Anna kembali menambah jajaran film garapan Luc Besson pasca Lucy (2014) yang menampilkan protagonis femme fatale kesukaan sang sutradara dalam menyajikan sebuah aksi pemuas mata pula hiburan tiada tara. Bagaimana tidak, selain mengangkat isu feminisme yang kerap ia suarakan, tokoh femme fatale garapan Besson senantiasa mempunyai background yang jelas di samping kemolekan tubuh sang protagonis miliki.
Ya, kita mengenal Anna (Sasha Luss) sebagai penjual boneka Matryoshka di Moskow, mengikuti perjalanan karirnya kala ia direkrut sebagai super-model yang mengangkat namanya, pula menjadi saksi kelam kala Anna tak lebih dari sosok sebatang kara yang kerap dilecehkan para pria. Datangnya tawaran sebagai spionase bersama KGB (Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti) di bawah pengawasan Olga (Hellen Mirren) dan Alex (Luke Evans) membawa Anna pada sebuah petualangan dalam merengkuh kebebasan yang ia idam-idamkan, hingga terlibat dengan tim operasi CIA yang dipimpin Leonard (Cillian Murphy) mewarnai lika-liku kehidupan Anna yang berjuang merangkak keluar dari lubang hina.
Itulah mengapa secara personal penonton terikat penuh terhadap Anna, mendukung penuh sang protagonis hingga bersedia berdiri di belakangnya. Besson yang juga menulis naskah filmnya-tak hanya menjadikan Anna sebagai tontonan aksi generik, lebih dari itu, Anna adalah sajian ringan yang secara tak langsung memberi kesenangan pula kesan di saat bersamaan.
Ya, impian Anna hanya bebas dari kungkungan jari telunjuk yang selama ini mengaturnya. Kita acap kali di ajak bersama Anna mengenal masing-masing tokoh baru-yang menjadi target Anna selanjutnya-menyelami ruang personal miliknya pula turut memahami perbuatan Anna yang sulit dibenarkan itu. Satu hal yang penting, jikalau kita di posisi Anna, mungkin kita akan melakukan tindakan serupa dirinya. Sekali lagi, Besson memberikan pondasi terhadap karakternya begitu membumi pula menyimpan setumpuk relevansi.
Terkait pengadeganan, Besson memakai narasi non-linier yang membentuk kisah kehidupan Anna-sebelum kita terpukau atas twist pula gimmick yang diterapkannya. Bermodal hal demikian-yang ditunjang pengadeganan timing-yang tepat sasaran, Anna tampil mengesankan berkat cerita yang mengalir apa adanya-yang kemudian tampil memukau-karena kita tak sadar adanya sebuah twist.
Tentu, ini tak lepas dari performa seksi serta lakon aksi yang memberikan Sasha Luss panggung sempurna, Luss yang mengawali debut lewat Valerian and the City of Thousand Planets (yang juga film arahan Besson) tampil memikat pula mengikat secara bersamaan. Aura bintang sosok femme fatale mengakar dalam dirinya.
Anna mungkin hanya sebatas tontonan ringan, namun turut pula mengukuhkan bahwa Luc Besson masih mempunyai tempat tersendiri kala menghadirkan sekuen aksi serta karakterisasi yang kuat, maka dari itu, jangan remehkan Besson dalam menyajikan tontonan ringan bernuansa tinggi.
SCORE : 4/5
0 Komentar