Tully adalah sebuah gambaran nyata kala seseorang telah mengalami banyak pengalaman. Tengok saja karakter Marlo (Charlize Theron) yang mengalami air ketuban pecah tanpa sedikitpun rasa panik atau kala ia yang tengah mengandung ketika itu diperingatkan oleh seseorang agar tak meminum kafein-ia malah meminum dan mengabaikannya. Mungkin ini yang kita sebut dengan "kebiasaan" yang telah ia rengkuh dari berbagai pengalaman sebelumnya. Bayi yang di beri nama Mia itu bukan anak pertama yang ia lahirkan, melainkan bayi ketiga. Pun melihat kondisi sang suami, Drew (Ron Livingstone) yang tertidur pulas di rumah sakit serta Marlo yang pasca melewati proses persalinan hanya berbaring santai dan memainkan ponsel.
Begitulah cara sutradara Jason Reitman yang berduet kembali dengan Diablo Cody pasca Juno (2007) dan Young Adult (2011) yang menghasilkan sebuah kompleksitas dalam bentuk yang nyata. Apalagi Cody menggarap naskah film ini dengan begitu telaten pula sesuai dengan apa adanya yang terjadi kala seorang ibu mengurus buah hati, mulai dari mengganti popok, menyusui, menyiapkan sarapan hingga terjaga di malam hari. Sebuah siklus yang berulang itu menghasilkan sebuah gambaran yang memang relatable di alami kebanyakan para ibu.
Kelahiran Mia adalah kelahiran paling berat bagi Marlo, meskipun begitu Marlo tetap sabar ditengah rasa lelah yang melanda. Atas saran sang saudara, Craig (Mark Duplass), Marlo kemudian menggunakan jasa night nanny bernama Tully (Mackenzie Davis). Kehadiran Tully bukan hanya meringankan beban Marlo, melainkan memberikan semangat baru dalam hidup Marlo. Pun menilik chemistry Davis dan Theron terlihat nyata ikatannya, meskipun itu hanya sebatas bertukar kalimat santai hingga saran dan masukan.
Tully yang menyentuh ranah parenthood adalah sebuah surat cinta dari Reitman pula Cody bagi mereka para ibu yang mempertaruhkan nyawa dan mimpi untuk buah hati tercinta. Saya terenyuh kala melihat perjuangan Marlo yang telaten mengurus kebutuhan buah hati pula suami di tengah kelelahan yang melanda. Reitman lantas tak menjadikan Tully hanya sebagai gambaran saja, melainkan sebagai sebuah kekuatan pula pesan yang begitu kuat.
Theron lewat totalitasnya menaikkan berat badan sebanyak 25 kg memberikan sebuah gambaran nyata seorang ibu yang rela tak memperhatikan diri sendiri demi sang anak. Hingga kala sang anak perempuan menanyakan perihal tubuhnya yang membengkak menjadikan Tully lebih dari sebuah kontras nyata perihal mengurus anak. Apalagi, Jonah (Asher Miller) sang puteranya mengalami gangguan perkembangan di sekolah. Kekukuhan Marlo mewakili semanat seorang ibu perihal mendahulukan pula membela sang anak.
Drew bukanlah sosok suami yang malas, keletihannya dalam bekerja mencuri dan menguras waktu memperhatikan anak dan istri. Dia adalah sosok kebanyakan suami di luar sana yang mendahulukan mencari nafkah demi keluarga. Hingga kala sebuah twist menutup konklusinya-yang meski kadang tak masuk logika-bisa dipahami keberadaannya. Bahwa kita adalah penggerak utama bagi diri kita sendiri, pernah merasa mengalami fase terbaik di masa muda yang kemudian kita jadikan semangat di masa tua. Bukan sebuah kekeliruan, karena semangat itu yang membuat kita hidup dan melupakan beragam kesulitan realita.
SCORE : 4/5
0 Komentar