Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

CHILD'S PLAY (2019)

Perubahan radikal ekstrimis yang diterapkan Child's Play versi terbaru ini jujur adalah sebuah keputusan yang berani-hingga protes Don Mancini, selaku kreator boneka Chucky merasa tersinggung dan bahkan tak mau terlibat dalam pembuatannya sekalipun. Memang bisa diterima pula dipahami, kecenderungan dalam me-reboot/remake suatu film praktis mengurangi ke-asyikkan tersendiri bagi penggemarnya. Namun, dalam kasus ini, Tyler Burton Smith selaku penulis naskah-memberikan sebuah tujuan pasti terhadap sang karakter ikonik, di samping memberikan sebuah krtitik yang sama terhadap visi Mancini, yakni budaya konsumerisme.
 
 
Mengenyahkan unsur supranatural jelas sebuah perbuatan yang bertolak belakang dengan unsur aslinya, namun sutradra Lars Klevberg (Polaroid) justru mampu menciptakan teror tersendiri yang bisa berdiri sejajar dengan pendahulunya, bahkan memberikan versi terbaik dari seluruh karya yang melibatkan sang tokoh ikonik.
 
 
Terornya sendiri berasal dari boneka Buddi, sebuah boneka buatan Kaslan Corporation yang memiliki sebuah revolusioner canggih, selain bisa berkomunikasi, Buddi mampu mengontrol alat-alat elektronik dan mode transportasi keluaran Kaslan. Pada Sebuah kesempatan, kita melihat Karen (Aubrey Plaza) yang membawa boneka Buddi (Mark Hamill) yang memiliki kerusakan dan hendak diretur dari supermarket tempatnya bekerja. Karen kemudian berniat menjadikan boneka tersebut sebagai kado ulang tahun bagi sang putera semata wayangnya, Andy (Gabriel Bateman).
 
 
Kesialan menimpa kepada Andy pasca menerima boneka Buddi yang kelak menamai dirinya sebagai "Chucky", boneka tersebut adalah boneka yang disabotase oleh salah satu buruh pabrik Kaslan di Vietnam-yang tak terima pasca dirinya dipecat dengan memasukkan sebuah chip salah ke dalam tubuhnya. Dari sini perbedaan kontras terlihat jelas, di mana Buddi hanyalah boneka hi-tech biasa yang mengalami malfungsi.
 
 
Tak butuh waktu lama untuk sebuah teror merengsek masuk, semuanya di picu dari tindakan tak langsung kala Andy yang hanya memiliki Buddi sebagai teman mainnya. Pun sebaliknya. Mudah memahami hubungan mereka atas dasar saling mengisi satu sama lain di tengah faktor kesamaan (baca: kesepian) yang mereka miliki.
 
 
Buddi hanya ingin menjadi sahabat Andy, itu saja tak lebih. Hingga guliran terornya pun di rasa logis pula memiliki hati, meski dalam jalan yang salah. Kala Buddi hanya menghabisi mereka yang menyakiti hati Andy. Klevberg yang sebelumnya mengecewakan saya di Polaroid memberikan sebuah sajian penebusan yang setimpal, kala kesenangan berupa sadisme dari Buddi begitu menyenangkan, tentunya sarat akan unsur sadisme sebagaimana film pendahulunya.
 
 
Memberikan sebuah pembangunan lebih terhadap penceritaan membuat apa yang hendak digulirkan Child's Play konsisten, kita mengenakl terlebih dahulu karakternya pula memahami apa yang akan terjadi selanjutnya-yang melatarbelakangi semua kejadian. Ini yang membuat Child's Play versi Klevberg merupakan sebuah sajian terbaik dari pendahulunya-yang tak memiliki urgensi lebih selain murni sebagai hiburan.
 
 
Sadar bahwa Klevberg tak menjadikan filmnya serius, bumbu humor yang sedikit mendekati komedi hitam turut dimasukkan-yang mana tersaji tepat sasaran berkat visi Klevberg dan Smith yang selaras. Kesenangan yang kemudian disusul kematian menjadikan Child's Play sebuah ironi yang menyenangkan.
 
 
Berpengalaman mengisi suara Joker, Mark Hamill memberikan sensibilitas pula aura mengerikan dari suara miliknya. Kita memang tak melihat Chucky tertawa bebas kala melihat korbannya terbunuh, berkat kamera lincah Brendan Uegama (Monster Brawl, The Blackburn Asylum) yang kerap memperhatikan timing, keduanya bersinergi membentuk sebuah creepy imageries yang menakutkan, terlebih kala Buddi berada dalam gelap dengan sedikit cahaya menyinari wajahnya.
 
 
Gabriel Bateman kembali memamerkan emosi meyakinkan pasca kehadirannya di Lights Out yang gemilang, sementara Aubrey Plaza bak sebuah miscast, karena kita kebanyakan melihatnya di dalam sajian komedi deadpan miliknya.
 
 
Berbicara mengenai konklusi, Lars Klevberg menampilkan sebuah chaotic menyenangkan di sebuah supermarket tempat Buddi di jual, membawa sebuah kegelapan pula kesadisan yang menyenangkan, favorit saya adalah ketika Aubrey Plaza diikat. Sayang, konklusinya sendiri berjalan terlampau cepat di tengah kesenangan penonton yang ingin berlama-lama. Meskipun demikian, Child's Play tetaplah tontonan yang menyenangkan, ini seperti sebuah kesalahan kecil yang dapat dimaafkan di tengah dampak besar yang telah dihasilkan.


SCORE : 4/5

Posting Komentar

0 Komentar