Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

PERJANJIAN DENGAN IBLIS (2019)

Lupakan fakta bahwa poster Perjanjian dengan Iblis tampil begitu meyakinkan berkat merangkai sebuah tontonan b-movie yang menjanjikan. Nyatanya, produksi MD Pictures maupun Pichouse Films apalagi Dee Company gampang menipu mata kita lewat gambar yang terpampang nyata sebelum menyaksikan filmnya dan kemudian mendapati sebuah kekecewaan pasca menontonnya. Dan sekali lagi, anggapan itu memang benar adanya ketika saya menyaksikan Perjanjian dengan Iblis waktu itu. Sungguh sebuah pekerjaan yang amat menyiksa.
 
 
Premis ceritanya entah sudah berapa kali ditampilkan. Entah itu mengenai kesibukan pekerjaan sang ayah yang kerap mencurahkan perhatian lebih kepada sang anak, sang anak yang mendapati ibu tiri yang sulit menggantikan sang ibu kandung, serta sepasang suami-istri yang memutuskan pergi liburan guna merekatkan hubungan dengan sang anak. Semuanya tersaji di naskah buatan Husein M. Atmodjo (Midnight Show, 22 Menit) bersama Ardy Octaviand (Coklat Stroberi, 3 Dara, Stip & Pensil) yang di sini turut merangkap sebagai seorang sutradara.
 
 
Bara (Aghi Narottama) sang ayah, mengajak Lara (Basmalah Gralind) berlibur ke Pulau Bengalor guna merekatkan hubungan sang anak bersama sang istri barunya, Anisa (Shandy Aulia). Babak pertamanya diisi oleh setumpuk drama formulaik tadi, entah itu mengenai sikap Lara yang ketus terhadap Anisa serta upaya Anisa menaklukan hati Lara. Dramanya tampil begitu melelahkan berkat ketiadaan sebuah jalinan karakter dengan penonton. Tunggu saat mereka mulai diterpa teror kala bermalam di Pulau Bengalor.
 
 
Terornya berpotensi tampil meyakinkan jikalau Ardy Octaviand piawai memainkan timing. Nyatanya, Ardy tak memiliki kemampuan itu yang berujung pada kehampaan pada saat penebusan terornya. Itu terbukti kala hadir sesosok bayangan besar di dinding yang seperti telah diungkap di trailer, sungguh permainan yang berpotensi tampil mencekam yang justru gagal terlaksana berkat ketiadaan tensi pula penebusan yang setimpal.
 
 
Setidaknya, Ardy tak melulu menampilkan deretan jumpscare berisik seperti banyak horor kita lakukan belakangan. Apalagi wujud sang hantu bisa dibilang tampil cukup baik, meski gagal mewujudkan sosok yang menyeramkan. Tata rias yang dilakukan Chaery Eka Wirawan (Petak Umpet Minako) tampil berada di atas rata-rata sosok "Hantu asal jadi". Sangat di sayangkan justu filmnya bak setengah jadi.
 
 
Apalagi kala kita diperlihatkan akting sekaku batang kayu dari Aghi Narottama yang kita kenal sebagai komposer musik (Sweet 20, Pengabdi Setan, Kafir: Bersekutu Dengan Setan) pun penampilan Shandy Aulia yang seperti biasanya. Satu-satunya penampil paling baik adalah dari Artika Sari Devi sebagai Rengganis, sang pengurus villa yang menyimpan setumpuk rahasia. Ini yang akan diungkap oleh twist-nya.
 
 
Lagi dan lagi produk MD Pictures, Dee Company maupun Pichouse Films kerap menampilkan sebuah twist guna mengakhiri konklusi. Tak masalah jika ada sebuah korelasi di setiap pengadeganannya yang merupakan hal paling krusial dalam pembentukan twist. Apa yang dilakukan Perjanjian dengan Iblis adalah suatu penggampangan dalam usaha kemalasan sang penulis yang ingin berlagak pintar namun nyatanya bodoh. Ya, penulis macam apa yang tak mengindahkan kualitas tulisannya. Ini sebuah ironi yang acap kali terjadi di dunia perfilman negeri ini.
 
 
SCORE : 1.5/5

Posting Komentar

0 Komentar