Sejauh ini, Spider-Man: Into the Spider-Verse adalah sajian paling segar dalam ranah animasi tersegar sekaligus paling langka. Mengadaptasi komik Spider-Verse yang mana erat kaitannya dengan sebuah paparan mengenai konsep multiverse, -bukan sebuah kaitan yang kompleks megenai hal demikian, melainkan sebuah sentuhan dengan konsep baru yang mampu menjadikan pondasi di tengah semarak serta gemerlap sentuhan animasi yang khas, bak melihat sekaligus membaca komilk, lengkap dengan bubble text miliknya.
Tokoh utama dalam Into the Spider-Verse adalah seorang bocah remaja bernama Miles Morales (Shameik Moore), bocah separuh Amerika-Afrika ini mengawali kariernya sebagai Spider-Man di Ultimate Comics ini tengah kesulitan beradaptasi menjadi seorang manusia laba-laba pasca tergigit seekor laba-laba radioaktif dan menyaksikan kematian Spider-Man (Chris Pine) di tangan Kingpin (Liev Schreiber).
Peter tewas kala berusaha menghentikan Kingpin yang mencoba membuka portal semesta guna mengembalikan keluarganya yang telah tiada. Dari sini, dapat menarik kesimpulan bahwa kejahatan yang dilakukan Kingpin adalah bentuk luka personal yang manusiawi, dan mengambil jalan yang salah. Lewat amanat Peter terhadap Miles yang meminta dirinya untuk menyelamatkan kehidupan, Peter kemudian menyadari bahwa dirinya tak sendiri, aktivitasi mesin pengakses semesta turut membawa versi lain dari manusia laba-laba yang menciptakan sebuah kesenangan tersendiri kala beragam crossover superhero ikonik ini bersatu menumpas kejahatan dan menyelamatkan dunia.
Mereka terdiri dari: Spider-Gwen (Hailee Stenfield) yang berasal dari Earth-65 dan merupakan alter-ego dari Gwen Stacey, Spider-Man Noir (Nicolas Cage) yang hidup pada tahun 1933-versi tergelap Peter Parker, Peni Parker (Kimiko Glenn) yang hidup di Earth-4 yang mempunyai robot laba-laba khas anime, Spider-Ham (John Mulaney) yang merupakan versi hewan dari Spider-Man buatan Tom DeFalco dan Mark Armstrong ini hidup di dunia antropomorfik, serta versi lain dari Peter Parker (Jake Johnson) yang kali ini mempunyai reputasi yang buruk, diceraikan oleh Gwen Stacey karena enggan memiliki anak dan hidup bangkrut di tengah kemalasan yang membuat perutnya membuncit karena terlalu banyak memakan pizza.
Into the Spider-Verse menyuntikkan elemen karakterisasi dari bagaimana Miles belajar banyak dari para Spider-Man yang berbeda ini dalam mewujudkan sealigus menjalankan tugas Spider-Man ditengah kebencian sang ayah (Brian Tyree Henry) terhadap sosok superhero yang hanya memakai topeng tanpa izin permisi. Baginya, reputasi seorang polisi seakan tiada gunanya pula semua orang bisa memakai topeng. Konflik personal Miles ini sejatinya menambah bobot penting dalam usaha serta upaya pencarian jati diri, yang ditangan duo penulis Phil Lord (Cloudy
with a Chance of Meatballs, The Lego Movie) dan Rodney Rothman (Grudge Match, 22 Jump Street) semuanya tersaji sedemikian rapi tanpa kesan tumpang tindih.
Pun tuturan mengenai background story para Spider-Man multiverse ini disajikan begitu jelas tanpa harus menjejelkan waktu banyak yang singkat tapi padat, keriuhan serta ke-khasan masing-masing karakter begitu terasa, yang menciptakan sebuah sekuen aksi pula komedik yang luar biasa. Ada sebuah kesenangan tercipta, ada pula sebuah keceriaan terasa.
Trio sutradara Bob
Persichetti, Rodney Rothman, dan Peter Ramsey (Rise of the Guardians) paham betul bagaimana menampilkan aspek tersebut, yang meski tak memaparkan soal multiverse secara lebih detail-tahu bagaimana menciptakan momen ikonik kala para Spider-Man berayun di udara dengan begitu indah dan lincah, tangkapan angle kamera yang pas serta sentuhan palet warna memberikan nuansa sinematik yang tak ada duanya.
Dengan demikian, hasil kerja para tim yang terdiri dari 142 animator (kru terbanyak sepanjang sejarah Sony Pictures Imageworks) terbayar dengan begitu memuaskan kala menciptakan sebuah sajian berbeda nan langka, sebuah kesenangan di tengah kesegaran, pesan di tengah aksi yang berkesan hingga pengalaman yang menyenangkan, dengan ini saya tak ragu menyebut Spider-Man: Into the Spider Verse sebagai salah satu animasi terbaik yang pernah dibuat.
SCORE : 4.5/5
0 Komentar