjadikan kejadian tersebut sebagai titik balik bagi karakternya, yang cukup mengganggu karena family drama tersebut berjalan tak sesuai penempatan, hanya sekilas tampil-yang kemudian terasa hambar. Keseriusan filmnya tak bertahan lama, hingga kemudian aksi-kejar-berlindung dari serangan buaya masuk.
 
 
Tentu, kesenangan pula penggarapan yang cukup meyakinkan (di tengah buget $13 juta miliknya) membuat sebuah jumpscare berjalan tepat sasaran. Seperti dalam sebuah adegan kala protagonis kita tengah merangkak mencari sang ayah, Aja menyelipkan sebuah kejutan yang tak terduga kala di saat yang tak terduga sang monster hadir di belakang-yang makin lengkap kala di temani objek yang mendukung berupa lumpur yang becek-yang saya yakin berbau busuk.
 
 
Pun mengenai sadisme, Crawl tampil tak ragu-ragu, kita dengan jelas melihat bangkai manusia, hingga serangan buaya yang memangsa dengan cara ganas sekalipun, memberikan sebuah ketegangan tersendiri kala filmnya hanya bermain dalam satu latar rumah saja. Pun, sang penulis skenario menyelipkan beberapa unsur comedy guna memberi penenangan, hasilnya cukup tersampaikan-meski kadangkala berjalan tak tepat sasaran.
 
 
"You're an apex predator", kata tersebut yang kerap memotivasi Haley dari sang ayah, hingga kala harus berhadapan dengan "predator asli" tindakan Haley bisa diterima di ranah logika-karena kita pula kadang membutuhkan hal tersebut guna menghadapi ketakutan yang melanda. Ini yang saya sukai dari Crawl, kala karakternya tampil realistis, tak bersikap bodoh seperti film bertemakan serupa.


Kaya Scodelario memang tak menapilkan sebuah emosi dengan sempurna, tapi sang aktris jelas patut disandingkan sebagai screem queen sempurna dengan teriakkan pemacu adrenalin miliknya. Kepiawaian Kaya juga turut mengubah dialog cheesy terdengar pantas, menjadikannya sebagai protagonis yang seutuhnya menghibur.


Aja memang tak menekankan sebuah drama yang lugas sebagai sebuah turning point bagi karakternya, kunci untuk menikmati Crawl adalah menikmati setiap adegan miliknya, karena Aja menjadikan sang hewan buas lebih dari sekedar monster yang menakutkan, keberadaannya kerap mengintai sang protagonis dalam mencari jalan keluar.


Mengenai konklusi, Crawl ditutup dengan sebuah kesan menggampangkan pula aman di tengah beberapa kemungkinan yang bisa diterapkan. Aja sepenuhnya memilih jalur aman, di tengah badai yang semakin membesar pula buaya yang terus mengintai, keputusan tersebut di rasa kurang sempurna dalam mengakhiri bahaya yang mendera.


SCORE : 3.5/5

Posting Komentar

0 Komentar